Rank & Visitors

More

About

Selasa, 07 Oktober 2008

Jumat, September 26, 2008


Way back into Love..., itu liriknya....

Kalo yg ini, sawah yg ada di depan rumah...sampingnya rumah bata...Cantik, yah?

Ini rumah bata di depan rumahnya Dey...





Kamis, September 25, 2008

AKHIRNYA…!!! UJIAN DATANG JUGA!!!

Akhirnya…ujian datang juga…
Ujian yang kutunggu sejak berminggu-minggu lalu, akhirnya datang juga di depan mataku. Senang, sedih, ga pede, grogi, senewen, campur-campur deh rasanya…
Dari hari sebelumnya, aku udah kayak orang linglung. Kumat!!!
Nih penyakit kagak sembuh-sembuh dari dulu. Nyantai iya, tapi lagak kayak orang linglung yg gak punya kerjaan juga parah!!! Malah nularin ke orang lain, sampe bikin orang jadi pada keki.
Ceritanya, kalo aku belajar ato pegang buku, nervousnya malah semakin menjadi. So…jauh-jauh udah terbang kemana tuh buku…Ckk…payah neh, kagak usaha…
Aku dapet session ke tiga untuk hari Rabu 24 September 2008. siang-siang, panas-panas gitu kan, ceritanya…weww….
Habis gitu, pas mau ujian, ternyata aku dapet kompi yang eror. Sambungannya gak ada…payah banget, kan?
Akhirnya kita pindah kompi. Nah, udah enak-enak login, ternyata windows media playernya gak bisa kebuka. Padahal soal listening alias ashwatnya buanyak!!! Secara aku nggak bisa ngarang, kan?
Waktu tinggal 40 menitan, aku udah nyerah. Udah pasrah gimana aja deh. Mo gak lulus seleksi juga gak pa-pa. udah nyerah, en gak tau musti gimana. Akhirnya, ama pengawas, langsung dipanggilin teknisi. Kita disuruh quit dari kompi, trus ganti kompi lain. Lhah? Padahal kan belum kesimpen…? Ganti laggi????
Maka berpindahlah aku ke computer lain. Agak lama juga nungguin password and username baru. Bete…bete…bete…
Error banget dah aku…bener-bener eror…
Tapi, aku selalu percaya, Allah bersamaku, Dia tidak tuli dan selalu Mendengarku.
Bismillah, akhirnya, dengan sisa 20 menit, aku mengejar ketinggalanku. Alhamdulillah….!!!!!
Sekarang, aku tinggal menunggu kemurahan Allah. Jika memang ini yang terbaik buatku, jalan yg terbaik yg selalu kuminta untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, maka…aku yakin Dia akan memberikannya untukku. Tapi, jika menurutNya ini bukan yang terbaik, aku juga yakin, Dia akan menggantikannya,,,,seribu kali lipat lebih baik!!!
Aku hanya meminta, jika memang bukan jalanku disini, aku ingin Allah memberiku kesabaran dan keikhlasan. Karena hidup harus terus berjalan!!

Thanks to: Allah subhanahu wa ta’ala untuk taufik dan karunia yg tak terhingga ini, mom tercinta yg nggak patah semangat untuk terus mendukung transformasiku…,Sahabat-sahabatku yg nggak pernah surut untuk menyuruhku untuk maju terus sampe nabrak; mbak Fafa, mbak Fitri, bang Luqman, ummu Uzi-mami ketigaku, mas Hery yg bantuin do’a, Rahil, Wince, bu Rini yg ngasih masukan sangat berharga tentang tawakkal…Juga murid-muridku terkasih di TK A Zanjabila Yogyakarta…yg selalu jadi inspirasi agar aku menjadi lebih bijak dan pintar…(abdi, hindun, azizah, ismail, umar, ibrahim, inung, risa, ita, fathur, yoga, toby, juga my super baby Farah Nada Kamila…), I love you all….

Senin, September 22, 2008

SEDAHSYAT APAKAH CINTA?


Sedahsyat apakah cinta?
Sampai hari ini aku masih tak mengerti, apa yang terjadi denganku...
Mengapa...meski tanpa memikirkannnya,
Aku selalu merasa ia berada di dekatku?
Berada di hatiku?
Dan memikirkanku?
Hari kemarin...
Tanpa sengaja aku menyebut namanya
Saat aku memanggil muridku.
Entah kenapa...
Padahal aku benar-benar tidak sedang memikirkannya!
Tapi, nama itu tercetus begitu saja...
Bahkan aku berusaha membenarkannya pun,
Tetap namanya yang kusebut...
Hey, ada apa denganku?

Minggu, September 21, 2008

AKU DAN MATAHARIKU


Untuk Matahariku, yang sinarnya kurindu saat ini….

Kamu tau, bagaimana rasanya jatuh cinta?
Jatuh cinta itu tidak enak!
Tau kenapa?
Karena aku harus jatuh cinta padamu!!!
Tapi, kenyataannya aku memang jatuh cinta padamu.
Sehari tiga kali.
Pagi, siang, malam.
Pagi hari, saat aku terbangun, dan kudapati kau datang menerobos
Memasuki kamarku dengan senyummu yang cerah
Lalu memelukku dengan hangatnya sinarmu.
Siang hari, saat kau membantuku mengeringkan lukaku
Sebab aku hampir selalu terjatuh setiap hari.
Lagi-lagi kamu memelukku,
Menenangkanku dari rasa sakit yang tiada tara…
Malam hari, saat aku hendak tidur,
Dengan rela kau bagi sinarmu pada rembulan
Hanya demi menemaniku
Menghilangkan sepiku
Agar aku tak lagi merasa sendiri….
Kamu tau, dimana letak ketidakenakan itu?
Adalah ketika aku harus kehilangan kamu!
Kamu tiba-tiba pergi
Lenyap dari hari-hariku
Membuat segalanya menjadi gelap dan dingin.
Dan aku kembali sepi…sendiri…
Tidak ada kehangatanmu
Tidak ada pelukanmu
Tidak ada senyummu
Tidak ada canda tawamu
Tidak ada lagi kecerewetanmu…
Ketika aku sepi, kamu ada untuk menemaniku
Ketika aku sakit, kamu ada untuk sembuhkan lukaku
Ketika aku bahagia, kamu ada untuk ikut berbahagia denganku
Tapi, itu dulu…
Kemana kamu sekarang???
Aku membutuhkanmu
Aku perlu kamu untuk selalu di sisiku
Tidak mengapa jika kau harus mencerewetiku
Tidak mengapa jika kau mau meledekku setiap hari
Tidak mengapa jika kau mau memberikan ‘terapi’ untukku…
Tidak mengapa, asalkan kamu selalu ada di sini…di hatiku…
Apa kamu tau?
Di luar sana ada bintang jatuh.
Mengejarku, memburuku sampai sesak dadaku…
Tapi, di hatiku cuma ada kamu! Dan hanya kamu!
Aku hanya ingin kamu!
Aku benar-benar hanya ingin kamu yang membersamaiku
Sebab bersamamu menenangkan jiwaku.
Bersamamu aku merasa menemukan belahan jiwaku
Bersamamu aku menemukan kehidupanku yang sesungguhnya…
Aku benar-benar hanya inginkan kamu…
Sekarang, besok, dan selamanya!!!
read more...

Senin, 21 Juli 2008

Projek Archy
Di awal milenium ini, Raskin membuat antarmuka komputer terbaru berdasarkan riset dan upayanya selama 30 tahun, ia sebut sebagai The Humane Environment, THE. Pada 1 Januari 2005, Jef menamainya Archy. Konsep Archy menggunakan perintah-perintah sederhana untuk operasi-operasi biasa dalam pemrosesan kata (word processing) dan e-mail, namun berbeda dengan yang ada sekarang. Inilah penjelmaan dari konsep humane interface, sebagaimana ia tulis dalam bukunya.

Ketertarikan Raskin tidak sebatas pada komputer, dia juga mencintai musik, terkenal sebagai pakar aerodinamik pesawat miniatur bahkan pernah mendirikan perusahaan yang merancang dan menjual pesawat miniatur yang dikendalikan radio.


Jef meninggal dengan damai di rumahnya di Kalifornia pada 26 Februari 2005 dikelilingi istri dan anak-anak yang mencintainya. Dia didiagnosa menderita kanker pankreas yang menggerogotinya sejak Desember 2004. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***


Foto: Wikimedia

18 Juli 2008

Baterai dari Air Kencing

STOP buang air kecil ke toilet! Para ilmuwan di Singapura kini telah mengembangkan sebuah baterai yang dijalankan dengan air kencing manusia. Urin anda suatu saat mungkin sangat berharga untuk dijadikan energi alternatif atau menjadi komoditi ekspor yang potensial ke negeri tetangga itu.

Para peneliti di Institute of Bioengineering and Nanotechnology, Singapura berhasil menciptakan baterai seukuran kartu kredit sebagai sumber tenaga sekali pakai untuk menjalankan kit uji medis.

Telah lama para ilmuwan di seluruh dunia berlomba membuat biochips diagnostik yang lebih kecil, lebih efisien, dan lebih murah untuk uji penyakit. Mereka belum berhasil menemukan sumber tenaga sekecil dan semurah mungkin untuk dibuat masal. Hingga kini, baterai-baterai seperti itu masih belum ditemukan. Penemuan air kencing sebagai baterai menjadi harapan baru bagi ilmuwan medis.

Sampel urin biasanya digunakan dalam tes penyakit seperti diabetes, ginjal dan mengetahui kehamilan seseorang. Menurut institusi ini, baterai yang mereka buat sangat ideal sebagai catu daya kit diagnostik di laboratorium medis.

Kit-kit uji diagnostik biasanya menganalisis komposisi kimia dari air kencing manusia untuk mendeteksi suatu penyakit. Ki Bang Lee dan kolega-koleganya merealisasikan bahwa zat yang diujinya itu sendiri (urin), sekaligus menjadi tenaga untuk mengujinya.

"Untuk mengatasi masalah tersebut, kami telah merancang sebuah baterai sekali pakai pada sebuah chip, yang diaktifkan oleh cairan biologi (biofluid) dalam hal ini air kencing," tulis Lee dalam sebuah e-mail kepada National Geographic News.

Tim peneliti memaparkan hasil temuan baterai tersebut dalam jurnal Micromechanics and Microengineering.

Daniel Kammen, direktur Renewable and Appropriate Energy Laboratory di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat mengonmentari terobosan Lee dkk. Menurutnya, teknologi ini merupakan inovasi yang perlu disambut hangat di saat meningkatnya harga energi.

"Kesampingkan semua senda gurau [tentang] urin, apa yang kita perlukan adalah baterai-baterai berbiaya rendah," jelasnya. "Kelebihan lain dari temuan ini adalah fakta bahwa secara mendasar ini sebuah baterai biodegradable (mudah terurai secara alamiah)."

Bagaimana cara membuat baterai berbahan air kencing ini?

Untuk membuat baterai unik ini, Lee dan koleganya cukup mencelupkan selembar kertas ke dalam larutan tembaga klorida kemudian diselipkan di antara lembaran magnesium dan tembaga. Susunan ini kemudian dilaminating di antara dua lembar plastik transparan.

Ketika tetesan urin ditambahkan ke dalam kertas tersebut lewat celah pada plastik, sebuah reaksi kimia akan berlangsung yang hasil akhirnya berupa aliran listrik. Dari uraian Lee ini sepertinya cukup simpel dan tidak terlalu rumit membuatnya, prinsipnya mirip baterai accu.

Prototipe baterai buatan Lee mampu membangkitkan tegangan listrik sekitar 1,5 volt, sama dengan baterai AA standar yang banyak di pasaran, baterai ini akan habis dalam waktu sekitar 90 menit setelah itu dibuang. Para peneliti mengatakan daya, tegangan, dan umur baterai ini dapat ditingkatkan dengan mengatur geometri dan bahan yang digunakan.

Lee sebenarnya bukan orang pertama yang membuat baterai dari air kencing. Pada tahun 1993, sebuah baterai urin telah didemonstrasikan oleh Nelson E. Camus dan Edgardo Aguayo pada eksibisi di Los Angeles, AS. Walaupun kemampuannya hanya cukup untuk menyalakan sebuah lampu kecil, mereka mengklaim bila air kencing ini dioplos dengan lithium dan tanah bukan tidak mungkin dapat menjalankan semua alat-alat listrik di rumah-rumah.

Secara kimiawi, menurut Kammen dari UC Berkeley, air kencing mengandung banyak ion (atom-atom bermuatan listrik), yang memungkinkan timbulnya listrik hasil reaksi kimia yang terjadi dalam baterai air kencing. Cairan tubuh lainnya, seperti air mata, darah dan semen, juga dengan mudah bisa mengaktifkan baterai tersebut.

"Sekantung kecil urin memang bisa membangkitkan senyum," kata Kammen. "Namun sesungguhnya urin hanyalah contoh yang baik dari berbagai variasi senyawa yang bisa melakukan hal ini." Bahkan paket jus buah bekal anak-anak pun cocok untuk itu, tambahnya.

Energi Alternatif

Sementara alat-alat medis mampu menginspirasi terciptanya baterai urin, menurut Lee, ia pun dapat mengaktifkan banyak alat listrik dengan konsumsi tenaga rendah.

"Contohnya, kita dapat mengintegrasikan sebuah handphone kecil dan baterai ini pada sebuah kartu plastik. Sistem ini dalam keadaan darurat dapat diaktifkan oleh cairan-cairan tubuh, seperti air ludah," ungkap Lee yang proyeknya didanai pemerintah Singapura.

Senada dengan Lee. Menurut Kammen, teknologi ini bahkan bisa diaplikasikan pada komputer laptop, pemutar mp3, televisi, dan mobil. Baterai-baterai yang ditenagai cairan tubuh bisa melakukan hal apapun. "Masalahnya adalah bagaimana memperbanyaknya agar menghasilkan lebih banyak tenaga," tambahnya.

Salah satu pendekatan sederhana adalah dengan membuat baterai-baterai besar. Metode lain adalah menggabungkan banyak sel baterai kecil secara seri, seperti cara kerja baterai dalam komputer laptop.

Kammen, yang mendapatkan dana Pemerintah AS untuk riset energi alternatif, mengatakan jumlah yang luas dari aplikasi untuk baterai-baterai tenaga biofluid yang murah dan efisien menggambarkan bernilainya suatu riset.

Dari sekarang coba kita bayangkan, suatu saat komputer, handphone, televisi, bahkan mobil bisa dijalankan dengan air kencing kita. Jadi jangan takut kehabisan bensin di perjalanan, anda tinggal kencing saja ke dalam tank bensin, mobil dijamin hidup lagi. (Dede Suhaya/Sumber: National Geographic News)***

17 Juli 2008

Album Foto di Era Digital

IRMA tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk membeli sebuah kamera digital mungil yang sudah lama diidamkannya. Ia pikir, bagaimana nanti kalau sudah jepret sana jepret sini, hasilnya tidak bisa disimpan dalam sebuah album untuk diperlihatkan pada teman-teman sekampungnya. Namun kemudian ia teringat rekomendasi Anto, "Kalau mau beli kamera sekalian yang digital saja, Ma!" saran teman prianya yang jago komputer itu. "Selain praktis, mudah digunakan, juga tidak boros biaya untuk membeli filmnya."

Memang setelah era kamera digital melanda dunia, keperluan untuk membuat sebuah album foto, layaknya hasil jepretan dengan kamera berbasis film, sepertinya tidak pernah terpikirkan di benak kita, mungkin karena saking terpesonanya pada kehebatan sebuah kamera digital. Padahal album-album foto digital atau software untuk menampilkan foto digital di komputer sudah lama tersedia, tinggal pilih, mau beli atau gratisan?


Kalau rajin kita browsing di internet, anda bisa menemukan berbagai aplikasi untuk membuat album foto digital. Coba saja buka situs web www.download.com, kemudian ketik di kotak Search: "photo album digital". Tak lama kemudian akan tampil daftar dari aplikasi tersebut, disertai ukuran file, komentar pembuat, dan pendapat para pemakai. Aplikasi-aplikasi yang terdaftar itu bisa didownload dan sepenuhnya free to try alias "gratis untuk mencoba."


Sebagai contoh, hasil search Mitra Bisnis menghasilkan seratus lebih sofware album foto, di antaranya Picstore Digital Photo Album 1.0, Paint Shop Photo Album 5.0, AcsSoft Photo Album & Media Manager 7.0, Photo Album Studio 2.0, Photo Album 6.0.5, Virtual Album - Photo Album Software 3.0, Photo Album Deluxe 1.0, Instant Photo Album 1.2, Photo2Album 8.23, CyPics 3.6.1, DigiPhoto Gallery 2.51, PhotoFinish, dan Picasa. Yang terakhir ini cukup populer dan bisa di-download di mesin pencari Google (www.google.com).


Mendownload file Picasa tidak terlalu banyak memakan waktu, karena ukuran file-nya hanya 3,6 MB, begitu juga cara menginstallnya sangat mudah dan cepat. Begitu selesai diinstall kemudian launching, program ini akan langsung men-scan seluruh format foto yang ada di di dalam harddisk PC, dan serta merta menampilkannya untuk anda. Tampilannya cukup menarik berkesan lembut dengan tombol-tombol interface tiga dimensi, yang jelas dan user friendly.


Picasa dari Google ini bisa menampilkan banyak format foto, seperti JPEG, TIFF, BMP, GIF, PSD, PNG serta file-file video seperti AVI, MPG, ASF, WMV. Dan yang cukup menarik, Picasa bisa memperdengarkan lagu-lagu MP3 ketika fitur slideshow dijalankan.

Untuk mentransfer hasil jepretan kamera digital, software ini memiliki fitur Import dengan ikon sebuah kamera. Bila kamera digital sudah terpasang melalui kabel data ke USB komputer, anda tinggal mengklik tombol ini, seketika foto-foto dari kamera "mengalir" bak ditumpahkan. Melalui fitur ini juga, foto-foto yang jelek atau yang dobel bisa dibuang, agar tak menjejali ruang harddisk.


Setelah foto-foto ditransfer, selanjutnya bisa dikumpulkan dalam kategori folder atau album tertentu. Urutan tampilan di monitor bisa berdasarkan waktu, pengubahan baru, atau berdasarkan abjad. Selain itu, bila hasil jepretan anda kurang berkenan di hati, bisa diperbaiki lewat fasilitas Edit Picture.

Seperti kebanyakan aplikasi-aplikasi pengolahan foto, Picasa juga dilengkapi fitur untuk mencetak foto, mengirimkan foto lewat e-mail, mengekspor ke folder lain, atau sebagai order untuk dicetak secara online agar hasil cetakannya sekualitas foto lab. Sayangnya, aplikasi secantik ini tidak menyertakan fitur untuk merekam (burn) foto-foto ke media CD, VCD atau DVD. Padahal fitur ini sangat penting pada software album foto, agar momen-momen menarik yang kita potret bisa dinikmati seluruh keluarga atau handai taulan, lewat monitor TV.

Tapi jangan berkecil hati, aplikasi free lainnya memiliki fasilitas seperti ini, silakan download Photo Album 6.0.5, Instant Photo Album 1.2, atau Picture To TV. Dan jangan lupa PC anda harus sudah dilengkapi alat ìpembakarnyaî yaitu CD-RW, atau DVD-RW, dan sediakan juga CD kosongnya.


Akhirnya, Irma terlihat melenggang keluar dari sebuah pusat elektronik terkemuka di Kota Bandung, sambil menenteng sebuah kamera digital mungil nan funky, wajahnya sumringah membayangkan liburan hari raya Idul Fitri tahun ini, bisa sedikit menyombongkan diri dengan sebuah alat canggih, karena di kampungnya baru dia satu-satunya yang punya. (Dede Suhaya)***

16 Juli 2008

Listrik Tenaga Angin, "Menangkap Angin Menuai Listrik"

"SIAPA yang menebar angin akan menuai listrik." Mungkin inilah peribahasa yang paling cocok untuk menggambarkan potensi angin sebagai salah satu energi alternatif di tengah gencarnya pemerintah mengkampanyekan pemanfaatan energi selain minyak bumi yang depositnya sudah menipis dan harganya semakin melambung ini.

Angin, tidak seperti bahan-bakar lain (batu bara, gas, minyak dan nuklir), keberadaannya melimpah di alam sepanjang matahari tetap bersinar. Ia tidak memerlukan penambangan, pemeliharaan, penyimpanan atau pengangkutan, tidak perlu juga dibakar di atmosfer seperti bahan bakar tradisional.

Energi angin merupakan energi terbarukan (renewable) dan bebas polusi, energi yang dihasilkan oleh angin tidak mengeluarkan zat-zat pencemar. Dengan bantuan turbin, energi gerak angin bisa diubah menjagi tenaga mekanis. Tenaga mekanis ini dapat digunakan untuk tujuan-tujuan khusus (seperti menggiling biji-bijian atau memompa air) atau suatu generator untuk mengubah tenaga mekanis ini menjadi listrik.

Kalau anda rajin menyimak informasi mengenai energi di dunia, anda akan terkejut bila energi angin yang ditinggalkan pasca Perang Dunia II, saat ini mulai populer lagi. Di Eropa selain Belanda sebagai negerinya Kincir Angin, Inggris sudah mulai menyemai proyek energi anginnya. Amerika Serikat sudah lama memulainya, menyusul Kanada.

Jangan jauh-jauh, tengok tetangga kita Filipina yang telah membangun kurang lebih 15 turbin angin dengan kapasitas 25 megawat untuk memasok listrik bagi 19 juta rumah tangga. Sebagai langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas udara di Filipina.

Dengan proyek ini, seperti ditulis situs www.bbc.co.uk, Filipina akan menjadi produsen tenaga angin terbesar di Asia Tenggara. Tidak sampai di situ, negara ini berencana membuat pembangkit tenaga angin yang lebih besar dari yang telah ada di Korea Selatan, India dan China.

Dalam sepuluh tahun ke depan, seperti prediksi Dana Dunia bagi Alam (WWF), Filipina dapat berhemat hampir 3 miliar dolar jika menghentikan impor bahan bakarnya dan menggunakan energi alamiah.

Bagaimana dengan Indonesia yang masih mendambakan harga BBM yang murah ini?

Menurut data yang dilansir dari situs energi.lipi.go.id, proyek pembangunan kincir angin pernah dirintis oleh Yayasan Heritage Bogor (YHB) untuk pemasangan 1.000 buah kincir angin pompa air "Egra" (energi gratis) sepanjang jalur pantura dari Anyer sampai Panarukan.

Menurut pendiri YHB, Hasan Hambali, bila kincir angin pompa air ini dipadukan dengan kincir angin pembangkit listrik buatannya (Energi Gratis Pembangkit Listrik), maka sepanjang jalur pantura itu bisa menikmati listrik tanpa harus membayar pada PLN.

Menurutnya, prinsip kerja Egra listrik ini adalah energi angin yang dikonversikan ke dalam putaran kincir angin melalui baling-balingnya. Daya yang diserap dalam bentuk putaran baling-baling itu berbanding pangkat tiga dengan kecepatan angin yang melewatinya.

"Kecepatan angin minimum untuk menggerakkan Egra sekitar 15 km per jam. Putaran baling-baling selanjutnya ditransmisikan ke sistem roda gigi untuk memutar generator listrik. Energi listrik yang dihasilkan kemudian dihubungkan dengan aki agar kelebihan energi listrik yang dihasilkan dapat disimpan," kata Hasan.

Untuk beban listrik rumah tangga AC 220 V, menurut Hasan, diperlukan inverter sederhana yang murah untuk mengkonversikan tegangan DC aki menjadi tegangan AC 220 Volt. Saat ini kemampuan Egra listrik yang sedang kami coba sudah mampu memenuhi kebutuhan listrik kontinyu sekitar 1.000 watt untuk keberadaan angin lebih dari 10 jam per hari. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***


Cara Kerja Turbin Angin

BAGAIMANA turbin-turbin angin bisa membuat listrik, adalah sesuatu yang cukup sederhana, turbin angin bekerja berlawanan dengan kipas angin. Kipas angin menggunakan listrik untuk membuat angin, sebaliknya turbin angin menggunakan angin untuk membuat listrik. Angin memutar baling-baling, lalu memutar batang yang berhubungan dengan generator pembuat listrik. Listrik yang dihasilkan kemudian dikirimkan dan didistribusikan ke rumah-rumah, pusat bisnis, sekolah, dan lain-lain.

Turbin-turbin angin modern terbagi menjadi dua kelompok dasar; jenis sumbu horisontal, dan sumbu vertikal. Turbin sumbu horisontal inilah yang banyak dipakai saat ini. Ciri khasnya memiliki dua atau tiga bilah baling-baling, yang dihadapkan ke arah datangnya angin.

Apa saja yang diperlukan untuk menuai listrik dari angin ini?

Pertama-tama adalah bangunan menara atau tower. Menara ini biasanya dibuat dari pipa baja atau kisi-kisi baja. Karena kecepatan angin meningkat dengan bertambahnya ketinggian, maka menara-menara ini dibuat tinggi agar dapat menangkap lebih banyak energi dan membangkitkan lebih banyak listrik.

Di atas menara ini kemudian dipasang nacelle, semacam rumah/dudukan yang di dalamnya berisi komponen-komponen penting seperti generator, gear box, batang penerus putaran, pengendali, dsb.

Bagian terpenting dari pembangkit listrik tenaga angin adalah baling-baling dan rotor. Kebanyakan turbin memiliki dua atau tiga keping baling-baling. Bila angin bertiup, baling-baling inilah yang "terangkat" dan berotasi untuk memutar poros. Baling-baling dan poros bersama-sama disebut rotor.

Gear box, merupakan sistem roda gigi yang menghubungkan batang kecepatan rendah ke batang kecepatan tinggi untuk meningkatkan kecepatan rotasi dari sekitar 30 - 60 rotasi per menit (rpm) hingga sekitar 1.200 - 1.500 rpm, kecepatan rotasi ini diperlukan oleh sebagian besar generator untuk memproduksi listrik. Beberapa insinyur kini mengembangkan generator-generator putaran langsung (direct-drive) yang beroperasi pada kecepatan putaran lebih rendah dan tidak memerlukan gear box.

Pengendali (controller), berfungsi menghidupkan mesin pada kecepatan angin sekitar 8 - 16 mil per jam (mph) dan menghentikannya pada kecepatan sekitar 65 mph. Lebih dari 65 mph generatornya bisa kelebihan panas.

Generator, sebagai pembangkit listrik biasanya generator induksi off-the-shelf yang menghasilkan 60-cycle listrik bolak-balik (AC).

Peralatan tambahan lainnya adalah anemometer, untuk mengukur kecepatan angin dan mengirimkan datanya ke pengendali. Rem, untuk menghentikan rotor dalam keadaan darurat.

Kapasitas turbin skala besar biasanya berkisar dari 50 kW hingga beberapa megawatt. Turbin-turbin besar biasanya dikelompokkan bersama dalam "perladangan angin", yang menyediakan energi besar untuk jaringan listrik.

Turbin-turbin kecil tunggal, di bawah 50 kW, biasanya digunakan untuk rumah-rumah, telekomunikasi, atau pompa air. Turbin kecil kadangkala digunakan dengan generator-generator diesel, baterai, dan sistem fotovoltaik. Sistem ini disebut sistem angin hibrid dan khusus digunakan di tempat terpencil, tanpa jaringan listrik. (DS/sumber: www.eere.energy.gov )***


13 Juli 2008

Legenda Anggur di Bordeaux

BUAH apa yang paling banyak dibudidayakan di dunia? Ternyata anggur menduduki peringkat pertama yang paling luas dibudidayakan di seluruh dunia, kebun anggur di seluruh dunia mencakup area sekitar 10 juta hektar dengan 8.000 varietas. Anggur telah dibudidayakan ribuan tahun sebelum Masehi, bangsa Mesir kuno telah merintis pembuatan minuman dari anggur ini, dan bangsa Yunani awal menjadikannya sebagai komoditi ekspor penting.

Vitis vinifera ini tumbuh baik mulai dari iklim sedang hingga daerah tropis, tetapi kebanyakan anggur ditanam di area dengan iklim sedang. Budidaya dengan konsentrasi tinggi ada di Eropa, namun juga sukses dikebunkan di Australia, Afrika Selatan, Amerika Selatan dan, Kalifornia (AS).

Prancis memiliki ribuan kebun anggur dengan kualitas terbaik di dunia. Ada sekitar 362 'appellation' atau jenis wine Prancis di sana. Setiap appellation bisa mencakup ratusan kebun anggur. Kebun anggur terluas terbentang di sekitar Bordeaux dengan anggur terkenalnya, Cabernet Sauvignon selain juga di kawasan Burgundy, Rhone, dan Champagne. Namun dalam hal metode viticulture Kalifornia-lah yang paling maju di dunia. Produksinya terus meningkat, menyaingi anggur klasik dari Eropa.

Dari dulu Bordeaux menjadi legendanya anggur, bisa dikatakan fanatik. Ada 13.000 petani anggur di Bordeaux, kebanyakan anggur yang tumbuh di sana khusus untuk membuat minuman anggur atau wine. Yang terkenal di antaranya Cabernet Sauvignon (anggur “bangsawan”) dan Cabernet Franc, juga Merlot. Merlot paling banyak ditanam di Bordeaux, dalam 120.000 hektar kebun anggur (vineyard) 50% adalah jenis Merlot.

Merlot adalah anggur yang rapuh, sensitif terhadap kekeringan. Merlot memperkaya warna wine, ia lembut dan cepat matang. Dengan aroma kismis dan blackberry.

Di musim semi dan musim panas, para petani memberi naungan pada tanaman anggur. Mereka menjaga daun-daun kecil dan tidak rimbun memungkinkan cahaya matahari mencapai buah anggur, selain memudahkan mengontrol hama dan penyakit tanaman seperti phylloxera.
Ketika musim panen tiba. Mereka biasanya melakukan dengan tangan, walaupun saat ini kebanyakan kebun anggur di sana menggunakan mesin-mesin untuk panen.

Kualitas yang rendah dari tanah di sekitar kota Bordeaux malahan menjadi faktor terkenalnya wine di sana. Selain iklim, usia wine dan metode pemanenan pun menentukan. Tapi yang paling menentukan adalah kualitas anggurnya. Lamanya paparan sinar matahari, awan, hujan, angin dan kelembaban juga berpengaruh pada anggur.

Tak ada aturan yang pasti, setiap faktor pada kebun anggur harus hadir pada saat yang baik. Jika hujan terlalu dini atau telat, misalnya, kualitas anggur akan berkurang. Petani di sana tahu betul, tidak mungkin memproduksi wine kualitas baik dari anggur yang jelek, tetapi mungkin membuat wine jelek dari anggur kualitas baik.

Misteri anggur Bordeaux, kini menjadi ladang bisnis menggiurkan, banyak biro perjalanan atau organisasi di sana menawarkan wisata anggur ke sana. Para wisatawan akan dibawa ke Chateaux (pabrik pembuatan dan penyimpanan wine), misalnya ke Medoc yang terkenal sebagai chateaux penghasil wine di dunia. Selain “grape walk” memetik anggur segar, mereka juga dibawa ke ruang penyimpanan tong anggur dan ke ruang mencicipi rasa anggur. Mereka akan menjelaskan bagaimana anggur dipanen, bagaimana menyimpan anggur dan bagaimana cara membotol wine. Tak terlewatkan untuk mencicipi minuman anggur berumur tahunan.

Selain secara tradisional, kini para pekebun di sana sadar betul bahwa "great wines need great technology". Untuk meningkatkan produksi, efisiensi serta menjaga mutu, berbagai inovasi pun mereka diterapkan, misalnya dalam penanaman bibit mereka telah menggunakan mesin yang dikendalikan satelit, metode GPS ini terbukti menyederhanakan pekerjaan penanaman, selain itu juga dilakukan mekanisasi dalam panen raya. Dengan cara mekanis keuntungan semakin meningkat, bisa mengatur waktu panen, pemasakan buah, dan meningkatkan kualitas buah dan secara akurat dapat memperkirakan hasil.

Anggur adalah tanaman dengan berbagai kegunaan. Selain buahnya difermentasi menjadi wine dan brandy, juga dimakan segar. Buah ini bisa dikeringkan menjadi raisin. Ada juga jus nonfermentasi, anggur kalengan, jam dan jeli anggur. Bahkan untuk menanggulangi menurunnya penjualan, overproduksi dan kompetisi di luar negeri, mereka membuatnya sebagai bahan bakar.

Para motoris di Prancis membuat bahan bakar dari anggur sebagai outlet baru untuk menanggulangi menurunnya penjualan, overproduksi dan kompetisi dengan luar negeri.

Dengan produksi sebanyak 5,8 miliar liter (2004), Prancis menjadi penghasil wine terbesar di dunia. Praktis 200.000 ton etanol per tahun dihasilkan negeri ini. Tak ayal terjadi surplus 400 juta liter per tahun, artinya 40 juta liter alkohol berpotensi digunakan sebagai biofuel. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***



11 Juli 2008

Spirulina, "Superfood" Berprotein Tinggi

KERAGAMAN pangan menjadi hal yang cukup urgen di negara-negara berkembang seperti halnya di Indonesia, yang penduduk miskinnya tak pernah berkurang. Beberapa kasus kekurangan makanan dan busung lapar di beberapa daerah sempat mengagetkan kita. Kasus-kasus ini menjadi bukti kemiskinan dan kelaparan masih bercokol di negara yang terkenal akan kesuburan dan kekayaan alamnya ini.

Bagaimana mengatasi kemiskinan, kekurangan makan dan kekurangan gizi merupakan problem yang cukup komplek, berbagai aspek perlu dilibatkan untuk mengatasinya. Rubrik Tekno kali ini tidak bermaksud membahas cara mengatasi kemiskinan. Di sini hanya akan membahas aspek kecil saja, yakni pangan yang berasal dari alam, yang sebenarnya melimpah di negara ini.


Pada kesempatan kali ini akan dibahas secara singkat mengenai sebuah komoditi "mungil" namun manfaatnya sangat besar, yaitu ganggang Spirulina. Selain berpotensi sebagai bahan pangan alami yang bermutu tinggi, spirulina juga memberikan harapan bagi keperluan lain, apalagi kesempatan bisnisnya yang menggiurkan. Yang nyata dan sudah dikembangkan dari spirulina adalah sebagai zat pewarna, industri farmasi dan pakan ikan.


Saat ini, budidaya plankton spirulina menjadi fenomena di seluruh dunia karena kualitas nutrisinya yang luar biasa. Spirulina merupakan sumber alamiah tunggal, "superfood" yang menyediakan dalam jumlah besar protein bagi manusia. Spirulina mengandung 71% protein. Protein yang terkandung dalam spirulina tiga kali dari kacang kedelai, lima kali daging, dan kualitas protein di antara yang terbaik.


Kalangan industri mancanegara telah lama mengembangkan ganggang renik ini. Jepang, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Thailand, India, dan Vietnam adalah sebagian dari negara-negara yang mengandalkan produk ganggang ini. Bahkan produknya sudah lama masuk pasaran Indonesia.


Iklim tropis di Indonesia sangat cocok untuk pembudidayaan ganggang spirulina. Teknologinya pun relatif sederhana namun prospeknya cukup cerah. Bahkan ganggang ini bisa menjadi ladang baru komoditi ekspor non-migas. Kini beberapa contoh produk ganggang spirulina mampu merebut pangsa pasar dan produk ganggang ini cukup digemari.


Spirulina adalah sejenis alga atau ganggang biru-hijau yang banyak ditemukan di danau-danau dan kolam terutama yang kaya akan garam. Ganggang ini telah dikonsumsi sejak ribuah tahun oleh bangsa Meksiko (Aztec dan Maya), Afrika dan Asia. Spirulina dipercaya merupakan protein komplit karena lebih dari setengahnya terdiri dari asam-asam amino--blok bangunan protein. Tumbuhan air yang yang kaya akan vitamin B komplek, beta-karoten, vitamin E,
carotenoids, mangan, seng, tembaga, besi, selenium, gamma linolenic acid (suatu asam lemak esensial). Ganggang spirulina ini juga terbukti mampu menstimulasi sistem kekebalan, memiliki efek antivirus dan antikanker.

Dinding sel
micro algae ini berupa mukopolisakarida yang sangat lembek, tipis dan tingkat kecernaannya mencapai 95,10%, membuat ia sangat cocok bagi astronot yang perlu daya tahan tinggi.

Menariknya, spirulina telah digunakan di Rusia untuk merawat korban-korban, khususnya anak-anak, kecelakaan nuklir di Chernobyl. Pada anak-anak ini, yang sungsum tulangnya telah rusak akibar terpapar radiasi, spirulina tampaknya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.


Ganggang berbentuk spiral ini merupakan bagian dari 1.500 spesies tumbuhan air mikroskopik. Di antaranya adalah
Spirulina major, S. pricept, S. sustilissima, S. Cutra, S. caldria, S. spirulinoides. Namun spesies yang biasa dikonsumsi manusia adalah jenis Spirulina maxima dan Spirulina platensis.

Tumbuhan ini juga bisa dibudidaya di dalam wadah atau akuarium di dalam maupun di luar ruangan, khususnya untuk dipanen menjadi suplemen makanan. Untuk suplemen makanan, spirulina tersedia dalam bentuk serbuk, serpihan, kapsul, atau tablet, dengan kemasan menarik serta beragam merk dagang yang memenuhi pasaran.


Tidak ada efek samping yang pernah dilaporkan dengan mengonsumsi spirulina. Namun demikian, karena spirulina bisa mengakumulasi logam-logam berat dari air yang tercemar, maka konsumsi spirulina dari kawasan tersebut dapat meningkatkan kandungan tembaga, air raksa, dan kadmium dalam tubuh.


1001 Manfaat Spirulina


SUPLEMEN MAKANAN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan spirulina menjadi makanan ideal untuk konsumsi manusia, begitu juga FDA (Food & Drugs Authority) dari Amerika Serikat mengizinkan spirulina untuk dijual sebagai suplemen makanan alamiah. Di Jepang dan AS, para eksekutif bisnis memanfaatkan tablet-tablet spirulina dalam memerangi stres. Sementara para atlet dan pelari mengonsumsi spirulina untuk mendapatkan energi secara cepat.

KESEHATAN & OBAT - meringankan diabetes, mengendalikan kolesterol, penambah vitamin A, mengatasi kekurangan gizi, membantu penderita kanker dalam menjalani kemoterapi, formulasi dengan produk alamiah lain sebagai suplemen kesehatan, mampu memperbaiki kerusakan liver, terapi luka bakar, pencangkokan kulit, mengontrol kegemukan, dan laktasi untuk ibu menyusui.


EKSTRAKSI - Beta-karoten untuk keperluan obat dan laboratorium, C-phycocyanin untuk pewarna makanan, kosmetik dsb. Chlorophyll untuk zat pewarna, asam amino esensial untuk mikrobiologi dan proses kimia.
PERIKANAN - Pakan khusus untuk ikan hias, memperkaya warna pada ikan koki dan koi, formulasi dengan pakan yang ada untuk menambah vitamin, pakan berprotein tinggi untuk ikan konsumsi (air tawar), juga pakan spesial untuk peternakan udang.

ENTOMOLOGY & SERICULTURE - Pakan untuk meningkatkan produksi murbei sebagai makanan ulat sutra, pakan khusus dalam pemeliharaan berbagai serangga untuk penelitian.

KOSMETIK- spirulina cocok untuk lotion jerawat, facial, minyak rambut, shampoo, mineral untuk mandi, pembersih kulit, dan pasta gigi. (DS/Sumber: NRDC)***

10 Juli 2008

Stroberi Israel "Digantung" di Udara

BAGI para petani stroberi di Tanah Air, tak asing lagi dengan yang namanya varietas kalifornia. Memang, tak bisa dipungkiri Amerika Serikat merupakan produsen stroberi terbesar di dunia, sementara sisanya ditempati negara-negara Eropa. Walaupun teknologi greenhouse juga diterapkan di sana, namun para petani stroberi di AS belum mengadopsi sepenuhnya teknik ini dalam meningkatkan produksi stroberinya. Hampir 100% produksi stroberi Negara Paman Sam dilakukan di ladang-ladang terbuka, menggunakan plastik mulsa dengan tanah yang disterilisasi menggunakan methyl bromida.

Luput dari perhatian, Israel negeri kecil yang lebih dari setengahnya berupa gurun pasir, merupakan negara produsen sekaligus eksportir stroberi yang patut diperhitungkan dengan produksinya yang terus meningkat, sehingga tidak heran bila beberapa petani stroberi di Indonesia mengenal salah satu varietasnya yaitu stroberi Israel, di samping varietas Selandia Baru, Australia dan Yates.

Stroberi merupakan tanaman herba famili Rosaceae, yang secara luas dikonsumsi di seluruh dunia. Bunga dari genus Fragaria ini bersifat biseksual dan mayoritas penyerbukannya dilakukan sendiri. Fragaria vesca ini tumbuh baik pada iklim dingin namun memerlukan cukup cahaya matahari.

Para petani di negara-negara Eropa telah mengadopsi berbagai metode "memaksa tumbuh" stroberinya selama musim dingin untuk meningkatkan harga pasar. Di Belanda dan Belgia, stroberi ditanam di dalam greenhouse menggunakan kantong-kantong dan pot yang diisi substrat berbasis peat. Stroberi juga "dipaksa" untuk tumbuh di lorong-lorong (tunnel) berbahan polyethylene seperti budidaya yang dilakukan di Spanyol, Italia, Prancis, Inggris dan Jerman.

Sementara di Israel dan sebagian daerah otoritas Palestina, stroberi tumbuh sebagai tanaman tahunan, dari September hingga Mei. Di Israel, stroberi ditanam di bawah tunnel polyethylene dan greenhouse menggunakan parit PVC serta wadah-wadah styrofoam yang diisi media nontanah seperti campuran sabut kelapa dan perlit. Varietas yang biasa ditanaman adalah "douglas" dan "tufts". Juga varietas hasil silangan lokal seperti nurit, rachel, dorit, dan ofra.

Salah satu penemuan paling sukses dalam budidaya stroberi di Israel adalah dengan cara "menggantung", yakni menanam stroberi pada media-media yang digantung di udara dalam greenhouse. Inovasi ini diharapkan bisa mengubah cara lama bercocok tanam yang kerap menuai masalah. Penanaman stroberi sering bermasalah bila ditanam pada tanah berpasir, kerap tercemar jamur yang tumbuh di tanah berpasir. Stroberi juga memperoleh reputasi buruk karena penggunaan pestisida. Pasar ekspor stroberi Israel ke Eropa sering terganjal karena residu pestisida ini.

Gagasan mengangkat stroberi dari tanah dan menumbuhkannya pada media lepas (kotak-kotak sepanjang 30 meter digantung di udara di dalam greenhouse) datang dari ahli agronomi Dr. Menachem Dinar, yang hingga kini berperan sebagai direktur divisi pengembangan sayuran dan perlindungan tanaman Kementerian Pertanian Israel.

Terbatasnya lahan pertanian, memacu para ilmuwan Israel untuk "mencaplok" lahan-lahan gurun pasir sebagai lahan bercocok tanam, dengan mengembangkan dan memperkenalkan varietas-varietas tanaman yang cocok dengan kondisi wilayah gersang tersebut dan didukung oleh sistem pengairan yang hemat seperti sistem irigasi tetes. Hasilnya, kini lebih dari 40 persen lahan sayuran dan buah-buahan muncul di gurun Negev dan Arava, bahkan 90 persen ekspor melon dihasilkan dari gurun pasir Arava ini. Meningkatnya ekspor ke Eropa baru-baru ini dalam bentuk komoditas hortikultura, buah-buahan maupun tanaman hias dari lembah-lembah panas di gurun Israel, menjadikan Israel sebagai "greenhouse"nya Eropa.

"Pengendus" Stroberi Masak

Dukungan teknologi bagi pengembangan pertanian tengah gencar dilakukan di Israel. Baru-baru ini para peneliti di Israel telah mengembangkan alat "pengendus" elektronik untuk menentukan kematangan dan kualitas stroberi. Seperti diketahui, setiap buah menjelang matang akan sering mengeluarkan sejumlah senyawa aromatik. Alat pengendus ini akan menangkap dan "merasakan" senyawa volatil (mudah menguap) tersebut. Hebatnya, pengendus ini hanya butuh kurang dari satu detik untuk merespon. Alat semikonduktor ini bermanfaat dalam proses sortasi, atau sampel kontrol kualitas buah stroberi. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***


Soal Pertanian, Bercerminlah pada Israel

INDONESIA dan Israel memang berbeda. Indonesia merupakan negara yang sangat luas, tidak sedikit lahan subur untuk pertanian. Namun teknologi sangat minim dukungannya pada pertanian, sehingga kemakmuran tak pernah dirasakan para petaninya. Di Israel malah sebaliknya, dengan lahan yang terbatas, sebagian besar padang pasir, tapi pertanian di sana didukung riset dan pengembangan yang serius. Dalam bidang pertanian, tak ada salahnya, Indonesia mencontoh negara Zionis ini.

Kelangkaan sumber air dan terbatasnya lahan bukanlah bencana bagi mereka, faktanya produksi pertanian di Israel terus tumbuh. Inilah fenomena yang cukup unik, hasil yang dicapai ini tak lain buah dari kerjasama yang "akrab" dan terus menerus di antara para peneliti, pekerja, petani serta layanan/industri yang berhubungan dengan pertanian.

Berkesinambungannya riset dan pengembangan yang berorientasi aplikasi telah dilakukan di negara yahudi ini sejak awal abad ini. Sektor pertanian saat ini seluruhnya hampir berbasis pada sains-teknologi, yang didukung agen-agen pemerintah, institusi akademis, industri dan badan-badan lainnya, mereka bekerjasama untuk mencari solusi suatu permasalahan

R&D (riset dan pengembangan) Israel telah mengembangkan teknologi-teknologi berbasis sains yang secara dramatis mampu meningkatkan jumlah dan mutu produk-produk negara. Kunci suksesnya terletak pada dua aliran informasi antara personel riset dan para petani.

Lewat jaringan layanan ekstensi (dan keterlibatan petani secara aktif dalam tahap R&D), masalah-masalah di lapangan dibawa langsung ke para peneliti untuk diambil pemecahannya, dan hasil-hasilnya secara cepat dikirimkan lagi ke lapangan untuk diujicoba, diadaptasikan dan kemudian diimplementasikan. (DS/sumber: Agrictech Israel Magazine)***
read more...

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Text Box: PERTANIAN DAN PENGAIRAN



Text Box: 395BAB 9

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara dalam Repe­- lita IV pembangunan pertanian dalam arti luas akan terus di­tingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan pe­tani, memperluas kesempatan kerja, mendorong pemerataan ke­sempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah, serta me­ningkatkan kegiatan transmigrasi. Dengan demikian sektor per­tanian akan makin kuat sebagai pendukung perkembangan Indus- tri dalam rangka mencapai perekonomian yang semakin seimbang.

Selanjutnya Garis-garis Besar Haluan Negara juga menen­-tukan agar pembangunan pertanian yang mencakup pertanian ta­-naman pangan, perikanan, per ternakan, perkebunan dan kehutan­- an lebih ditingkatkan melalui usaha-usaha intensifikasi, eks­tensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi, secara terpadu, serasi dan merata dengan tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Di samping itu peningkatan produk­- si pangan seperti beras dan palawija, termasuk usaha pening­-katan penanganan pasca panen, serta produksi pangan yang ber- asal dari hortikultura, perkebunan , peternakan dan perikan- an, bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan dan seka­- ligus memperbaiki mutu makanan, khususnya dengan memperbesar penyediaan protein nabati dan hewani. Peningkatan produksi


Text Box: 396pangan juga diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen.

Selain itu Garis-garis Besar Haluan Negara juga menetap­- kan bahwa peningkatan produksi perkebunan, kehutanan, per­- ikanan dan peternakan di samping untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan rakyat, juga ber­tujuan untuk menunjang pembangunan industri serta meningkat­- kan ekspor. Peningkatan produksi perikanan dilaksanakan de­- ngan sekaligus memperbaiki kehidupan nelayan dan memajukan desa-desa pantai. Selanjutnya akan ditingkatkan pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.

Di samping memanfaatkan hasil hutan untuk pembangunan, Garis-garis Besar Haluan Negara menentukan agar perhatian pe­- nuh tetap diberikan kepada pembinaan hutan sebagai sumber alam. Dalam rangka itu akan dilanjutkan usaha-usaha peningka­- tan penertiban penebangan hutan, penanaman kembali hutan-hu­- tan yang rusak serta konversi sebagian hutan alam menjadi hu- tan buatan yang menghasilkan kayu untuk energi dan industri. Selanjutnya pengelolaan hutan akan ditingkatkan dan disempur­nakan agar memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada rakyat. Produksi hasil hutan akan ditingkatkan melalui usaha pening-katan efisiensi pengusahaan hutan, pemanfaatan limbah serta jenis kayu dan hasil hutan yang belum diusahakan, dan pening­katan mutu kawasan hutan. Dalam hubungan ini tetap di perha-tikan peranan hutan sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi penduduk sekitarnya. Hal ini akan lebih meningkat­- kan rasa tanggung-jawab masyarakat untuk membina kelestarian hutan.


Text Box: 397Selain itu sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara dalam pembangunan pertanian akan diperhatikan rehabilitasi tanah kritis untuk memulihkan kembali dan mempertahankan ke­suburan tanah, sumber air, hutan, dan sumber alam lainnya. Rehabilitasi tanah kritis tersebut akan disertai dengan usaha peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian sumber alam sehingga masyarakat ikut serta secara aktif dalam pelaksanaannya. Di samping usaha rehabilitasi tanah-tanah kritis antara lain melalui reboisasi dan penghijauan, akan terus dilanjutkan usaha pencegahan timbulnya tanah kritis ba- ru. Untuk keperluan itu di samping penyempurnaan cara penge­lolaan hutan, akan ditingkatkan pengendalian perladangan ber­pindah, sedang di tanah pertanian perlu ditingkatkan kegiatan penyuluhan, percontohan, dan sebagainya.

Pembangunan pertanian harus merupakan usaha yang terpadu dengan pembangunan daerah dan pedesaan. Dalam hubungan ini khusus mengenai masalah tanah GBHN menetapkan agar dilanjut- kan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk mengendalikan se­- cara efektif masalah penggunaan, penguasaan, pemilikan, dan pengalihan hak atas tanah, sehingga benar-benar sesuai dengan asas adil dan merata. Dalam hubungan akan dicegah penga­- lihan hak atas tanah yang menjurus pada pemilikan tanah yang melebihi ketentuan yang berlaku. Di samping itu akan diusaha­- kan untuk mencegah pembagian tanah yang sangat kecil, agar manfaat penggunaan tanah tidak makin berkurang.

Untuk menunjang pembangunan pertanian akan diteruskan dan disempurnakan usaha penyuluhan dan pendidikan pertanian; juga akan dilanjutkan perbaikan dan perluasan prasarana, pem­bukaan lahan baru, penyediaan sarana produksi, penyediaan dan


Text Box: 398kemudahan kredit dengan syarat yang memadai, serta penelitian dan pemilihan teknologi pertanian yang tepat, yang disebarkan keseluruh daerah dan masyarakat petani.

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, di samping pem­binaan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah, akan makin ditingkatkan keikutsertaan petani/nelayan melalui ke­lompok-kelompok tani/nelayan dan koperasi-koperasi unit desa; sedangkan perusahaan pertanian yang besar didorong agar dapat membantu pengembangan usaha pertanian rakyat.

Selanjutnya akan ditingkatkan pengembangan sistem pema­saran yang menjamin harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen dengan mengikut sertakan koperasi unit desa.

Peranan pengairan dalam pembangunan pada umumnya dan pembangunan pertanian pada khususnya adalah sangat penting. Karena itu, sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara da­-lam Repelita IV pembangunan pengairan akan dilanjutkan dan diarahkan untuk menyediakan air irigasi yang cukup, mengaman­-kan areal produksi dari kerusakan akibat banjir dan mendukung pembukaan dan pemanfaatan areal pertanian baru dalam rangka peningkatan produksi pangan. Di samping itu pembangunan pe­ngairan juga ditujukan untuk mengembangkan, mengatur dan men­jaga kelestarian sumber-sumber air, menunjang penyediaan air untuk kesejahteraan masyarakat serta mendukung pembangunan industri dan kelistrikan.

Pembangunan pengairan yang dilakukan dengan jalan pem­buatan jaringan baru, rehabilitasi, pemeliharaan dan peman­faatan jaringan-jaringan yang ada, pengembangan daerah rawa serta penyelamatan hutan, tanah dan air akan diteruskan dan


Text Box: 399ditingkatkan, khususnya di daerah-daerah yang dapat mening-katkan produksi dalam waktu pendek. Dalam hubungan ini masya­rakat petani akan didorong untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia itu dengan mencetak sawah-sawah baru, pertamba­- kan dan perkolaman di samping mengintensifkan pengairan sa- wah-sawah yang telah ada. Di samping itu akan lebih diting­-katkan kegiatan pengembangan air tanah khususnya di daerah­-daerah pertanian kering dan rawan.

Selain itu untuk memanfaatkan jaringan pengairan yang ada secara optimal maka jaringan tersier dan kwarter akan te- rus dikembangkan. Selanjutnya akan ditingkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam usaha-usaha pe­meliharaan saluran dan bangunan pengairan serta pengaturan air secara lebih efisien, antara lain dengan membina dan me­ngembangkan kelompok-kelompok tani pemakai air.

Kebijaksanaan pembangunan pertanian dan pengairan dia­- rahkan untuk mengusahakan pembangunan yang makin seimbang an­-tara pembangunan sub sektor pertanian dan pembangunan sub sek­- tor pengairan dimana pengairan berfungsi sebagai penunjang terhadap pertanian. Demikian pula diusahakan adanya keseimba­-ngan pembangunan didalam sub sektor pertanian sendiri. Dalam hubungan ini unsur-unsur yang masih tertinggal di masing-ma­- sing bagian, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan akan lebih memperoleh perhatian, se­-perti pengembangan produksi palawija, hortikultura, perikanan lepas pantai dalam rangka pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.

Dalam pembangunan pengairan diusahakan pula keseimbangan pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan


Text Box: 400dimana kebutuhan untuk sektor-sektor di luar pertanian bagi daerah-daerah tertentu sudah jauh meningkat.

Dalam pada itu juga akan diusahakan bahwa perkembangan dalam bidang produksi pertanian akan diimbangi pula oleh pe­ngembangan bidang pemasaran serta pengembangan industri pe­ngolahan basil pertanian.

Untuk periode Repelita IV nilai tambah riel sektor per­tanian diperkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 3,0% per tahun. Perlu dikemukakan bahwa di­dalam perhitungan nilai tambah sektor-sektor ekonomi, nilai tambah beberapa produk seperti beras, gula, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, kayu olahan, kayu lapis, dan beberapa produk lainnya, diperhitungkan bukan di dalam sektor per­- tanian melainkan di dalam sektor industri.

II. KEADAAN DAN MASALAH A. PERTANIAN

1. Keadaan Pertanian

Bertitik tolak pada masalah-masalah pokok yang dihadapi sewaktu memasuki Repelita III, dan berdasarkan kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan pertanian yang digariskan da­- lam Repelita III akan diuraikan berbagai hasil yang telah di­capai dalam pembangunan pertanian.

a. Perkembangan Peningkatan Produksi Pangan.

Produksi hasil-hasil pertanian terpenting selama Repelita III secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang cukup


Text Box: 401baik, seperti tampak pada Tabel 9 - 1.

Selama Repelita III peningkatan produksi beras setiap ta- hun adalah 6,1%. Meningkatnya produksi beras ini terutama di­sebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata beras per ha. Pe­ningkatan tersebut antara lain diwujudkan oleh diselenggara­-kannya Intensifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus).

Peranan Insus dan Opsus tersebut menyebabkan penggunaan benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), penggunaan pupuk dan penggunaan pestisida menjadi bertambah tinggi dan meluas.

Hasil rata-rata beras per ha pada akhir Repelita II se­besar 1,96 ton, pada akhir Repelita III menjadi 2,57 ton atau rata-rata setiap tahunnya meningkat sebesar 7%.

Produksi palawija baik jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah selama Repelita III menunjukkan kenaikan. Kenai­- kan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya luas panen.

Selama Repelita III, produksi perikanan mengalami pening­katan 5,3% setiap tahun, dengan kenaikan produksi perikanan laut dan darat masing-masing sebesar 5,2% dan 5,6% setiap ta­- hun. Meningkatnya produksi perikanan laut terutama berasal dari hasil-hasil usaha motorisasi perikanan rakyat dan berkem­bangnya perusahaan-perusahaan perikanan besar yang mengguna­- kan alat-alat penangkapan ikan modern. Sedangkan peningkatan produksi perikanan darat terutama bersumber dari hasil usaha intensifikasi budi daya tambak.

Produksi daging, telur dan susu juga mengalami peningkat- an, tanpa penurunan populasi ternak. Produksi daging setiap tahun naik 7,3%, telur 17,4% dan susu 17,2%. Naiknya produksi


Text Box: 402TABEL 9 - 1
PRODUKSI BEB0RAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,

1978 - 1983

(ribu ton)

.

Jenis hasil

1978

1979

1980

19811)

19822)

19835)

Kenaikan

1. Boras 7)

17.525

17.872

20.163

22.286

23.191

23.462

6,1

2. Jagung

4.029

3.606

3.991

4.509

3.207

5.180

9,2

3. Ubi kayo

12.902

13.751

13.726

13.301

12.676

13.219

0,6

4. Ubi jalar

2.083

2.194

2.079

2.094

1.897

2.231

1,8

5. Kedelai

617

680

653

704

513

580

0

6. Kacang tanah

446

424

470

475

434

477

1,6

7. Ikan laut

1.227

1.318

1.395

1.408

1.490

1.527,7

5,2

8. Ikan darat

420

430

455

506

530

552,2

5,6

9. Daging

475

486

571

596

629

671

7,3

10. Telur

151

164

259

275

297

316

17,4

11. Susu 3)

62

72

78

86

117

135

17,2

12. Karet

884

898

1.002

1.046

861

1.01.7

3,6

13. Kelapa sawit/minyak 7)

532

642

701

748

874

972

12,9

14. Kelapa/kopra

1.575

1.582

1.759

1.812

1.736

1.628

0,8

15. Intl sawit

94

108

126

135

146

165

11,9

16. Kopi

223

228

285

295

266

234

1,8

17. T e h

91

125

106

110

92

111

6,0

18. Cengkeh

21,2

35,2

39,2

40,2

31

32

12,1

19. Lada

46

47

37

39

38

32

-6,4

20. Tembakau

81

87

116

118

117

122

9,2

21. Gula tebu 7)

1.516

1.601

1.831

1.700

1.861

2.164

7,7

22. Kapas

0,5

0,6

6

10

19,8

7,0

204,0

23. Kayu bulat4)

31.094

29.509

25.818

23.332

22.748

26.480

-2,7

24. Kayu olahan 6) 7)

7.000

9.286

10.644

12.978

13.596

15.890

14,5

25. Kayu lapis 6) 7)

975

1.435

2.332

3.963

6.020

7.590

52,6

1) Angka diperbaiki

2) Angka sementara

3) Dalam juta liter

4) Dalam ribu m3

5) Angka ramalan. Untuk padi/beras dan palawija ramalan III

6) Dalam ribu m3 r.e. (round wood equivalent).

7) Dalam perhitungan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi,

nilai tambah produk ini diperhitungkan di dalam sektor industri.

Text Box: 403daging dan telur ayam antara lain disebabkan oleh perkemba­-ng an yang pesat dari perusahaan-perusahaan besar peternakan. Sedangkan naiknya produksi susu sebagai akibat bertambahnya populasi sapi perah. Pada tahun-tahun selama Repelita II, me­ningkatnya produksi daging mengakibatkan menurunnya populasi ternak, sedangkan pada Repelita III meskipun produksi daging terns meningkat, populasi ternak tidak menurun karena impor bibit ternak.

Produksi perkebunan selama Repelita III rata-rata setiap tahun juga menunjukkan kenaikan. Minyak kelapa sawit setiap tahun naik 12,9%, inti sawit 11,9%, teh 6%, gula tebu 7,7% dan kopi 1,8%. Peningkatan produksi gula tebu telah berhasil menurunkan kebutuhan impor gula pada tahun-tahun terakhir Re­pelita III. Peningkatan produksi hasil-hasil perkebunan ter­- sebut merupakan hasil perluasan areal dan peningkatan produk­tivitas, terutama dari hasil perkebunan-perkebunan besar.

b. Perkembangan Hasil-hasil Pertanian Untuk Bahan Indus­- tri dan Untuk Ekspor.

Hasil-hasil pertanian untuk bahan industri dalam negeri maupun untuk ekspor terdiri dari kelompok bahan makanan dan minuman baik hasil tanaman pangan, perikanan, peternakan mau­- pun perkebunan, dan kelompok bukan bahan makanan, terutama hasil dari perkebunan seperti karet dan hasil peternakan se­- perti kulit.

Sebagaimana telah ditunjuk kan pada Tabel 9 - 1, di antara produksi hasil pertanian untuk bahan industri dalam negeri dan untuk ekspor, hanya lada yang mengalami penurunan produk- si.


Text Box: 404Ekspor hasil-hasil pertanian selama Repelita III kurang memberikan perkembangan yang cukup baik, hal ini karena ada­- nya resesi ekonomi dunia yang, membuat lemahnya permintaan akan komoditi ekspor hasil-hasil pertanian pada tahun-tahun terakhir Repelita III.

Meskipun produksi kayu bulat mengalami penurunan dalam Repelita III, produksi kayu olahan dalam waktu yang sama bah­- kan meningkat dengan 14,5% per tahun dan kayu lapis meningkat dengan 52,6% per tahun.

c. Pelestarian Sumber Daya Alam

Dalam rangka usaha pemulihan tanah kritis serta pengem­- bangan hutan rakyat yang dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan bahan bakar di daerah pedesaan, usaha-usaha reboisasi dan penghijauan dalam Repelita III telah ditingkatkan. Di samping itu, penetapan sebagai daerah asal transmigran pada daerah­- daerah ber bukit-bukit di Jawa yang mempunyai daya dukung alam yang semakin merosot karena pertambahan penduduknya, merupa­- kan usaha-usaha tidak langsung terhadap pelestarian sumber daya alam. Dengan demikian usaha-usaha intensifikasi dan di­versifikasi pada lahan-lahan kering dalam rangka meningkat- kan produksi palawija dengan disertai pula usaha sengkedan merupakan salah satu cara lain untuk melestarikan sumber daya alam, dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani-petani la­- han kering.

Selama Repelita III, penghijauan di lahan milik petani meliputi areal seluas 645 ribu ha, reboisasi seluas 700 ribu ha dan rehabilitasi areal bekas tebangan seluas 272 ribu ha.

Di samping usaha pemulihan kelestarian sumber daya alam seperti tersebut di atas, juga usaha-usaha perlindungan hutan


Text Box: 405dan pelestarian alam telah mendapat perhatian yang besar. Sampai dengan akhir Repelita III, kawasan konservasi sumber daya alam telah mencapai luas 12,2 juta ha yang berupa suaka margasatwa, cagar alam, taman burung, taman wisata, taman laut dan taman nasional. Taman nasional yang telah ditetapkan dan telah mulai dikembangkan dalam Repelita III adalah seba-nyak 16 lokasi dengan luas seluruhnya 4,48 juta ha. Di sam­- ping itu juga telah ditetapkan 30,4 juta ha hutan lindung sebagai pengatur tata air, pencegah bahaya banjir dan erosi, untuk mempertahankan kesuburan tanah, dan keseimbangan ling­kungan hidup.

d. Pendapatan Petani/Nelayan, Perluasan Kesempatan Kerja serta Pemasaran Hasil dan Sarana Pertanian.

Tujuan pembangunan pertanian bukan saja untuk meningkat­- kan produksi pertanian pangan dan meningkatkan ekspor, mela­inkan juga untuk meningkatkan pendapatan sebagian terbesar rakyat dalam rangka peningkatan harkat dan martabat rakyat pedesaan yang mata pencaharian utamanya adalah dari kegiatan pertanian. Usaha peningkatan produksi pertanian yang dilaksa­nakan melalui program intensifikasi, perluasan areal serta rehabilitasi dan peremajaan tanaman tahunan dengan penerapan sistem perkebunan inti rakyat, juga akan meningkatkan penda­patan petani di samping memperluas kesempatan kerja di daerah pedesaan.

Fluktuasi harga padi dan beras, harga dari sarana produk­- si seperti pupuk dan pestisida tidak setinggi yang pernah di­alami pada tahun-tahun sebelum Repelita III. Pemasaran hasil­basil produksi pertanian seperti padi dan beras sudah dapat ditanggulangi dengan dikembangkannya Koperasi Unit Desa. Wa‑


Text Box: 406laupun demikian fluktuasi harga yang tinggi bagi hasil per­tanian lainnya, seperti hasil palawija dan hortikultura, sam­-pai dewasa ini belum sepenuhnya dapat diatasi.

e. Prasarana dan Lembaga Pertanian.

Prasarana dan lembaga pertanian sangat penting peranannya dalam menunjang pembangunan pertanian. Usaha-usaha untuk me­nyempurnakan prasarana dan kelembagaan pertanian, yang sudah dimulai sejak Repelita I, dan selama Repelita III terus di­tingkatkan.

Jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkatkan dari sebanyak 167 unit pada akhir Repelita II, menjadi 1.321 unit pada tahun keempat Repelita III. Dengan penambahan jumlah BPP tersebut penyelenggaraan kursus tani, petak percontohan, usa­- ha pertanian percontohan dapat dilaksanakan secara lebih ter­atur. Di samping melalui penyuluhan-penyuluhan lapangan, sia­ran-siaran pertanian melalui media massa telah ditingkatkan pula. Demikian pula Penyuluh Pertanian Lapangan yang pada akhir Repelita II berjumlah 8.311 orang, dewasa ini telah mencapai 13.353 orang. Dalam Repelita III telah ada penyuluh Pertanian Madya yang jumlahnya pada akhir Repelita III telah mencapai 2.684 orang. Penyuluh Pertanian Spesialis jumlahnya meningkat dari 300 orang, pada akhir Repelita II menjadi 567 orang pada tahun keempat Repelita III. Jumlah prasarana dan tenaga penyuluh peternakan juga telah ditingkatkan. Sampai tahun terakhir Repelita III jumlah laboratorium diagnostik telah mencapai 312 unit, sedangkan pada akhir Repelita II ba- ru mencapai 205 unit. Tenaga Penyuluh Peternakan Spesialis telah ditambah dari 293 orang pada akhir Repelita II menjadi 368 orang, tenaga Penyuluh Peternakan Lapangan dan demonstra‑


tor dari 463 orang menjadi sejumlah 936 orang dan tenaga vak­sinator dari 1.025 orang menjadi sebanyak 1.130 orang. Dalam usaha menunjang peningkatan usaha perikanan rakyat terutama dalam memasarkan produksi nelayan telah dibangun dan direha­bilitasi sejumlah pelabuhan perikanan. Sampai dengan akhir Repelita III telah dibangun pelabuhan perikanan sebanyak 24 buah dan Pangkalan Pendaratan Ikan sebanyak 147 buah, sedang­-kan selama Repelita II Pelabuhan Perikanan baru yang dibangun adalah sebanyak 17 buah dan Pangkalan Pendaratan Ikan seba- nyak 133 buah .

Guna mendukung usaha pemantapan pemasaran hasil-hasil pertanian khususnya di daerah pedesaan, Koperasi Unit Desa telah membangun gudang pangan. Dengan adanya gudang-gudang pangan tersebut, penyaluran hasil-hasil pertanian khususnya beras menjadi lebih efisien. Di samping itu KUD membeli atau menampung tebu dari para petani, khususnya para petani yang melaksanakan intensifikasi tebu dalam rangka Tebu Rakyat In­tensifikasi.

Peningkatan pembangunan prasarana jalan terutama jalan­- jalan desa dan kabupaten telah memperlancar pemasaran hasil­hasil pertanian ke pasaran umum dan menunjang peningkatan produksi pertanian. Di daerah-daerah terpencil telah dibangun jalan-jalan penunjang bantuan Inpres yang tujuannya juga un­- tuk memperlancar jaringan tata niaga hasil pertanian.

2. Masalah-masalah Pokok Pertanian

Meskipun selama Repelita III sudah banyak sasaran-sasaran dari pembangunan pertanian yang telah dicapai, namun masih terdapat masalah-masalah yang dalam Repelita III belum dapat sepenuhnya dipecahkan. Di samping itu, dalam kurun waktu yang

407


Text Box: 408sama timbul pula masalah-masalah baru yang perlu memperoleh penanganan.

Masalah-masalah pokok pertanian dewasa ini meliputi: (1) mempertahankan peningkatan produksi beras dan peningkatan produksi pangan lainnya; (2) peningkatan produksi hasil-hasil pertanian dalam menunjang industri, ekspor, dan substitusi impor; (3) kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hi­- dup;(4) pemasaran hasil dan sarana produksi; (5) ketenaga kerjaan di sub sektor pertanian; (6) kelembagaan.

a. Masalah Mempertahankan Peningkatan Produksi Beras dan Peningkatan Produksi Pangan Lainnya.

Dengan meningkatnya produksi beras rata-rata per tahun sebesar 6,1% dalam Repelita III, sasaran Repelita III telah dilampaui pada tahun ketiga Repelita III. Peningkatan produk­- si beras ini terutama disebabkan oleh dilaksanakannya Inten­sifikasi Khusus (Insus) dan Operasi Khusus (Opsus) yang mulai diperkenalkan masing-masing pada Musim Tanam 1979 dan 1980/81.

Masalah yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan ha- sil-hasil yang telah dicapai tersebut di samping meningkatkan intensifikasi lahan kering dalam rangka peningkatan produksi palawija dan hortikultura yang sampai saat ini belum menun­- jukkan hasil-hasil yang memuaskan. Sedangkan Opsus yang jang­kauannya adalah wilayah-wilayah yang selama ini terisolir te- tapi memiliki potensi produksi pangan yang cukup tinggi masih harus diperluas tanpa harus mengabaikan usaha-usaha peningka- tan produksi palawija dan hortikultura, terutama di lahan kering.

Di samping padi, produksi palawija dan hortikultura mem­- punyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan dan seba‑


Text Box: 409gai sumber pendapatan petani, terutama petani-petani di lahan kering dan wilayah yang tidak terkena jangkauan jaringan iri­-gasi. Usaha peningkatan produksi palawija dalam memantapkan swasembada pangan, menghadapi masalah teknis agronomis, dis­tribusi dan pemasaran. Dalam hal ini, pelayanan angkutan dan sistem tata niaga sangat diperlukan guna merangsang petani dalam usaha meningkatkan produksinya.

Dalam hal produksi hasil-hasil peternakan, permasalahan­- nya berkisar pada terbatasnya penyediaan makanan hijauan, kualitas dan kuantitas bibit ternak, penyaluran dan harga sa­- rana produksi serta masalah penanganan pasca panen.

Dalam hal perikanan, masalah kelestarian sumber daya ha- yati terutama pada perairan pantai yang ber penduduk padat se- perti pantai utara Jawa, pantai Selat Malaka dan pantai barat Sulawesi Selatan sudah mulai kritis. Di lain pihak terdapat beberapa wilayah perairan yang sumber daya hayatinya baru se­bagian kecil saja yang dimanfaatkan.

b. Masalah Peningkatan Produksi Hasil-hasil Pertanian dalam Menunjang Industri, Ekspor dan Substitusi Impor.

Pengembangan industri pertanian akan mempertinggi nilai tambah dan mutu komoditi ekspor hasil pertanian. Masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah bahwa barang ekspor hasil per-tanian tersebut masih terbatas pada jenis komoditi tertentu, seperti; karet, minyak kelapa sawit, teh, ikan dan udang.

Di samping itu karena terbatasnya permodalan, dan kurang- nya ketrampilan dan pengetahuan para produsen dalam penangan- an pasca panen, mutu hasil komoditi pertanian ekspor yang di‑


pasarkan tersebut kurang memadai. Sarana pengangkutan yang kurang dan tingginya biaya pengangkutan menyebabkan tingginya biaya pemasaran. Dengan demikian komoditi-komoditi tersebut kurang dapat bersaing di luar negeri.

Permasalahan yang masih belum terpecahkan dalam rangka usaha peningkatan produksi kehutanan adalah pengendalian pe­ngusahaan dan pengamanan hutan yang belum efektif yang erat sekali kaitannya dengan usaha menjaga kelestarian alam.

c. Masalah Kelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Masalah gangguan kelestarian sumber daya alam dan ling­-kungan hidup semakin meluas sehingga mempengaruhi pembangunan pertanian. Masalah tersebut disebabkan antara lain oleh pesat­nya pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri yang kurang terkendali. Bertambahnya jumlah penduduk di daerah pe­desaan menyebabkan sempitnya luas usaha tani yang mengakibat­-kan penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang dengan da­- ya dukung alamnya, sehingga menimbulkan erosi yang bertambah besar.

Daerah hutan yang berdekatan dengan daerah pemukiman pen­duduk sering pula terganggu kelestariannya karena adanya penebangan-penebangan hutan, baik secara liar maupun setengah liar. Demikian pula penebangan kayu hutan oleh para pengusaha hutan yang dilakukan tanpa mengikuti teknik penebangan yang sudah digariskan, dan penanaman kembali yang tidak teratur masih saja terjadi.

Text Box: 410Penangkapan ikan yang semena-mena dapat mengakibatkan pu­la timbulnya "over fishing". Di samping itu penggunaan pera­- latan seperti bahan peledak, racun dan listrik serta penggu‑


Text Box: 411naan mata jaring yang terlalu kecil juga dapat merusak keles­tarian sumber perikanan. Tambahan pula penebangan hutan bakau di pantai yang tidak terkendali dapat merusak tempat berpijak atau bertelurnya ikan dari perairan di dekatnya. Selanjutnya penggunaan obat pemberantas hama dan bahan pengawet yang in­tensif serta kurang sempurnanya pembuangan limbah industri, dan bahan buangan lainnya dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan biologis alam dan usaha-usaha perikanan di tam- bak, perairan umum dan di sawah.

Indonesia memang terkenal dengan flora dan faunanya yang beraneka ragam, tetapi perburuan satwa liar dan pengambilan tumbuhan liar yang semena-mena tanpa dibatasi akan menyebab- kan kepunahan satwa dan tumbuhan liar tersebut.

d. Masalah Pemasaran Hasil dan Sarana Produksi

Semakin meningkatnya produksi pertanian telah menimbulkan pula masalah pemasaran hasil dan sarana produksi pertanian. Konsistensi penanganan kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesinambungan peningkatan produksi pertanian. Bagian yang diterima petani dari hasil pertanian yang dipa­sarkan masih tetap rendah sebagai akibat lemahnya posisi petani dalam pemasaran hasil. Rendahnya bagian harga yang diterima petani tersebut akan menghambat usaha peningkatan produksi dan peningkatan pendapatannya. Di samping itu masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi rendahnya bagian harga yang diterima petani seperti biaya pengangkutan yang tinggi, yang sekarang sebagian sudah dapat diatasi karena prasarana dan sarana angkutan yang lebih memadai dan telah berfungsinya KUD.


Text Box: 412Dalam pemasaran hasil hutan khususnya kayu dan hasil-ha­- sil pengolahannya masih belum dapat diatasi masalah tata nia- ga yang tidak efisien akibat adanya mata rantai tata niaga yang panjang. Dalam Repelita III masalah ini sudah mulai di­tangani dengan diadakannya persiapan untuk membangun pusat perkayuan atau terminal kayu di pusat-pusat produksi dan konsumsi yang strategis.

e. Masalah Ketenaga Kerjaan di Sub Sektor Pertanian.

Masalah ketenaga-kerjaan di sub sektor pertanian, pada umumnya berkaitan erat dengan masalah-masalah kesenjangan kependudukan antara perkotaan dengan pedesaan serta perim­- bangan kegiatan usaha antara sektor pertanian dengan sektor­sektor lain seperti industri dan jasa-jasa.

Pengalihan tenaga kerja dari sub sektor pertanian yang sudah sangat padat ke sektor lain yang cukup produktif akan dapat mengatasi kelebihan tekanan tenaga kerja pertanian di daerah padat penduduk. Perkembangan industri rumah tangga dan kerajinan dan kegiatan perdagangan di pedesaan, di samping transmigrasi diharapkan dapat lebih meningkat lagi. Hal ini akan membantu memperluas lapangan kerja dan mengurangi tekanan penduduk di pedesaan.

Dalam pengusahaan hutan, penyerapan tenaga kerja Indone- sia, khususnya tenaga trampil dan ahli belum mencapai jumlah yang optimal. Pendidikan ketrampilan dan keahlian untuk bi­- dang kerja pengusahaan hutan akan ditingkatkan agar dapat membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja tersebut.


Text Box: 413f. Masalah Kelembagaan

Faktor kelembagaan turut menentukan keberhasilan pemba-ngunan di sektor pertanian. Lembaga-lembaga pelayanan masya­-rakat seperti lembaga penyuluhan akan dapat lebih berfungsi jika didorong oleh lembaga ekonomi seperti perbankan, KUD dan lembaga-lembaga pemasaran.

Aparatur dan kelembagaan di sektor pertanian yang diba­- ngun oleh Pemerintah sudah jauh lebih baik dari pada aparatur dan kelembagaan di sektor lainnya di pedesaan. Ketidak seim­bangan dalam perkembangan kelembagaan dari berbagai sektor di daerah pedesaan akan menghambat efektivitas dari lembaga-lem­-baga yang sudah ada dan sudah berkembang. Karena itu koordi­- nasi yang lebih baik di antara lembaga-lembaga pelayanan yang sudah ada dan juga gerak dan langkah yang serasi antara lem­-baga-lembaga pelayanan dengan lembaga-lembaga ekonomi di dae- rah pedesaan merupakan masalah yang memerlukan perhatian da­- lam Repelita IV.

Kelompok tani/nelayan merupakan media penyuluhan yang efektif, yang dapat membantu tugas dan fungsi lembaga pela- yanan milik pemerintah. Pembentukan kelompok-kelompok tani selain merupakan sarana penyuluhan, juga merupakan persiapan untuk berkoperasi.

B. PENGAIRAN

1. Keadaan Pengairan

Pembangunan pengairan selama Repelita III yang juga me­rupakan kelanjutan Repelita-Repelita sebelumnya ditujukan ter‑


Text Box: 414utama untuk menunjang peningkatan produksi pangan, di samping menunjang kegiatan pembangunan sektor lain seperti penyediaan air baku untuk rumah tangga, industri dan kelistrikan, serta pengamanan areal produksi dan pemukiman dari bahaya banjir. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan melalui perbaikan dan pe­ningkatan kemampuan jaringan irigasi, pembangunan irigasi ba­ru, pengembangan lahan rawa dan rawa pasang surut untuk men­dukung perluasan lahan pertanian, serta usaha pengaturan dan pengamanan sungai dan gunung berapi untuk pengendalian banjir.

Kegiatan perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi sela­-ma Repelita III mencakup areal seluas 407.531 ha. Selama Re­pelita I dan II hasil dari kegiatan perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi mencapai seluas 1,4 juta ha. Dengan demiki- an selama tiga Repelita kegiatan tersebut sudah mencapai luas 1,8 juta ha yang sebagian besar dilaksanakan di pulau Jawa, Lampung, Sulawesi Selatan dan beberapa propinsi lainnya. Da-lam periode yang sama pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi baru memberi tambahan areal pertanian yang memiliki fasilitas irigasi seluas 482.525 ha, yang sebelumnya merupakan lahan sawah tadah hujan atau lahan pertanian baru yang memerlukan pencetakan sawah. Selama Repelita III sawah yang dapat di cetak seluas sekitar 170.000 ha.

Untuk memanfaatkan prasarana irigasi yang ada secara op­timal melalui pembagian air yang lebih baik dan merata sesuai kebutuhan dan pola tanam, dilaksanakan rehabilitasi dan pem­bangunan jaringan tersier seluas 1.853.619 ha, yang jauh le-bih luas dari sasaran dalam Repelita III yaitu seluas 600.000 ha. Pencapaian kegiatan tersebut yang jauh lebih luas dari sasaran semula karena tidak hanya dalam rangka melengkapi ha‑


sil pelaksanaan perbaikan irigasi dan pembangunan irigasi ba­-ru selama Repelita III tetapi juga melengkapi dan menyempur­nakan hasil-hasil pelaksanaan Repelita-Repelita sebelumnya. Bersamaan dengan itu dilaksanakan pula pembentukan serta pem­binaan organisasi petani pemakai air guna meningkatkan kemam­puan dan kesadaran para petani dalam pengelolaan dan pemeli­haraan prasarana irigasi secara optimal di tingkat usaha tani.

Usaha memanfaatkan lahan rawa baik rawa pasang surut mau­-pun bukan pasang surut, untuk pertanian sekaligus dikaitkan dengan program transmigrasi. Selama Repelita III telah dapat direklamasi rawa pasang surut dan rawa bukan pasang surut se­luas 465.286 ha, sekitar dua per tiga diantaranya merupakan lahan potensial untuk pertanian. Untuk mengamankan daerah pe­mukiman dan pusat-pusat produksi dari ancaman bencana banjir dan lahar gunung berapi dilaksanakan kegiatan pengaturan, pe­ngamanan sungai, pembuatan sistem drainase pencegah genangan air, serta pembuatan "check dam" dan kantong lahar, yang se­kaligus dikaitkan pula dengan pengembangan pemanfaatan sungai yang mencakup seluas 710.188 ha.

Bersamaan dengan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan pembangunan waduk-waduk guna menanggulangi kekurangan air pa­-da musim kemarau yang antara lain dikaitkan pula dengan kegi­atan sektor lain seperti kelistrikan, serta pengendalian ban­jir. Waduk besar yang sudah diselesaikan antara lain waduk serbaguna Gajah Mungkur di Wonogiri Jawa Tengah, waduk Widas di Jawa Timur, waduk Way Rarem di Lampung dan Batu Jai di Lombok.

Usaha pemanfaatan air tanah di daerah-daerah kering dan langka air permukaan guna kebutuhan pertanian dan rumah tangga

415


Text Box: 416telah dikembangkan di berbagai tempat di Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut serta mempersiapkan pembangunan-pembangunan pengairan pada waktu-waktu yang akan datang dilaksanakan berbagai kegiatan penelitian, penyelidikan dan perencanaan antara lain: (1) me­nyusun pola pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air; (2) pemasangan dan observasi serta analisa data instalasi ja­ringan hidrologi dan hidrometri; (3) penelitian aspek hidro­- lika bangunan air, sedimentasi, ekosistem lingkungan tata air, serta monitoring dan pengendalian kualitas air.

2. Masalah-masalah Pokok Pengairan

Selama periode pelaksanaan Repelita III beberapa permasa­lahan yang timbul dan yang belum sepenuhnya dapat ditanggula­- ngi, yang akan menjadi perhatian dalam Repelita IV, diantara­- nya adalah: (1) perluasan jaringan irigasi dalam rangka per­-luasan lahan pertanian belum dapat diikuti sepenuhnya oleh kegiatan pencetakan sawah karena berbagai sebab, mengakibat- kan sebagian prasarana irigasi belum dapat dimanfaatkan; (2) eksploitasi dan pemeliharaan prasarana irigasi yang memadai sangat diperlukan untuk menjaga tetap berfungsinya prasarana irigasi sesuai dengan masa pelayanan yang direncanakan. Dalam hubungan ini diusahakan agar penggunaan dana eksploitasi dan pemeliharaan yang terbatas jumlahnya dapat lebih efektif di­-sertai peningkatan peranserta yang lebih aktif dari masyara- kat pemakai air; (3) kriteria yang menyangkut berbagai per­syaratan teknis dan non teknis dalam pemilihan lokasi yang merupakan kendala pelaksanaan pembangunan seperti status


lahan, kondisi lahan untuk pertanian, tersedianya tenaga pe­-tani untuk pemanfaatan irigasi, serta hal-hal lain yang me­nyangkut keterpaduan dengan berbagai kegiatan lainnya; (4) usaha-usaha pemanfaatan sumber-sumber air untuk kepentingan berbagai sektor pembangunan masih belum sepenuhnya dapat di­rencanakan dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam pada itu upaya penyediaan air dihadapkan kepada masalah-masalah ke­terbatasan potensi sumber air dan semakin meningkatnya kebu­tuhan air untuk berbagai sektor pembangunan.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

A. PERTANIAN

Pembangunan pertanian dalam Repelita IV merupakan kelan­jutan dan peningkatan dari pembangunan pertanian dalam Repe­-lita III. Dalam hubungan ini, pertama-tama akan diusahakan memecahkan masalah-masalah yang dalam Repelita III telah di­tangani tetapi belum dapat sepenuhnya dipecahkan, dan masa­- lah-masalah baru yang timbul dalam proses pembangunan. Dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan keserasian dan keseim­-bangan pembangunan di sub sektor pertanian, perhatian utama akan diarahkan untuk meningkatkan pembangunan pada unsur-un- sur yang relatif masih ketinggalan seperti dalam pembangunan pertanian tanaman pangan, di samping terus meningkatkan pro­duksi padi. Dalam hubungan ini perhatian utama akan diarahkan pada peningkatan produksi palawija dan hortikultura di lahan­lahan kering. Dalam perikanan, di samping memanfaatkan per-airan pantai, perhatian utama akan ditujukan pula untuk pe­manfaatan perairan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif.

417


Text Box: 418Dengan peningkatan berbagai komoditi pangan, baik sumber karbohidrat maupun protein nabati dan hewani, diusahakan pula tercapainya penganekaragaman konsumsi yang makin seimbang dan serasi. Kesemuanya akan dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai tujuan akhir, yaitu meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan lahir dan bathin yang adil dan merata se­- suai dengan sasaran-sasaran pembangunan yang digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

Sesuai dengan kemampuan yang sudah ada, dan potensi dari sumber daya alam, dan sumber daya manusia serta teknologi yang tersedia, pembangunan pertanian yang merupakan titik be- rat dalam pembangunan ekonomi, bertujuan : (1) memantapkan swasembada pangan agar pangan cukup tersedia dan tersebar merata dengan harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat banyak; (2) meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi ke­butuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, baik komoditi ekspor tradisional maupun komoditi ekspor yang baru yang harus dikembangkan serta peningkatan produksi komoditi­komoditi yang masih di impor; (3) memperluas kesempatan kerja di sub sektor pertanian sejalan dengan usaha peningkatan ke­mampuan teknologi yang padat karya, yang mudah diserap, dite­rapkan dan dipelihara dalam pemanfaatan sumber daya alam de- ngan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya ser- ta lingkungan hidupnya. Usaha memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha tani dilakukan pula melalui program transmigrasi dan pemukiman kembali; (4) mendorong pemerataan kesempatan berusaha di antara para petani, nelayan, pekebun, peternak dengan meningkatkan penyuluhan dan latihan, penye­- baran sarana produksi, perkreditan, informasi pasar dan per‑


baikan prasarana perhubungan dan komunikasi; (5) mendorong perusahaan-perusahaan pertanian yang besar agar membantu pe­ngembangan usaha pertanian rakyat dengan sistem perusahaan inti rakyat baik dalam teknologi pertaniannya, penyediaan sa­- rana bibit/benih yang unggul dan baik, pengolahan maupun pe­masaran hasilnya. Perluasan usaha pertanian dengan memanfaat- kan daerah-daerah padang alang-alang dengan sistem perusahaan inti rakyat, sekaligus merupakan usaha memulihkan kembali ke­suburan tanah. Khusus dalam perikanan perluasan usaha dikait­- kan dengan pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dikaitkan dengan usaha-usaha pe­ngelolaan kelestarian sumber daya alam. Kegiatan-kegiatan pe­ngelolaan kelestarian sumber daya alam serta lingkungan hi­- dup, meliputi usaha-usaha pengawetan sumber-sumber daya alam dan akibat sampingan penggunaan sumber-sumber daya yang ber­sangkutan pada lingkungan hidup baik terhadap sumber daya alam itu sendiri maupun terhadap lingkungan hidup manusia. Usaha-usaha tersebut dilakukan baik dalam tata cara bertanam dan berusaha tani sengkedan dan sebagainya maupun dalam mere­habilitasi tanah-tanah kritis (reboisasi dan penghijauan). Upaya rehabilitasi lahan kritis yang ada dan upaya pencegahan dan pengawasan timbulnya lahan kritis baru akan dilaksanakan secara seimbang. Upaya pelestarian alam dalam hubungannya de­-ngan sumber daya alam laut, dilakukan dengan cara menetapkan kawasan konservasi sumber daya alam laut.

Pemanfaatan sumber daya alam untuk berbagai keperluan di­lakukan atas dasar: (1) daya-guna dan hasil-guna yang optimum dalam batas-batas kelestarian yang mungkin dicapai; (2) tidak

419


Text Box: 420mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber alam lain yang berkaitan dalam suatu ekosistem; dan (3) memberikan kemung-kinan untuk mempunyai pilihan penggunaan bagi pembangunan di masa depan.

Upaya untuk mengendalikan perladangan berpindah yang ba-nyak mengakibatkan kerugian terhadap pelestarian sumber daya alam yang sekaligus dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat peladang yang bersangkutan akan mendapat perhatian khusus. Di samping itu, pengawasan para pengusaha hutan dalam cara-cara penebangan yang baik dan pelaksanaan penanaman kem- bali hutan bekas tebangan dan areal KPH yang kurang produktif akan lebih ditingkatkan.

Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut maka pembangunan pertanian akan dilakukan melalui intensifikasi, diversifika­- si, rehabilitasi dan ekstensifikasi serta perencanaan, penga­turan dan pengawasan yang lebih baik. Baik usaha intensifika­- si, diversifikasi maupun rehabilitasi dilakukan secara terpa- du dengan usaha-usaha pengadaan sarana produksi, pemasaran dan pengolahan hasil serta pengadaan kredit baik untuk pro­duksi, pemasaran maupun pengolahannya, dengan mengikut serta­-kan koperasi dan perusahaan-perusahaan agribisnis. Usaha eks­tensifikasi dilakukan dalam rangka rehabilitasi lahan kritis atau pencegahan tumbuhnya lahan kritis baru, dan dilaksanakan terpadu dengan usaha transmigrasi atau permukiman baru dari peladang-peladang yang berpindah-pindah. Usaha intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi dilaksanakan secara usaha terpadu dengan pembangunan daerah dan pedesaan. Pelaksanaan pembangunan pertanian tidak saja dilakukan di daerah yang mempunyai potensi tinggi tetapi juga di daerah‑


Text Box: 421daerah yang rawan baik dari segi sosial ekonomi maupun keta­hanan nasional, dan tidak saja di daerah dengan prasarana yang baik tetapi juga di daerah dengan prasarana yang belum sempurna.

Dengan memperhatikan pengelolaan kelestarian sumber daya alam, pemanfaatan sumber daya alam semaksimal mungkin dan perluasan kesempatan kerja, maka usaha-usaha pokok intensifi­kasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang pa­- da dasarnya sudah dimulai dalam Repelita I dan II serta di­tingkatkan dan disempurnakan selama Repelita III akan dikem­bangkan dalam Repelita IV. Dalam kaitannya dengan usaha-usaha pemanfaatan tenaga kerja, khususnya di daerah padat penduduk akan dihindari penggunaan teknologi mekanik dalam proses pe­ngolahan tanah. Kekurangan tenaga kerja dalam waktu-waktu tertentu diusahakan untuk dapat dipenuhi melalui penyaluran dan pemanfaatan tenaga kerja dari daerah yang berlebihan tenaga kerja. Akan diusahakan pula agar semua petani, peter­-nak, petani kebun dan nelayan memperoleh kesempatan yang sama untuk melaksanakan intensifikasi tersebut. Sesuai dengan yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, usaha-usaha intensifi­kasi akan dilakukan di semua sub sektor pertanian. Usaha in­tensifikasi dalam bidang kehutanan terutama diarahkan pada in­tensifikasi pengolahan hasil-hasil hutan, pemanfaatan hasil­hasil sampingan, intensifikasi dalam rehabilitasi dan pemulih- ­an bekas tebangan serta pembangunan hutan tanaman industri dan hutan serba guna.

Dalam rangka pemanfaatan lahan hutan untuk perluasan areal pertanian akan diperhatikan pencegahan pemborosan sumber daya alam hutan dengan cara mengarahkan ekstensifikasi pertanian


Text Box: 422di lahan hutan yang tidak produktif, dan kayu bekas tebangan areal hutan yang akan di konversi secara berdaya guna dan ber­hasilguna.

Usaha memantapkan swasembada pangan dilakukan melalui pe­ningkatan intensifikasi, diversifikasi dan ekstensifikasi, baik di lahan basah maupun di lahan kering. Penanganan terha­- dap lahan kering yang selama ini masih belum ditangani secara mantap dalam Repelita IV akan memperoleh perhatian utama. Atas dasar itu, usaha intensifikasi, diversifikasi dan eks­tensifikasi pada padi gogo, palawija, hortikultura, perkebun­- an dan peternakan akan memperoleh perhatian utama. Di samping itu usaha intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk tu­juan-tujuan produktif terutama ditujukan pada pekarangan milik petani kecil dan buruh tani. Peningkatan kegiatan-kegiatan tersebut selain untuk meningkatkan produktivitas lahan dan te­naga kerja, juga bertujuan menunjang peningkatan penganekara­gaman produksi pangan dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan dan perbaikan mutu makanan rakyat.

Peningkatan produksi perikanan dari hasil tambak dan per­airan pantai dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kehidupan nelayan serta memajukan desa pantai. Pengembangan perikanan lepas pantai diarahkan pada pengembangan perusahaan-perusaha- an perikanan dengan kapal-kapal penangkapan ikan ukuran be­- sar, sekaligus dalam usaha pemanfaatan Zona Ekonomi Eksklusif.

Kelompok-kelompok tani yang dibina dalam rangka penyuluh- an pertanian akan diarahkan agar menjadi inti dari keanggota­- an koperasi-koperasi unit desa. Sedangkan peranserta perusa-haan-perusahaan pertanian besar dalam mengembangkan usaha


pertanian rakyat akan ditingkatkan melalui pengembangan PIR serta pengembangan agribisnis, sekaligus menyempurnakan sis- tem pemasaran dalam pengumpulan hasil dan pengolahan hasil pertanian di mana KUD akan diikut sertakan.

Penggunaan tanah akan dikendalikan secara efektif sehing- ga sesuai dengan daya dukung dari sumber daya alamnya. Peng­gunaan tanah pertanian dengan prasarana irigasi untuk tujuan­tujuan non pertanian akan dibatasi. Penguasaan dan pemilikan tanah tanpa digunakan atau dimanfaatkan secara produktif dan tidak dipelihara akan ditertibkan. Pemilikan tanah dan peng­alihan hak atas tanah yang mengarah pada perluasan pemilikan yang melebihi ketentuan yang berlaku atau pembagian tanah yang sangat kecil akan dicegah. Demikian pula pengalihan hak atas tanah untuk tujuan-tujuan spekulatif akan ditertibkan.

Dalam hubungan ini akan ditinjau kembali jangka berlaku- nya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Guna Usaha (HGU) se­hingga dapat memberikan jaminan yang lebih mantap bagi peng-usaha yang akan melakukan investasi dalam bidang kehutanan, perkebunan, peternakan dan tanaman pangan. Areal Hak Pengusa­-haan Hutan (HPH) akan dikembangkan menjadi unit-unit pengusa­-haan hutan dengan pengelolaan intensif melalui perencanaan pengusahaan yang mantap. Selain itu akan dikembangkan pula Hak Pengusahaan Hutan Tanaman meliputi hak dan kewajiban mem­bangun hutan tanaman, memelihara dan memungut hasilnya.

Dalam menunjang pembangunan pertanian akan ditingkatkan penyediaan berbagai sarana produksi pertanian dan pengolahan hasil-hasil pertanian akan ditingkatkan dengan mengembangkan usaha-usaha jasa dan agribisnis serta penyediaan dan kemudah- ­an kredit di daerah produksi. Dalam memenuhi kebutuhan akan

423


Text Box: 424tenaga-tenaga trampil di bidang jasa dan agribisnis akan di­tingkatkan pendidikan dan latihan-latihan tingkat rendah mau-pun menengah. Dalam rangka pemilihan teknologi tepat guna di bidang agribisnis, penelitian dalam bidang ini akan diting-katkan dan hasilnya disebar ke seluruh daerah dan masyarakat petani serta pengusaha-pengusaha agribisnis.

Dalam rangka usaha-usaha peningkatan produksi pertanian usaha-usaha pemerataan pertumbuhan ekonomi harus tetap dijaga agar serasi dan seimbang. Untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama Repelita IV sebesar 5% per tahun, pertumbuhan produksi dari sektor pertanian sedikitnya harus mencapai peningkatan sebesar 3% per tahun.

Untuk memenuhi sasaran-sasaran tersebut diperlukan dana investasi yang cukup besar yang berasal dari tabungan Peme­rintah dan swasta. Tabungan Pemerintah akan diarahkan penggu­naannya terutama untuk kegiatan-kegiatan yang erat hubungan­- nya dengan segi pemerataan. Peranan investasi dari dunia usa­- ha swasta akan lebih didorong dari tahun-tahun yang sudah.

Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha di sektor pertanian, baik materi maupun prosedur perizinan akan disederhanakan. Demikian pula berbagai pungutan yang menye­babkan tingginya biaya produksi dan tata niaga, akan ditinjau kembali untuk dihapuskan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan terse- but diharapkan dapat memperlancar dan meningkatkan efisiensi pengembangan usaha di sektor pertanian.

Selanjutnya kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk ma­-sing-masing golongan komoditi pertanian akan diuraikan di ba­-wah ini.


Text Box: 4251. Tanaman Pangan

Dalam Repelita IV pembangunan produksi pertanian tanaman pangan akan lebih ditingkatkan dan lebih terpadu, serta sera­- si dan sejalan dengan usaha memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Usaha intensifikasi akan dilakukan melalui langkah-lang­- kah sebagai berikut: (a) memperluas dan meningkatkan mutu dan areal Intensifikasi Khusus (INSUS), (b) melaksanakan intensi­fikasi, diversifikasi dan rehabilitasi dengan Operasi Khusus (Opsus) pada lahan - lahan marginal dan daerah-daerah minus,

(c) memperluas dan meningkatkan mutu dan areal intensifikasi serta diversifikasi pada lahan tadah hujan dan lahan kering, memperluas dan meningkatkan mutu dan areal intensifikasi padi, palawija dan hortikultura pada daerah baru (hasil per­luasan areal pencetakan sawah dan transmigrasi). Dalam menun­-jang usaha-usaha tersebut akan dilakukan pengembangan hasil teknologi baru dan teknologi terapan dengan melaksanakan pe­ngujian dan demonstrasi-demonstrasi. Usaha perluasan areal pertanian baru akan dilakukan pula melalui PIR tanaman pangan dengan mengikut sertakan perusahaan-perusahaan besar swasta nasional dalam pengembangan pertanian rakyat di sekitarnya.

Kegiatan pembukaan tanah-tanah pertanian baru dari lahan kering, terutama untuk komoditi hortikultura, palawija dan gogo, dan pembukaan areal perkebunan tanaman pangan khususnya perkebunan hortikultura dan palawija, baik dalam rangka pemu­kiman baru maupun transmigrasi akan ditingkatkan. Dalam hu­-bungan ini sejak dimulainya pemukiman baru akan dipersiapkan pengadaan atau pembentukan catur sarana pertanian, seperti


Text Box: 426lembaga-lembaga yang berfungsi menyediakan sarana produksi dan lembaga-lembaga desa lainnya.

Untuk daerah yang penyediaan tenaga kerjanya terbatas, penggunaan teknologi mekanis yang tepat guna akan dikembang- kan bukan saja dalam proses pembukaan tanah, tetapi juga da­- lam usaha tani tanaman pangan komersial.

Dalam mendorong usaha perluasan tanah pertanian baru ter­sebut, pengembangan prasarana dan penataan kembali pengusaha­- an dan penggunaan tanah mutlak diperlukan. Dalam hubungan ini salah satu kebijaksanaan yang akan ditempuh dalam Repelita IV adalah penyederhanaan memperoleh Hak Guna Usaha. Karena itu, baik perencanaan maupun pelaksanaannya akan dilaksanakan seca- ra terpadu dengan program-program sektor lain.

Pelaksanaan intensifikasi pada lahan kering baik pada ta­naman palawija (jagung, ubi kayu, kedelai, kacang tanah) mau­- pun pada sayuran (bawang merah dan putih, tomat, lombok, ken-tang) dan pada tanaman buah-buahan (jeruk, nanas, pisang) akan selalu dikaitkan dengan usaha-usaha konservasi tanah dan air serta usaha-usaha penghijauan kembali. Pelaksanaan usaha­usaha tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan produksi ko­moditi pangan yang masih diimpor (bawang merah dan putih), untuk di ekspor (kentang), dan mendukung agro industri/penga­lengan (lombok, tomat, jeruk nanas) serta peningkatan gizi. Selain itu pada lahan kering akan dilaksanakan pula usaha di­versifikasi sebagai pengaturan tanaman yang merupakan "tum­- pang sari" antar tanaman kacang-kacangan dan atau sayuran yang berfungsi sebagai salah satu usaha konservasi tanah, pe­nganekaragaman pola konsumsi pangan dan usaha perbaikan gizi. Dalam usaha melaksanakan rehabilitasi daerah kritis dan tanah


yang potensial kritis akan ditingkatkan dan dikembangkan sistem sengkedan dan "strip cropping" dengan tanaman pangan. Sedangkan dalam usaha-usaha penghijauan akan ditingkatkan penggunaan tanaman buah-buahan.

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam perlindungan tanaman untuk menyelamatkan produksi pangan adalah dengan memperluas dan meningkatkan mutu dan areal pengendalian hama terpadu dengan meningkatkan peranserta petani dan masyarakat.

Dalam hal ini, di samping penggunaan benih yang tahan terha­- dap hama penyakit juga dilakukan pengaturan pergiliran tanam­- an, serta penggunaan pestisida.

Untuk dapat mengamati secara cermat terhadap kemungkinan timbulnya serangan atau eksplosi hama dan penyakit, sistem dan sarana kegiatan pemberantasan hama dan penyakit akan di­sempurnakan. Brigade Proteksi Tanaman yang berfungsi sebagai unit penumpasan eksplosi hama dan penyakit akan disempurna­- kan, khususnya di daerah-daerah yang sering mengalami se- rangan berat hama dan penyakit. Di samping itu, organisasi pemberantasan hama di antara para petani sendiri akan disem­purnakan dan ditingkatkan sehingga dapat berfungsi lebih efektif.

Dalam rangka peningkatan produksi dan mutu palawija, di samping langkah-langkah untuk mendorong peningkatan intensi­fikasi, ekstensifikasi dan usaha diversifikasi akan diusaha- kan Pula perluasan pasar dan penanganan masalah-masalah pasca panennya. Peningkatan produksi palawija akan diprioritaskan pada jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah. Peningkatan produksi sayuran-sayuran dan buah-buahan, akan lebih disesuai‑

427


Text Box: 428kan dengan permintaan pasaran. Untuk memudahkan pemasaran hasil maka pemilihan lokasi produksi akan diprioritaskan pada daerah-daerah di sekitar kota besar yang merupakan konsumen sayur-sayuran dan buah-buahan terbanyak. Pemilihan lokasi tersebut disesuaikan pula dengan persyaratan-persyaratan tek­nologi tepat guna dan diserasikan dengan usaha-usaha penam­- bahan pendapatan dari petani-petani kecil. Dalam hubungan ini akan dilaksanakan juga pengembangan teknologi makanan dan pe­ngembangan industri pengolahan yang diintegrasikan dengan program sektor lain.

Untuk menunjang usaha-usaha tersebut, kegiatan penyuluhan akan ditingkatkan melalui pengembangan ketrampilan penyuluh. Di samping itu peranan kontak tani, wanita tani dan pemuda tani, yang telah mendapat bimbingan secara intensif dari pe­nyuluh-penyuluh pertanian akan ditingkatkan pula. Untuk itu akan diadakan dan ditingkatkan kursus-kursus tani agar mereka dapat mengenal dan memanfaatkan teknologi baru di bidang per­tanian, termasuk cara-cara penyimpanan dan pemanfaatan hasil­hasil pertanian. Untuk meningkatkan daya-guna lahan dan tena- ga keluarga tani yang ada, dalam kaitannya dengan usaha per­baikan gizi keluarga, akan ditingkatkan pemanfaatan tanaman pekarangan, serta usaha peternakan dan perikanan keluarga, terutama bagi golongan petani kecil dan buruh tani.

Dalam rangka kegiatan penyuluhan oleh para Penyuluh Per­tanian Lapangan, di antaranya dilaksanakan berbagai bentuk percontohan dan latihan bagi petani. Para Penyuluh Pertanian Spesialis akan melaksanakan berbagai pengujian untuk memper­oleh hasil teknologi terapan yang sesuai dengan kondisi daerah kerjanya.


Usaha penyuluhan pertanian pangan akan dilakukan sama in­tensifnya, baik di daerah yang berpotensi tinggi maupun di daerah minus, ataupun daerah-daerah perluasan yang baru.

Kebutuhan benih/bibit akan dipenuhi secara optimal dengan tetap menyediakan fasilitas kelembagaannya dan meningkatkan peranan dari pada penangkar benih. Untuk menunjang usaha ini, usaha penelitian dalam memperoleh jenis unggul akan diting­-katkan disertai usaha-usaha peningkatan pengawasan dan serti­fikasinya. Balai-balai benih akan bertugas untuk mengindenti­fikasi dan mengembangkan benih varietas unggul yang sesuai dengan daerahnya serta untuk memprodusir benih unggul dari berbagai tanaman lain. Selanjutnya pengawasan mutu dan ser­tifikasi benih akan ditingkatkan dengan jalan pengembangan balai pengawasan dari sertifikasi benih.

Pengadaan dan penggunaan pupuk merupakan faktor yang sa- ngat menentukan hasil-hasil yang dapat dicapai dalam usaha peningkatan produksi dan pendapatan petani. Karena itu kegi­-atan-kegiatan dalam rangka pengadaan dan penyaluran pupuk untuk petani akan lebih ditingkatkan agar para petani dapat menggunakan pupuk dengan optimal, baik secara teknis maupun ekonomis. Di samping pupuk buatan, penggunaan pupuk organis akan ditingkatkan melalui pemanfaatan kotoran ternak, sampah dan perluasan pemakaian pupuk hijau.

Penggunaan pestisida untuk usaha-usaha perlindungan ta­- naman dan peningkatan ketahanan lingkungan dalam rangka me­nunjang produksi akan terus disempurnakan agar lebih efektif. Sistem pengadaan dan penyaluran pestisida juga akan disempur­nakan dengan meningkatkan pengawasan terhadap peredaran, pe­nyimpanan dan penggunaan pestisida.

429


Text Box: 430Pengembangan pengairan pedesaan akan terus dikembangkan melalui usaha-usaha penyuluhan khususnya dalam bidang penge­lolaan air tingkat usaha tani serta memberikan bantuan dalam bidang survai dan design sekaligus meningkatkan pengembangan partisipasi para petani pemakai air.

2. Peternakan

Dalam Repelita IV usaha intensifikasi peternakan mencakup untuk semua jenis ternak. Usaha ini akan dilakukan dengan ca- ra Panca Usaha Ternak terutama di daerah-daerah sentra pro­duksi, peningkatan jumlah dan mutu ternak yang sudah ada me­lalui impor bibit ternak, kawin suntik dan penyebaran pejan­- tan unggul. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan manajemen dan penyediaan makanan ternak, skala usaha peternakan dan ke­mampuan berproduksi melalui penyediaan kredit dan penyuluhan.

Dalam rangka peningkatan pengadaan bibit ternak, pusat­- pusat pembibitan ternak untuk memproduksi bibit ternak unggul serta anak-anak dari bibit ternak unggul asal impor terus dikembangkan. Pada saat ini baru dapat dihasilkan semen beku untuk sapi dan kerbau. Dalam Repelita IV akan dikembangkan pula produksi dan penggunaan semen beku ternak lainnya.

Usaha diversifikasi peternakan ditujukan untuk menambah pendapatan dan kesempatan kerja dengan memanfaatkan tanah-ta­-nah pekarangan dan tegalan serta limbah pertanian yang masih tersedia untuk aneka ternak yang produktif. Usaha tersebut akan dilakukan dengan cara penyediaan bibit aneka ternak, dan menggali serta memperkenalkan jenis-jenis ternak yang belum lazim tetapi mempunyai prospek yang baik. Penyediaan hijauan makanan ternak dalam rangka mengembangkan konsep hutan tegal-


an akan ditingkatkan pula terutama dalam usaha aneka ternak tersebut.

Usaha ekstensifikasi peternakan akan dikembangkan pada lahan padang alang-alang di luar Jawa dengan pembangunan la- han penggembalaan yang dikaitkan dengan usaha penyebaran pe­ternakan dengan pola PIR. Usaha ini dikaitkan juga dengan pe­ngembangan daerah-daerah transmigrasi, pemukiman kembali, serta perluasan areal tanaman pangan.

Usaha rehabilitasi dilakukan terhadap wilayah yang terke­- na wabah penyakit menular atau bencana lain yang menyebabkan mundurnya kemampuan wilayah atau usaha keluarga, sehingga me­reka bisa mengusahakan kembali peternakannya.

Dalam Repelita IV usaha untuk meningkatkan partisipasi pengusaha swasta dalam usaha peternakan akan ditingkatkan. Perusahaan peternakan komersial yang telah maju diharapkan dapat berfungsi sebagai inti atau pusat pembinaan dan pengem­bangan usaha peternakan di sekitarnya. Perusahaan skala besar diarahkan agar berfungsi sebagai sumber bibit dan teknologi peternakan, serta sumber makanan ternak bagi perkembangan peternakan rakyat di sekitarnya.

Penyediaan makanan ternak merupakan masalah dalam usaha pengembangan peternakan. Untuk mengatasi hal tersebut akan ditingkatkan pengembangan pembibitan hijauan makanan ternak. Perluasan penyebaran bibit hijauan di daerah-daerah akan di­lakukan melalui balai pembibitan dan kebun penangkar bibit untuk kemudian disebarkan kepada petani peternak yang memer­lukannya. Peningkatan penyediaan makanan ternak yang bergizi dengan memanfaatkan limbah basil pertanian yang tersedia dan

431


Text Box: 432mudah diperoleh seperti jerami padi, jerami jagung, daun te­-bu, jerami kacang tanah dan sebagainya akan dikembangkan de­ngan mendorong pengusaha-pengusaha agribisnis dalam mengusa­hakan industri-industri makanan ternak. Kelebihan dari kebu­tuhan dalam negeri akan hasil industri makanan ternak merupa­kan komoditi ekspor yang baik. Di samping itu penggunaan ha­-sil palawija seperti jagung dan ubi kayu untuk makanan ter- nak konsentrat dapat mendorong usaha peningkatan produksi pa­lawija.

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit, peng­adaan obat-obatan dan vaksin akan ditingkatkan terus melalui perbaikan/penyempurnaan sistem produksi dan pengembangan unit-unit produksi yang ada. Peranan perusahaan swasta dalam pro­duksi obat-obatan dan vaksin diharapkan akan lebih meningkat.

Dalam mencapai sasaran-sasaran tersebut penyuluhan kepada para petani akan ditingkatkan. Peningkatan penyuluhan terse-but akan dilaksanakan melalui peningkatan penyediaan sarana penyuluhan, penyelenggaraan petak-petak percontohan dan kegi­atan kontak tani yang mendapat bimbingan secara intensif dari para penyuluh.

Selanjutnya untuk merangsang peternak agar lebih giat berproduksi, pembinaan pemasaran ternak serta pengadaan dan pemasaran sarana produksi serta lembaga-lembaga ekonomi desa, termasuk koperasi akan ditingkatkan.

Usaha pengembangan ternak potong seperti sapi dan kerbau akan ditempuh melalui intensifikasi dan peternakan inti rak­yat. Usaha ini akan diadakan melalui perbaikan mutu melalui seleksi, kastrasi dan kawin suntik, pengamanan ternak dan pe‑


ngembangan kegiatan pembibitan ternak dan pembibitan hijauan makanan tenak unggul.

Di daerah-daerah yang jarang penduduk akan dikembangkan peternakan inti yang bersifat kecil dan menengah. Usaha pe­ternakan inti ini dikaitkan dengan pengembangan perusahaan negara atau perusahaan pembibitan/pabrik makanan ternak atau industri pengolahan hasil, sehingga usaha peternakan inti tersebut dapat merupakan sumber bibit dan rerumputan unggul serta sumber teknologi bagi peternak di sekitarnya.

Komoditi ternak kecil seperti kambing, domba dan babi akan dikembangkan di daerah pedesaan yang relatif pemilikan tanahnya kecil. Pengembangan ternak kecil ini dilakukan de- ngan cara pendekatan usaha tani terpadu melalui kegiatan pe­nyuluhan, perbaikan mutu ternak dan pengembangan sumber bi­- bit, pengamanan ternak dan peningkatan pengadaan bahan makan- an ternak terutama hijauan makanan ternak. Dengan adanya usa­- ha tersebut dapat merupakan usaha yang menguntungkan sebagai penambah penghasilan para petani kecil.

Peternakan ayam dengan skala menengah dan besar akan dia­rahkan usahanya sebagai peternakan inti, sehingga dapat meru­pakan perusahaan-perusahaan yang berfungsi sebagai sumber bi­- bit ayam dan dapat turut serta mengadakan penyuluhan kepada peternak ayam rakyat di sekitarnya. Di samping itu, peterna­kan-peternakan inti diarahkan pula untuk merintis meningkat- kan ekspor ternak.

Usaha ekstensifikasi ternak unggas di daerah pedesaan di luar ruang lingkup peternakan inti akan ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan, perbaikan mutu ayam bukan ras ke arah

433


Text Box: 434ayam pedaging dengan cara persilangan, vaksinasi massal dan upaya untuk membiasakan melakukan vaksinasi ayam secara rutin atas dasar swadaya dan dana dari masyarakat petani sendiri.

Untuk daerah-daerah pertanian yang cocok untuk pemeliha­raan itik, akan dikembangkan peternakan itik.

Intensifikasi ternak perah sapi dan kambing akan dikem­bangkan dengan sistem panca usaha. Integrasi peternak produ­- sen dengan industri pengolahan susu melalui koperasi merupa- kan langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan usaha sapi perah.

Pembinaan dan peningkatan mutu sapi perah yang sudah ada akan dilakukan melalui kawin suntik, pembinaan penyediaan ma­kanan ternak, khususnya hijauan makanan ternak, pembinaan ma­najemen dan pengawasan ternak dan hygiene susu.

Pengembangan aneka ternak seperti kelinci, burung dara, kalkun, angsa dan burung puyuh, akan dilanjutkan dalam Repe­-lita IV dalam rangka menunjang peningkatan gizi dan penda­- patan masyarakat pedesaan yang tergolong miskin.

3. Perikanan

Pembangunan perikanan dalam Repelita IV akan tetap diarah­-kan guna peningkatan pendapatan nelayan/petani ikan, perbaik­- an gizi rakyat dan peningkatan ekspor dengan tetap memperta­hankan kelestarian sumber serta memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif.

Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan penda­patan nelayan/petani ikan dengan meningkatkan produktivitas­- nya memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Ha‑


sil dari peningkatan produksi ini, di samping memenuhi kebu­-tuhan protein hewani, juga untuk meningkatkan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan penekanan impor.

Dalam menunjang usaha intensifikasi, ekstensifikasi, di­versifikasi dan rehabilitasi akan ditingkatkan pengadaan sa­- rana pemasaran perikanan serta prasarana-prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan irigasi untuk pertambakan. Usaha inten­sifikasi diarahkan untuk mencapai produktivitas yang optimal, dengan memperhatikan sumber daya perikanan. Ekstensifikasi diarahkan untuk memperlancar usaha penangkapan di wilayah perairan pantai dan lepas pantai serta samudera yang potensi sumbernya masih tinggi. Diversifikasi usaha perikanan di perairan pantai dilakukan dengan jalan modernisasi peralatan penangkapan secara bertahap yang dikembangkan melalui kopera­- si nelayan dalam rangka pengembangan desa pantai.

Ekstensifikasi budi daya ikan diarahkan pada komoditi yang mempunyai pemasaran yang baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam rangka memperbaiki gizi masyarakat akan dikembangkan usaha aneka ikan, dan ikan yang harganya terjang­-kau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Pembinaan pemasaran hasil perikanan diarahkan pada perba­ikan jenis dan mutu hasil, perbaikan sarana dan prasarana serta perbaikan sistem dan organisasi pemasaran yang mendu­- kung kegiatan produksi, serta peningkatan sistem informasi pasar.

Usaha mempertahankan dan meningkatkan sumber daya per­ikanan, diprioritaskan pada daerah perairan pantai dan per- airan umum yang kritis, termasuk penjagaan terhadap keseim‑

435


Text Box: 436bangan hutan bakau sebagai daerah pertumbuhan dan pemijahan nener dan benur. Daerah yang kritis dan padat nelayan atau petani ikan akan ditetapkan sebagai daerah asal transmigrasi nelayan/petani ikan. Dalam menangani kelestarian sumber-sum- ber perikanan di perairan umum akan dilakukan penelitian kem­-bali mengenai sumber daya perikanan. Pengaruh negatif terha- dap lingkungan hidup dan kelestarian sumber, seperti penggu­- naan bahan peledak, pemakaian listrik, racun, pengambilan ba- tu karang dan hutan bakau akan dicegah melalui peningkatan pengawasan dan kesadaran serta disiplin masyarakat. Untuk mencegah terjadinya wabah penyakit/hama, kegiatan-kegiatan karantina akan ditingkatkan.

a. Perikanan Laut

Dalam Repelita IV usaha penangkapan ikan diarahkan pada rasionalisasi pemanfaatan sumber daya alam laut dengan ting- kat produktivitas yang optimal. Beberapa perairan pantai yang sudah padat tangkap akan dibatasi hanya untuk nelayan tradi­sional, dan sekaligus diusahakan untuk menyebarkan nelayan tradisional ke perairan lepas pantai dan samudera atau ke perairan pantai lainnya yang masih potensial. Pengembangan perikanan pantai di daerah yang masih potensial sumbernya akan diusahakan melalui motorisasi dan modernisasi alat tang­- kap dari para nelayan tradisional.

Pengembangan perikanan lepas pantai diarahkan ke daerah­daerah bagian utara, barat dan timur Sumatera termasuk per- airan Natuna/Anambas, selatan dan utara Jawa dan seluruh per­airan di Indonesia bagian timur, yang dikaitkan dengan penam­bahan kapal motor berukuran di atas 10 GT dengan alat tang-


kap yang produktif. Adapun dalam pengembangan perikanan samu­dera akan dikembangkan jenis kapal-kapal penangkap yang ber­ukuran 60 GP ke atas dengan menggunakan alat tangkap yang sesuai.

Dalam meningkatkan kemampuan para nelayan tradisional, kegiatan bimbingan dan latihan-latihan ketrampilan para nela-yan dalam menggunakan bahan, alat tangkap yang baru akan te­- rus ditingkatkan dan dilaksanakan secara terpadu dengan kegi­atan perkreditan dan perbaikan pemasarannya. Dalam hubungan ini pembangunan dan rehabilitasi prasarana-prasarana perikan­- an, seperti pelabuhan atau tempat pendaratan ikan yang di­lengkapi antara lain dengan dermaga, tempat pelelangan dan penyediaan air bersih akan dilanjutkan dan disempurnakan. Pi­-hak swasta akan di dorong untuk membangun prasarana penunjang lainnya terutama yang bersifat komersial seperti pabrik es, kamar pendingin dan unit pengolahan hasil.

Mengingat hasil-hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat membusuk, maka para nelayan juga akan mendapat bimbing- ­an dalam penyimpanan dan pengolahan hasil dalam rangka menye­suaikan macam dan mutu hasil dengan permintaan pasar. Di sam-ping itu, perbaikan atau penyempurnaan lembaga pemasaran yang sangat erat hubungannya dengan usaha peningkatan produksi se­perti sistem pelelangan, sistem pelayanan pengumpulan hasil di daerah produksi, sistem pelayanan pemasaran ke daerah kon­sumen akan lebih ditingkatkan dengan meningkatkan peranan ko­perasi. Peranan perusahaan-perusahaan besar dalam mengolah dan memasarkan hasil nelayan tradisional akan dikembangkan melalui sistem perusahaan inti.

437


Text Box: 438b. Budidaya Perikanan Darat

Pola kegiatan usaha budidaya perikanan darat, hampir sama dengan usaha pertanian pangan. Usaha budidaya ini adalah beru­- pa pemeliharaan ikan/udang baik di kolam maupun di tambak air payau, pemeliharaan ikan di sawah dan pemeliharaan ikan di perairan umum.

Usaha intensifikasi perikanan dalam Repelita IV akan le- bih ditingkatkan lagi dengan menggunakan teknologi baru, pema­kaian pupuk dan insektisida, penggunaan bibit ikan/udang yang bermutu dan penentuan sistem pengairan yang teratur.

Khusus dalam usaha budidaya di kolam air tawar pemberian makanan tambahan yang sudah mulai dilaksanakan oleh para pe- tani ikan akan terus disempurnakan. Untuk pengetrapan tekno- logi baru ini maka kegiatan bimbingan dan percontohan usaha serta latihan-latihan ketrampilan petani ikan akan lebih di­sempurnakan lagi termasuk untuk para penyuluhnya sendiri.

Dalam rangka meningkatkan penyediaan benih ikan, peran serta petani, swasta diharapkan lebih besar lagi. Khusus da­- lam rangka perbaikan gizi jenis-jenis ikan yang akan disebar luaskan adalah jenis-jenis ikan yang murah dan mudah dikem­bangkan dengan ongkos produksi yang rendah.

Pengadaan bibit untuk budidaya ikan/udang di air payau atau di tambak, akan ditingkatkan pula. Selain itu, dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi usaha pertambakan, normalisasi saluran tambak dan pembangunan saluran tambak ba­- ru, akan terus dilanjutkan. Dalam hubungannya dengan eksten­sifikasi tambak, peran serta pihak swasta sebagai inti dalam


pengembangan pertambakan rakyat akan ditingkatkan dalam lingkup Tambak Inti Rakyat.

Kegiatan pengadaan bibit dan makanan tambahan maupun usa­- ha budidaya perikanan, dan pembuatan tambak atau kolam akan dilakukan dengan peningkatan pembinaan terhadap para pengusa­- ha dan petani ikan termasuk penyediaan kredit dengan persya-ratan yang wajar. Di samping itu dalam rangka lebih mening­-katkan lagi produksi perikanan darat terutama dari hasil tam­-bak, akan dilakukan perluasan di luar Jawa yang dikaitkan de-ngan program transmigrasi petani tambak.

Usaha perikanan di perairan umum (di danau, sungai, wa­- duk-waduk dan lain-lain) sifatnya mendekati usaha penangkapan ikan di laut. Yang berbeda adalah cara pengelolaan dengan pe­ngadaan keramba atau kurungan ikan di perairan umum. Kegiatan ini akan diperluas dan diintensifkan.

Di beberapa perairan umum yang persediaan ikannya sudah kurang akan dilakukan penebaran ikan dengan pembangunan Balai Benih Ikan di sekitarnya. Di samping itu untuk kelestarian sumber perikanan akan diadakan tempat pengembang biakan ikan.

Untuk menjaga kelestarian sumber-sumber perikanan di per­airan umum pengawasan serta penindakan terhadap perusakan hu­- tan mangrove dan terumbu karang, pencemaran perairan seperti limbah industri, bahan kimia racun dan bahan peledak serta listrik dan tanaman pengganggu seperti eceng gondok akan ditingkatkan.

Dengan makin bertambah luasnya areal persawahan yang ber­irigasi maka potensi budidaya perikanan di sawah juga menjadi makin besar. Untuk memanfaatkan potensi tersebut maka peng‑

439


Text Box: 440adaan benih untuk perikanan di sawah akan ditingkatkan. Usaha ini akan dikaitkan dengan perluasan pembenihan ikan oleh pe­-tani ikan di samping Balai-Balai Benih yang ada.

4. Perkebunan

Pelaksanaan pembangunan perkebunan dalam Repelita IV, me­rupakan kelanjutan dan peningkatan dari usaha-usaha yang di­laksanakan dalam Repelita III, yaitu meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan me­ningkatkan ekspor. Usaha-usaha tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan ekstensifikasi, rehabilitasi atau peremaja­- an kebun-kebun intensifikasi dan diversifikasi serta pema­- saran hasil.

Kegiatan perluasan tanaman perkebunan seperti tanaman ka­ret, kelapa sawit, kelapa (kelapa hybrida dan kelapa dalam) dan tebu akan dilaksanakan pada padang alang-alang, hutan yang tidak produktif tetapi yang berpotensi tinggi untuk ta­naman perkebunan, daerah transmigrasi dan pemukiman kembali. Usaha intensifikasi dilakukan pada tanaman yang sudah ada se­perti tebu di Jawa, kapas di Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, tem­bakau di Jawa, cengkeh di hampir seluruh daerah dengan me­ningkatkan teknologi budidaya tanaman perkebunan dengan peng­gunaan sarana pertanian yang lengkap serta pengendalian hama penyakit dan gulma secara terpadu.

Usaha rehabilitasi perkebunan terutama tanaman karet dan kelapa akan ditingkatkan dan diperluas dengan menggunakan klon-klon dan bibit unggul, terutama pada perkebunan rakyat dengan diberi bimbingan teknis disertai penyediaan kredit


yang diperlukan, seperti untuk pembelian sarana produksi, un- tuk pembiayaan pembukaan tanah dan pemeliharaannya. Untuk itu kegiatan usaha-usaha dari petani perkebunan rakyat tersebut diarahkan kepada usaha berkelompok melalui sistem perkopera­-sian.

Untuk mendorong pengembangan perkebunan besar swasta, akan ditingkatkan kegiatan pembinaan organisasi manajemen dan teknologi. Perkebunan besar swasta yang terlantar dan tidak diusahakan secara baik oleh pengusahanya serta tidak melaksa­nakan peremajaan akan ditinjau kembali hak guna usahanya. Di­samping itu peranan swasta akan diperluas dengan memberikan kesempatan menanamkan modalnya dalam usaha perkebunan. Pena­-naman modal tersebut dapat dalam bentuk pembangunan kebun, pengolahan hasil dan pemasaran hasil. Perusahaan-perusahaan perkebunan besar milik negara dan swasta yang sudah berkem- bang baik, diarahkan untuk turut membina perkebunan rakyat di sekitarnya melalui sistem perkebunan inti rakyat (PIR). Dalam sistem ini kegiatan perkebunan terhadap perkebunan rakyat di­lakukan secara menyeluruh yang meliputi penyediaan bibit yang unggul dan baik, bimbingan dalam penanaman, pemeliharaan ta­naman, pemetikan hasil, fasilitas pengolahan dan pemasaran yang dimiliki perkebunan inti agar dimanfaatkan juga untuk hasil perkebunan rakyat.

Pemanfaatan fasilitas pengolahan dan pemasaran dari per­kebunan inti dimaksudkan pula untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan pemasaran hasil-hasil perkebunan rakyat dalam rangka memperluas pasarannya di luar negeri. Dengan demikian diharapkan terjadinya perkembangan yang menyeluruh dalam bi- dang perkebunan, baik perkebunan besar maupun perkebunan rak­-yat.

441


Text Box: 442Untuk meningkatkan produktivitas tanah-tanah perkebunan rakyat dan meningkatkan pendapatan petani pekebun, kegiatan diversifikasi akan terus ditingkatkan baik diversifikasi de­-ngan tanaman perkebunan itu sendiri seperti kopi, coklat, la­-da, panili, kapok dan sebagainya, juga diversifikasi dengan tanaman pangan dan peternakan.

Untuk mempercepat usaha perluasan perkebunan dari perusa­haan-perusahaan perkebunan besar, perusahaan-perusahaan ter­sebut dapat bekerja sama dengan modal asing dalam bentuk per­usahaan patungan (joint venture). Perluasan areal perkebunan­perkebunan besar tersebut akan diarahkan agar sekaligus men­-jadi perkebunan inti sehingga akan menghasilkan perluasan perkebunan rakyat pula. Macam budidaya yang diprioritaskan dalam kegiatan perluasan areal perkebunan di luar Jawa ter­-utama adalah tebu, karet, kelapa, kelapa sawit, dan kapas.

5. Kehutanan

Pembangunan kehutanan dalam Repelita IV merupakan kelan­-jutan dan peningkatan dari Repelita III. Kebijaksanaan dan langkah utama yang akan dikembangkan dalam Repelita IV ada­- lah: (1) pengembangan tataguna hutan untuk menjamin kepastian usaha di bidang kehutanan; (2) pembinaan hutan rakyat di luar kawasan hutan; (3) peningkatan produksi hutan baik bahan mau­-pun jasa melalui rehabilitasi kawasan hutan, intensifikasi pengelolaan hutan dan efisiensi penggunaan kawasan dan peng­olahan hasil hutan; (4) peningkatan ekspor hasil hutan dalam bentuk bahan jadi dan penghentian ekspor kayu bulat; (5) pe­ngembangan hasil hutan ikutan seperti rotan, tengkawang, su­-tera alam, obat-obatan dan getah; (6) pengembangan penyediaan


Text Box: 443bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya bagi pengolahan dalam negeri; (7) pembinaan hutan sosial untuk keperluan masyarakat sekitar hutan; (8) penyediaan energi biomasa bagi masyarakat pedesaan; (9) pengembangan ilmu dan teknologi dalam usaha pe­lestarian dan pemanfaatan hutan hujan tropika; (10) pening- katan produksi jasa perlindungan dan pariwisata dari kawasan hutan, dan (11) pembinaan pelestarian alam.

Dalam hubungan dengan tataguna hutan maka akan dikembang­- kan usaha untuk mengukuhkan kawasan hutan tetap seluas 113 juta ha dan menataguna kawasan tersebut menjadi kawasan pe­lestarian alam 18,7 juta ha, hutan lindung dan hutan produksi terbatas masing-masing seluas 30,4 juta ha dan hutan produksi tetap seluas 33,6 juta ha. Hutan yang akan diubah statusnya menjadi areal penggunaan lain seluas 30,1 juta ha akan segera dikelola dan diatur pengubahan statusnya secara bertahap de­- ngan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan kemantap- an keadaan pasaran hasil hutan serta mencegah pemborosan penggunaan sumber-daya hutan. Penataan kawasan hutan produksi akan dikaitkan dengan pengembangan Hak Pengusahaan Hutan da­- lam unit-unit usaha yang didasarkan atas pengembangan keles­tarian hasil. Bagian terbesar dari usaha tersebut adalah pe­nataan batas kawasan terutama di Sumatera, Kalimantan, Sula­-wesi, Maluku, Irian Jaya dan kepulauan Nusa Tenggara.

Pengembangan pengelolaan hutan juga akan ditingkatkan di luar kawasan hutan negara yang meliputi pengembangan hutan rakyat. Dalam hubungan dengan itu areal yang diperuntukkan sebagai hutan dalam pembukaan areal transmigrasi akan dibina dan dikelola bersama masyarakat agar mampu memberikan hasil yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.


Text Box: 444Pengembangan hutan rakyat ini diarahkan kepada usaha pening­katan kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan penduduk setempat dan sedapat mungkin dikaitkan pula dengan pengem-bangan industri perkayuan dan industri hasil hutan lainnya. Hutan rakyat dengan hasil utama rotan akan dikembangkan seba­-gai prioritas di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Su­lawesi Tenggara. Sutera alam akan dikembangkan di Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lain. Begitu juga usaha lebah ma-du, tengkawang, getah, damar, arang dan lain-lain akan dikem­bangkan pula.

Oleh karena permintaan akan hasil hutan makin bertambah besar dengan kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar 8,5%, ma­-ka usaha peningkatan produktivitas hutan harus segera dilaksa­nakan. Untuk keperluan tersebut rehabilitasi hutan produksi di Jawa akan ditingkatkan dan intensifikasi pengelolaannya akan dikembangkan. Sedangkan pengelolaan hutan tropika basah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Irian Jaya akan lebih diintensifkan. Seluas kurang lebih 950.000 ha kawasan hutan produksi dalam areal Hak Pengusahaan Hutan akan direha­bilitasi selama Repelita IV. Produktivitas kawasan hutan pro­duksi pada umumnya akan ditingkatkan melalui usaha pemeliha­raan, pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan yang lebih intensif dan lebih beranekaragam.

Untuk meningkatkan jasa perlindungan dan pariwisata, be­berapa taman nasional seperti Leuser-Langkat, Bukit Barisan Selatan, Ujung Kulon, G. Gede-Pangrango, Baluran, Meru Betiri, Ijen-Yang, Bali Barat dan Komodo akan dikembangkan. Sedangkan


kawasan hutan lindung dan suaka alam lainnya akan ditingkat- kan usaha pelestariannya.

Produksi kayu bulat akan ditingkatkan melalui efisiensi pengusahaan hutan pada areal yang dibebani Hak Pengusahaan Hutan. Produksi tersebut akan dipergunakan untuk meningkatkan produksi kayu olahan, kayu lapis, pulp dan kertas di dalam negeri. Dalam rangka peningkatan nilai tambah produksi kayu bulat serta menciptakan lapangan kerja dan sekaligus mening­katkan usaha kelestarian kekayaan alam kita, maka mulai tahun 1985 ekspor kayu bulat akan di hentikan dan selanjutnya seluruh produksi kayu bulat akan diolah di dalam negeri. Dengan kebijaksanaan itu maka ekspor kayu olahan dan kayu lapis akan dapat ditingkatkan dalam Repelita IV.

Produksi kayu olahan untuk keperluan industri konstruksi, industri peralatan rumah tangga dan lain-lain di dalam negeri akan meningkat, demikian pula produksi kayu lapis yang dise­diakan untuk keperluan dalam negeri. Peningkatan ini akan di­usahakan dalam rangka peningkatan ekspor hasil hutan yang be­rupa barang jadi dan setengah jadi, dan dengan demikian meningkatkan peranan ekspor non-migas.

Produksi hasil hutan lain yang akan dikembangkan dan di­tingkatkan dalam Repelita IV adalah hasil hutan ikutan seper- ti rotan, tengkawang, getah, arang dan lain-lain. Dengan pe­ngembangan sumber hasil hutan tersebut, intensifikasi dan pembinaan di pusat-pusat produksi peningkatan produksi terse-but akan dapat dicapai.

Produksi hutan rakyat akan tetap merupakan sumber bahan baku penting bagi industri konstruksi sederhana di daerah pe‑

445


Text Box: 446desaan dan akan dikembangkan terus melalui pembinaan hutan rakyat dari segi pembinaan bibit, bimbingan teknis pemeliha­raan dan pengelolaan hutan serta pengolahan hasilnya. Pola hutan rakyat juga akan dikembangkan untuk meningkatkan pro­duksi rotan, sutera alam, getah, lebah madu, arang dan lain-lain.

Dalam kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas akan dikembangkan suatu pola hutan kemasyarakatan yang meru­pakan penganekaragaman penggunaan tanah dan ruang dalam ka­wasan untuk memberikan hasil yang lebih beranekaragam bagi kepentingan masyarakat setempat terutama di lokasi-lokasi yang penduduknya padat dengan tingkat pengangguran yang ting-gi atau penghasilan yang rendah. Pola ini akan dikembangkan di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara dan Sula­wesi Selatan. Hutan rakyat untuk mengembangkan produksi energi biomasa bagi kepentingan rakyat di pedesaan akan terus dikem­bangkan pula dalam Repelita IV.

Untuk mengembangkan produksi rotan di Kalimantan dan Su­lawesi maka badan usaha milik negara di bidang kehutanan akan dikembangkan agar dapat membimbing dan memasarkan hasil rotan dari hutan rakyat dengan pembinaan unit-unit usaha hutan ro­tan sebagai intinya. Produksi tengkawang akan dikembangkan di Kalimantan Barat dengan pola yang serupa.

Bagi industri kertas di Jawa akan dikembangkan hutan rak-yat dengan jenis albizia dan jenis cepat tumbuh lainnya de­ngan intensifikasi dan ekstensifikasi. Selama ini jenis albi­zia merupakan hasil sampingan dari usaha pertanian lahan ke­ring atau perkebunan. Pola pengusahaan lahan dengan campuran


tanaman seperti ini akan dibina lebih baik sehingga hasilnya dapat ditingkatkan.

Usaha penghijauan lahan kritis di luar kawasan hutan akan diteruskan pula melalui kegiatan pembuatan dan pengendali, sengkedan, petak percontohan usaha tani pelestarian sumber daya alam, penanaman tanaman tahunan dan rumput serta kegia­- tan penunjang lainnya. Usaha ini merupakan suatu upaya untuk mengembangkan usaha swadaya masyarakat petani dalam melesta­rikan kemampuan produksi lahan garapannya dan memperbaiki sistem tata-air dalam daerah aliran sungai yang penting. Da- lam kegiatan penghijauan peranserta masyarakat akan lebih di­tingkatkan lagi pembinaannya.

Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan sebagian da- ri upaya penyelamatan hutan, tanah dan air untuk melindungi investasi pembangunan yang tinggi terhadap bahaya kerusakan karena banjir, kekeringan dan pelumpuran dan untuk memperbaiki penyediaan sumber daya air bagi berbagai keperluan dan memper­baiki kesuburan tanah yang makin berkurang karena erosi dan pemiskinan hara. Kegiatan reboisasi dan penghijauan tersebut akan meliputi 36 daerah aliran sungai di Jawa, Sumatera, Ka­limantan, Sulawesi, Bali, dan kepulauan Nusa Tenggara.

Untuk menjamin kelestarian peningkatan produksi dari ka­wasan hutan maka hutan tanaman baru akan mulai dibentuk dan intensifikasi pengusahaan areal Hak Pengusahaan Hutan akan lebih ditingkatkan dengan penerapan sistem tebang pilih Indo­nesia yang lebih sederhana dan mudah dikendalikan dan diawasi.

Agar supaya penyediaan hasil hutan bagi keperluan pemba­ngunan dapat berjalan lancar maka sistem distribusi hasil hu‑

447


Text Box: 448tan baik untuk keperluan dalam negeri maupun untuk ekspor akan ditingkatkan. Untuk keperluan peningkatan arus kayu yang masuk ke Jawa dari Sumatera dan Kalimantan akan dibangun pula pusat perkayuan di Jawa dan Kalimantan. Fasilitas ekspor akan dikembangkan pula di wilayah Indonesia bagian timur. Sebagai tahap pertama akan dibangun pusat pendaratan kayu di Marunda, Jakarta, yang akan mampu menangani pendaratan kayu sebesar 2,6 juta m3 setiap tahun. Pemasukan kayu dari luar Jawa ke Jawa pada akhir Repelita IV diperkirakan akan naik menjadi 8,0 juta m3 setara kayu bulat. Pendidikan dan latihan bagi para pedagang kayu akan dikembangkan terus agar mampu mening­katkan usahanya dan bersamaan dengan itu pembinaan iklim usaha yang lebih baik akan dikembangkan pula. Dalam hubungan dengan itu usaha pembinaan standardisasi hasil akan mulai dikembangkan pula.

Pengamanan kawasan hutan produksi, hutan lindung dan sua- ka akan ditingkatkan dari dikaitkan sekaligus dengan usaha transmigrasi, pemukiman kembali para peladang berpindah, dan usaha pembangunan daerah penyangga di sekeliling kawasan hu-tan. Dalam usaha tersebut di atas akan diperhatikan agar para perusak hutan yang terpaksa melakukan perusakan karena tiada­-nya lapangan kerja dapat dipindahkan ketempat lain yang me­mungkinkan mereka memperoleh lapangan kerja dan penghasilan yang lebih baik.

Usaha pelestarian alam akan terus dikembangkan dalam ben­- tuk pengembangan taman nasional, suaka alam, taman wisata, hutan lindung, dan penyelamatan jenis langka baik flora mau­- pun fauna. Dalam hubungan ini pengembangan interaksi yang se-hat antara manusia dengan alam akan diteruskan dan dikembang‑


Text Box: 449kan dalam suatu sistem pengelolaan wilayah ekosistem yang me­nyeluruh di dalam taman-taman nasional. Dalam Repelita IV di­harapkan dapat dikukuhkan 7 juta ha kawasan pelestarian alam perairan dan 15 buah taman nasional yang baru. Sementara itu 27.000 kepala keluarga peladang berpindah akan dimukimkan kembali ke dalam pemukiman dengan usaha tani yang menetap.

Usaha-usaha tersebut di atas akan ditunjang oleh pengem­bangan tenaga kerja dan teknologi di bidang kehutanan baik di dalam usaha peningkatan produksi, pembinaan kawasan hutan, penatagunaan hutan, pengolahan hasil hutan, perdagangan hasil hutan, pelestarian alam dan penyelamatan hutan.

Penelitian hutan hujan tropika akan dikembangkan terus agar teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembang- an hutan serta teknologi pemanfaatannya dapat dikuasai dengan cepat. Pusat penelitian hutan hujan tropika akan dikembangkan di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur. Sementara itu akan diteruskan pengembangan pusat penelitian kehutanan yang berada di Bogor, Jawa Barat. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penguasaan teknologi permudaan hutan, teknologi pengelolaan hutan tropis campuran, teknologi pelestarian hasil, teknologi pengolahan hasil hutan yang efisien, teknologi peningkatan produktivitas hutan tropika dan teknologi pengelolaan taman nasional akan diprioritaskan dalam Repelita IV. Pengembangan teknologi terapan untuk mendukung usaha reboisasi dan penghi­jauan, pengolahan hasil hutan dan lain-lain akan dikembangkan terus.

Untuk mendukung usaha-usaha tersebut maka pendidikan dan latihan akan dikembangkan. Dalam Repelita IV akan dikembang‑


Text Box: 450kan pusat pendidikan dan latihan di Jawa Barat (Bogor, Gu­nungwalat, Sukabumi, Kadipaten), Yogyakarta (Gunungkidul), Sulawesi Selatan (Ujungpandang), Kalimantan Timur (Samarin­- da), Sumatera Utara (Pematang Siantar), Riau (Pakanbaru) dan di Irian Jaya (Manokwari). Untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli akan terus dikembangkan pendidikan tinggi tingkat uni­versitas di beberapa perguruan tinggi yang sudah ada. Di Su­matera yang belum mempunyai pendidikan tingkat universitas dalam keahlian kehutanan akan dirintis pula pendidikan dalam ilmu-ilmu kehutanan.

6. Penelitian Pertanian

Dalam menunjang usaha-usaha meningkatkan produksi hasil­-hasil pertanian dan menjaga kelestarian sumber-sumber alam peranan penelitian pertanian sangat besar artinya. Karenanya usaha penelitian dalam rangka menggali dan memanfaatkan serta menjaga kelestarian sumber daya alam ditingkatkan, termasuk penelitian untuk menemukan varietas-varietas unggul yang se­-suai dengan keadaan lingkungan serta pelestarian dan pemanfa­atan plasma nuftah pertanian.

Demikian pula penelitian dalam rangka pemilihan teknologi tepat guna yang dapat menampung tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas usaha taninya, termasuk masalah sosio ekonomi yang dapat memberikan alternatif yang lebih luas bagi petani untuk berusaha dengan 1ebih efisien, akan ditingkatkan pula.

Penelitian pertanian tanaman pangan dan hortikultura baik di lahan basah maupun di lahan kering terutama diprioritaskan pada pemulihan tanaman padi, palawija dan hortikultura, pene­litian mengenai penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih


efektif dan efisien dan penelitian tentang hama dan penyakit serta penelitian pola tanam dan "multiple cropping". Di bi- dang peternakan akan lebih diprioritaskan penelitian mengenai pemuliaan ternak, penyakit-penyakit hewan dalam usaha mening­katkan produksi per satuan ternak dan penelitian tentang pro­duksi dan mutu makanan ternak baik hijauan makanan ternak maupun pemanfaatan limbah pertanian dan industri sebagai ma­-kanan ternak serta pengolahan hasil peternakan. Penelitian di bidang perikanan ditujukan untuk memperoleh teknologi tepat guna baik di bidang budi daya maupun penangkapan termasuk pasca panen dan menyelidiki sumber-sumber budi daya dan pe­nangkapan, termasuk pemanfaatan Zone Ekonomi Eksklusif serta mendapatkan bibit ikan berdaya mampu produksi tinggi, mudah berkembang biak serta tahan penyakit. Di bidang perkebunan penelitian diprioritaskan pada penelitian perluasan areal ta­naman perkebunan, hama dan penyakit dan penelitian perluasan areal tanaman perkebunan di padang alang-alang serta mengenai pemulihan tanaman-tanaman perkebunan dan menemukan klon-klon dari jenis varietas yang unggul serta penelitian pengolahan hasil-hasil perkebunan.

Penelitian sumber daya alam pertanian akan meliputi in­ventarisasi, pemetaan, sistem pengendalian dan pengolahan sumber daya alam, pemanfaatan dan pelestarian plasma nuftah pertanian serta pemanfaatan limbah pertanian. Penelitian so­- sial ekonomi akan meliputi penelitian mengenai sistem bagi hasil, sistem pemasaran, termasuk kaitannya dengan stabilisa­- si harga dan asuransi pertanian serta pengolahan hasil, pene­litian dampak penggunaan teknologi dan penelitian tentang e­konomi produksi serta kesempatan kerja pada sektor pertanian.

451


Text Box: 452Selanjutnya akan dilakukan kegiatan penyiapan data dan infor­masi yang diperlukan untuk perumusan kebijaksanaan operasio­-nal.

Agar hasil-hasil penelitian tersebut langsung dapat di­manfaatkan oleh para petani dan para pengusaha pertanian la­innya, penyaluran dari hasil-hasil penelitian tersebut akan disempurnakan dengan memperbaiki dan meningkatkan koordinasi antara lembaga penelitian, lembaga penyuluhan dan antar depar­temen.

7. Pendidikan dan Latihan Pertanian

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan pertanian, yang mencakup antara lain peningkatan produksi dan pendapatan petani nelayan, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan devisa, diperlukan petugas-petugas pertanian yang memadai, baik jumlah maupun mutunya.

Usaha untuk mendapatkan petugas pertanian tersebut di atas, dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan pertanian di Sekolah-sekolah Pertanian Pembangunan dan kegiatan latihan, pertanian yang terutama dilakukan di Balai-balai Latihan Per­tanian, di Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, dan Pendidikan. Latihan Ahli Usaha Perikanan.

Pendidikan pertanian bersifat pendidikan pembangunan, yaitu pendidikan yang mampu mendorong perubahan sikap mental, keberanian merintis jalan baru dan mampu menggerakkan pemba­ngunan pertanian di daerah sekitarnya. Dalam Repelita IV dari 140 SPP diharapkan dapat dihasilkan tammatan sebanyak 40.000 orang.

Penyelenggaraan kegiatan latihan pertanian ditujukan un-


Text Box: 453tuk menghasilkan petugas pertanian yang berpengetahuan luas, cakap, trampil, berdedikasi tinggi dan mampu memancarkan pem­baharuan di bidang pertanian. Hal ini dicapai melalui kegiat­- an melatih petugas pertanian yang ada.

Prioritas latihan petugas pertanian akan diberikan kepada para petugas penyuluh agar dapat memancarkan dan menciptakan pembaharuan, serta petugas teknis yang mampu meningkatkan dan memperlancar kegiatan agribisnis pasca panen.

Untuk meningkatkan jumlah dan mutu petugas yang di latih, maka secara teratur jumlah dan mutu pelatih akan terus di­tingkatkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut mutu dan kemampuan Balai-balai Pertanian akan terus ditingkatkan, sehingga sela­- lu sesuai dengan kebutuhan pembangunan pertanian.

8. Pembinaan Usaha Agribisnis

Sebagian besar dari usaha pertanian dilakukan oleh petani kecil sebagai usaha keluarga. Di bidang perkebunan, di sam­- ping usaha perkebunan rakyat, sudah sejak lama terdapat per­usahaan-perusahaan perkebunan yang besar, baik milik negara maupun swasta. Sejak Repelita I, perusahaan-perusahaan besar di bidang peternakan, perikanan laut dan kehutanan mulai berkembang dengan pesat. Sebaliknya perusahaan perkebunan swasta, pada periode yang sama, kurang menunjukkan perkem­- bangan yang pesat. Keadaan ini terjadi pula pada bidang tana­- man pangan.

Dalam rangka pemerataan pembangunan, sejak Repelita II telah dikembangkan pembangunan pertanian dengan sistem Peru­sahaan Inti Rakyat (PIR) yang dimulai di bidang perkebunan di mana terdapat banyak perusahaan-perusahaan perkebunan mi-


Text Box: 454lik negara dengan teknologi, pengelolaan dan segi finansial yang jauh lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan di bidang pertanian lainnya. Pada Repelita III, sistem PIR dimu­- lai di bidang perikanan laut dengan intinya perusahaan-peru­sahaan milik negara dan di bidang peternakan dirintis pengi­kutsertaan perusahaan-perusahaan swasta sebagai inti dari pe­ternakan rakyat.

Dalam Repelita IV, sistem PIR akan diperluas dan diting­katkan di semua bidang pertanian, termasuk pada bidang tanam­- an pangan, terutama dalam usaha pengembangan hortikultura dan budidaya tambak.

Dalam sistem PIR ini usaha pembangunan pertanian rakyat dilakukan dengan mengikut sertakan perusahaan-perusahaan be- sar yang sudah kuat, di bidang agribisnis. Pengikutsertaan perusahaan-perusahaan tersebut, baik badan usaha milik negara maupun swasta, di samping dalam rangka keseimbangan pengem­bangan swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara, juga agar terdapat keseimbangan dan keserasian pengembangan antara golongan ekonomi lemah dan golongan ekonomi bukan lemah. Pe­rusahaan-perusahaan besar tersebut dalam hubungan ini dapat berperan sebagai "development agent" baik secara horizontal maupun secara vertikal. Secara horizontal mereka turut me­ngembangkan proses produksi pertanian rakyat dan secara ver­tikal, mengkaitkan pembangunan pertanian dengan pembangunan industri, khususnya agro industri. Dengan demikian, pertum­-buhan produksi pertanian dan agro industrinya akan didorong dengan meningkatkan peranserta pengusaha-pengusaha kecil/pe­tani dengan koperasinya, pengusaha menengah maupun besar da‑


lam pelaksanaan pembangunan pertanian dengan lebih mengem­bangkan swadaya, prakarsa dan partisipasi swasta.

Pengembangan dunia usaha tersebut akan dilaksanakan mela-lui bimbingan organisasi dan manajemen, pembinaan kewiraswas­taan, penyempurnaan kebijaksanaan permodalan dan perkreditan, fiskal dan moneter, pengaturan dan penyederhanaan perizinan, termasuk izin Hak Guna Usaha, penyebaran teknologi dan penye­baran kegiatan usaha ke daerah-daerah.

Usaha pertanian swasta akan dikembangkan untuk memanfaat­-kan potensi sumber daya alam yang belum tergali, khususnya di luar Jawa. Kepada usaha swasta nasional akan diberikan fasi­litas-fasilitas lain dan Hak Guna Usaha sesuai dengan peratur- an dan ketentuan yang berlaku.

Agar ada keserasian dalam perkembangan, pengusaha golong­- an ekonomi lemah khususnya petani dan nelayan, dengan peng-usaha-pengusaha yang bermodal besar, akan dicegah kemungkinan pengusaha yang bermodal besar itu merugikan petani/nelayan kecil dan pengusaha kecil. Dengan sistem PIR, usaha swasta besar ini diarahkan agar dapat berfungsi sebagai pusat pe­ngembangan dari usaha-usaha tani dan pengusaha kecil di seke­lilingnya, baik dalam penerapan teknologi maupun dalam pema­-saran dan pengolahan hasilnya. Bagi produsen dan penyalur sa­-rana dan alat-alat pertanian akan dianjurkan agar secara efektif melaksanakan percobaan dan penyuluhan mengenai tata cara penggunaannya. Penyalur alat-alat pertanian akan diha­-ruskan melatih tenaga-tenaga operator dan pemeliharaannya.

Khususnya dalam pengerahan dana perkreditan, kebijaksana­- an yang telah dilaksanakan dalam Repelita III akan ditingkat‑

455


Text Box: 456kan dan disempurnakan. Kredit intensifikasi untuk segala ma- cam komoditi pertanian akan disediakan, sedangkan persyarat­annya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Dalam perkreditan bagi petani/nelayan kecil dan pe­ngusaha kecil segala permasalahannya akan diusahakan untuk dipecahkan dan diselesaikan agar kesempatan memperoleh kredit bagi golongan ekonomi lemah lebih di perluas.

B. PENGAIRAN

Sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara pembangunan pengairan dalam rangka usaha pemanfaatan air dan pengembangan sumber-sumber air diarahkan untuk menunjang tujuan-tujuan pembangunan nasional, khususnya menunjang pembangunan pertanian. Pembangunan pengairan dalam Repelita IV pada hakekatnya merupakan kelanjutan pelaksanaan selama Repelita III, dan Repelita-Repelita sebelumnya, yakni penyediaan air irigasi baik di daerah pertanian yang ada mau-pun di areal pertanian baru termasuk areal pertambakan, menga­mankan daerah pemukiman dan areal produksi dari kerusakan aki­bat bencana banjir dan lahar gunung berapi, serta menunjang penyediaan air baku untuk kesejahteraan masyarakat, kebutuhan industri dan kelistrikan.

Dalam hubungannya dengan usaha untuk memberi, menseimbang­kan dan menserasikan pembangunan sub sektor pengairan dengan berbagai macam kebutuhan untuk pertanian dan non pertanian, maka akan ditempuh kebijaksanaan untuk mengusahakan pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan di mana di satu pihak terdapat keterbatasan kemampuan, lingkungan hidup, serta potensi sumber-sumber air yang tersedia, dan dipihak


Text Box: 457lainnya terdapat peningkatan kebutuhan air untuk sektor-sektor di luar sektor pertanian seperti penyediaan air baku untuk kebutuhan rumah tangga di pusat-pusat pemukiman/kota-kota be-sar, kebutuhan industri serta penggelontoran saluran pembuang dan sungai di kota. Dalam hubungan ini usaha pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air akan dilaksanakan berdasarkan prioritas kebutuhan yaitu untuk daerah pemukiman/kota-kota besar dan wilayah pengembangan industri, pengembangan sumber­sumber air diutamakan untuk penyediaan air baku kebutuhan pen­duduk dan industri, sedangkan di daerah-daerah/pusat-pusat pengembangan pertanian akan diarahkan untuk meningkatkan pe­nyediaan air irigasi.

Kegiatan pertanian khususnya pertanian pangan pada saat ini sebagian besar masih di pulau Jawa, karena dua pertiga dari luas lahan usaha pertanian pangan di Indonesia terletak di pulau Jawa, demikian pula dengan produksinya. Sejalan de­ngan perkembangan kegiatan berbagai sektor, dan tekanan pe­- ningkatan jumlah penduduk, telah mengakibatkan lahan pertani­- an yang dapat diusahakan semakin menyempit, sedangkan usaha memperluas lahan pertanian di Jawa dihadapkan kepada keterba­tasan potensi lahan yang dapat diusahakan. Di lain pihak usaha meningkatkan produksi pangan dalam rangka persiapan tinggal landas menuju swasembada pangan memerlukan dukungan perluasan

lahan pertanian.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas untuk mendu­kung kebijaksanaan peningkatan produksi pangan, kebijaksanaan yang ditempuh dalam pembangunan pengairan adalah mengutamakan penyelesaian kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat mening­katkan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Kegiatan


Text Box: 458pembangunan pengairan di Jawa akan lebih dititik beratkan ke­-pada usaha perbaikan dan peningkatan kemampuan jaringan iriga­- si dan melengkapi sawah tadah hujan dengan jaringan irigasi, yang diharapkan dapat meningkatkan intensitas tanam. Usaha perluasan irigasi reklamasi rawa untuk mendukung perluasan lahan pertanian yang dikaitkan pula dengan program transmi­- grasi diarahkan ke luar Jawa, diutamakan kepada areal-areal pertanian yang dapat segera berproduksi, dan dapat menjangkau dan menyebar ke daerah-daerah terpencil.

Di samping untuk mendukung peningkatan produksi pangan khususnya padi dan palawija, dalam rangka peningkatan produk- si pangan lainnya seperti perikanan dalam pelaksanaan pemba­ngunan pengairan juga akan memperhatikan potensi untuk per­-ikanan terutama dalam usaha rehabilitasi maupun perluasan tambak perikanan.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka usa­- ha mencapai tujuan tersebut di atas mencakup perbaikan dan peningkatan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru serta pengembangan daerah rawa, baik untuk tanaman pangan maupun perikanan, pengaturan dan pengamanan sungai yang dikaitkan pu­- la dengan usaha pemanfaatannya, serta pengaturan dari pengen­dalian lahar gunung berapi. Untuk mendukung kegiatan tersebut akan dilanjutkan usaha peningkatan dan kemampuan dan keteram­pilan tenaga-tenaga perencana dan pelaksana, yang ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan penelitian, survei, penyelidik­- an, serta perencanaan pemanfaatan dan pengembangan sumber- sumber air.

Untuk menjamin pemanfaatan prasarana pengairan yang se-


baik-baiknya, maka usaha perluasan irigasi dan reklamasi rawa akan diarahkan kepada lahan-lahan pertanian yang petaninya sudah biasa dan berhasrat bersawah dan berusaha tambak. Di samping itu akan diutamakan lokasi-lokasi yang sudah memiliki prasarana penunjang seperti jalan yang memadai untuk jaminan peningkatan produksi serta pemasaran hasilnya. Pemilihan loka­-si-lokasi tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa pemanfaat- ­an jaringan irigasi baru sangat bergantung dari kesediaan dan hasrat petani untuk mencetak sawah dan tambak. Untuk melancar-kan usaha pencetakan sawah dan tambak, akan diberikan kemudah- an kepada petani dalam mengusahakan sertifikat tanah, kredit pencetakan sawah dan tambak, serta akan dilakukan penyederha­naan prosedur, pengaturan lokasi pelaksanaan yang serasi anta- ra kegiatan pengembangan irigasi dengan pencetakan sawah dan tambak.

Jaringan irigasi yang dibangun dilengkapi dengan jaringan tersier yang dapat lebih memudahkan pengaturan pembagian air irigasi sesuai dengan kebutuhan dan pola tanam, yang diikuti pula dengan pembentukan dan pembinaan organisasi petani pema­kai air untuk meningkatkan peranserta dan kemampuan para pe­tani dalam pengelolaan dan pemeliharaan irigasi di tingkat usaha tani.

Wilayah-wilayah pertanian kering dan rawan yang langka air permukaan yang sampai dewasa ini belum banyak ditangani dalam segi pengadaan airnya dalam Repelita IV akan lebih diperhati­kan, baik untuk pertanian maupun untuk kebutuhan rumah tang­-ga. Usaha tersebut diantaranya dilakukan dengan pengembangan dan pemanfaatan air tanah.

Prasarana pengairan yang sudah diperbaiki dan dibangun,

459


Text Box: 460menuntut perhatian yang semakin besar dalam eksploitasi dan pemeliharaan agar prasarana tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik. Dalam hubungan ini akan diusahakan untuk mening­katkan peranserta para petani pemakai air dalam kegiatan-ke­giatan eksploitasi dan pemeliharaan.

Usaha pengendalian banjir serta penanggulangan terhadap ancaman banjir lahar gunung berapi terus dilanjutkan melalui pekerjaan-pekerjaan persungaian, yang dikaitkan dengan usaha­usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber-sumber air yang mendukung berbagai kegiatan pembangunan nasional. Untuk itu akan dilanjutkan pembangunan waduk-waduk dan prasarana peng­airan lainnya terutama guna menanggulangi kekurangan air pada musim kemarau untuk kebutuhan air minum, pertanian, serta pe­nyediaan air kebutuhan industri dan kelistrikan, penggelon­-toran saluran pembuang dan sungai di kota dalam rangka penye­hatan lingkungan pemukiman, dan pengendalian banjir.

Mengenai penggunaan air baku baik untuk kepentingan iriga­-si, industri, kelistrikan maupun untuk penyediaan air bersih bagi penduduk kota dan desa akan diusahakan peningkatan kemam­puan pengelolaan sumber air yang melalui perencanaan pengem­bangan dan pemanfaatan sumber air yang teratur dan serasi, di­sesuaikan dengan kebutuhan berbagai sektor pembangunan dan potensi sumber-sumber air yang tersedia dan dapat dikembang­kan. Langkah-langkah ini juga akan ditunjang dengan usaha-usa­ha penelitian dan peningkatan kemampuan pelaksanaan pembangun­an pengairan.


Text Box: 461IV. PROGRAM-PROGRAM A. PERTANIAN

Langkah-langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan melalui lima program sesuai dengan program-program dalam Repelita-Repelita sebelumnya seperti :

1. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

2. Program Peningkatan Produksi Peternakan

3. Program Peningkatan Produksi Perikanan

4. Program Peningkatan Produksi Perkebunan

5. Program Peningkatan Produksi Kehutanan.

Di samping itu untuk memperlancar pelaksanaan kelima program pokok tersebut akan dilaksanakan juga program pe- nunjang dari sektor lain antara lain Program Pendidikan Pertanian dan Pengairan, Program Penelitian Pertanian dan Pengairan dan Program Transmigrasi.

1. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan.

Kegiatan-kegiatan utama dalam program ini, baik dalam rangka intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi maupun eks­tensifikasi, di samping penyuluhan dan Bimas, adalah perbe­-nihan, perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit serta pencetakan sawah. Kegiatan utama dalam perbenihan adalah pe­ngadaan, pengujian dan penyebaran serta pengawasannya dengan tujuan meningkatkan penggunaan benih varietas unggul. Kegiat­- an pengadaan meliputi kegiatan pengadaan benih dasar oleh Lembaga Penelitian, perbanyakan benih pokok oleh Kebun Bibit Sentral, Balai Benih dan Perum Sang Hyang Sri, sedang perba­nyakan benih sebar bagi para petani dilakukan oleh Balai Be‑


Text Box: 462nib, Kebun Bibit Desa dan penangkar benih Swasta dan atau Ko­perasi.

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan pengadaan benih di dae­rah-daerah sentra produksi yang baru akan dibangun Balai-balai Benih atau dengan mengikut sertakan Perum Sang Hyang Sri.

Bimbingan dan penyuluhan dalam perbenihan dilakukan ter­hadap penangkar maupun petani dan terhadap pemerintahan desa dalam pengelolaan Kebun Benih Desa. Peranan Perum Sang Hyang Sri akan lebih dikembangkan lagi dengan pembentukan cabang­cabang di daerah-daerah sentra produksi, terutama untuk meng­hasilkan benih pokok dan benih sebar.

Pengawasan mutu benih dilakukan oleh para inspektur be­-nih. Untuk benih, khususnya benih padi, yang lulus dari peng­awasan dan ujian diberi sertifikat. Balai Sertifikasi Benih merupakan pusat kegiatan pengawasan mutu benih, berfungsi se­bagai tempat pemberian sertifikasi dan tempat penataran petu­gas-petugasnya.

Proteksi tanaman dan pemberantasan hama penyakit, merupa­kan kegiatan utama lainnya dalam usaha-usaha intensifikasi. Kegiatan pemberantasan hama penyakit merupakan kewajiban pe­tani, baik berupa tindakan-tindakan pengamanan sebelum adanya serangan maupun tindakan-tindakan pemberantasan setelah ter­jadi serangan. Bantuan Pemerintah diberikan jika terjadi eks­plosi hama dan penyakit. Untuk meningkatkan kemampuan Peme­rintah bila terjadi eksplosi hama dan penyakit, Satuan Udara Pertanian dan Brigade Proteksi Tanaman akan disempurnakan. Di samping itu unit-unit pengamatan dan laboratorium-laboratori- ­um hama penyakit, pengujian dan pengawasan terhadap obat‑


Text Box: 463obatan pemberantasan hama penyakit akan ditingkatkan dan di­sempurnakan. Penyuluhan dalam kegiatan-kegiatan perlindungan dan pemberantasan terhadap hama dan penyakit ditujukan ter- ­utama kepada petani.

Penggunaan pupuk akan lebih ditingkatkan lagi terutama pada lahan-lahan kering untuk tanaman palawija dan hortikul­-tura, sedangkan jenisnya akan disesuaikan dengan jenis tanam­- an dan kondisi tanah. Dalam hubungan ini kegiatan konservasi tanah pada usaha tani lahan kering akan lebih dikembangkan. Untuk itu, kegiatan-kegiatan percobaan dan pengujian pemupuk- an oleh para PPS akan ditingkatkan. Selain itu pola bercocok tanam yang lebih sesuai dengan benih dan perlindungan terha­- dap hama penyakit secara biologis serta pemupukan yang opti­- mal, pada tingkat usaha tani, akan lebih dikembangkan. Guna membina dan mengkoordinasikan kegiatan pengujian dan demplot­demplot, telah dikembangkan Balai Penyuluhan Pertanian yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara penelitian dan penyuluhan, dan tempat ini merupakan "home base" para PPL.

Untuk memanfaatkan air pengairan secara optimal, pemben­tukan dan kegiatan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) akan lebih ditingkatkan lagi, termasuk penyuluhan tentang pemba­-ngunan saluran tersier dan kwarter, pencetakan sawah-sawah baru serta tata guna air pada tingkat usaha tani.

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan pertanian dalam berpan- ca usaha akan ditingkatkan melalui pendekatan kelompok serta pembinaan terhadap para Kontak Tani dan kelompok-kelompok ta­- ni dengan cara Intensifikasi Khusus (Insus). Adapun untuk da­erah-daerah yang masih rawan pangan akan dilakukan secara Operasi Khusus (Opsus).


Text Box: 464Di samping para kontak tani kepada kaum wanita akan di­adakan dan ditingkatkan kursus-kursus teknologi di bidang produksi, cara-cara penyimpanan dan pemanfaatan hasil-hasil pertanian untuk perbaikan gizi keluarga, termasuk pemanfaatan tanaman pekarangan, peternakan, perikanan dan lain sebagainya.

Kegiatan perluasan areal (ekstensifikasi) erat kaitannya dengan perluasan irigasi baru dan kegiatan pencetakan sawah. Kegiatan perluasan areal baru dengan memanfaatkan tanah ke­ring, padang alang-alang serta daerah pasang surut, sawah ta­dah hujan serta tegalan dikaitkan dengan program transmigrasi dan pemukiman kembali penduduk serta pengembangan perkebunan inti tanaman pangan. Di daerah-daerah baru tersebut dileng-kapi dengan berbagai perangkat institusi pelayanan pertanian agar dalam waktu singkat para transmigran dapat di ikut ser­takan dalam intensifikasi.

Penggunaan alat-alat dan mesin pertanian akan dilaksana­-kan secara selektif mengingat keragaman kondisi fisik dan so­sial ekonomi setempat. Untuk itu akan dilakukan evaluasi dan uji lapang terhadap penggunaan alat dan mesin tertentu, sebe­lum digunakan secara luas.

Dari kegiatan-kegiatan intensifikasi, diversifikasi dan ekstensifikasi tersebut di atas, baik luas intensifikasi ta­naman pangan maupun hasil rata-rata per hektarnya, selama Re­pelita IV diperkirakan akan meningkat. Dalam Repelita IV akan diusahakan pencetakan sawah sekitar 350.000 ha.

Produksi beras diharapkan terus meningkat dari 23.462 ri­-bu ton beras dalam tahun 1983, pada akhir Repelita IV diper­kirakan akan mencapai 28.624 ribu ton beras. Perkiraan pro‑


Text Box: 465duksi beras pada akhir Repelita IV (1988) tersebut diperoleh dari perkiraan luas panen sebesar 9.726 ribu ha, dari hasil rata-rata per ha sebesar 2,94 ton beras per ha (Tabel 9 - 2).

Pertumbuhan program tanaman pangan secara keseluruhan yang terdiri dari beras, palawija, sayuran dan buah-buahan diperkirakan sedikit-dikitnya sama dengan Repelita III, yakni kira-kira 3% per tahun. Dalam pada itu diusahakan agar per­tumbuhan dari beberapa komoditi palawija seperti kedelai dan kacang tanah lebih tinggi dari pada selama Repelita III. De­mikian pula beberapa komoditi sayuran dan buah-buahan seperti bawang merah dan bawang putih serta jeruk.

2. Program Peningkatan Produksi Peternakan

Dalam program peningkatan produksi peternakan kegiatan utamanya adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, peng­adaan dan penyebaran bibit unggul ternak atau unggas serta hijauan makanan ternak yang dikaitkan dengan pembinaan pro­-duksi dan teknik produksi peternakan dan penyuluhan atau bim­bingan kepada peternak. Di samping itu pengembangan fasilitas pemasaran dan pengolahan dilakukan dalam rangka pengembangan koperasi.

Untuk menekan kematian ternak serendah mungkin, pengaman­an ternak akan dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberan­- tasan penyakit tersebar di seluruh propinsi. Untuk ini akan diberikan bantuan obat-obatan dan vaksin kepada peternakan rakyat kecil. Di samping itu diusahakan agar peternak dapat mencegah dan memberantas penyakit dengan swadaya sendiri. Bantuan obat-obatan dan vaksin hanya diberikan bila terjadi eksplosi penyakit menular. Selanjutnya produksi obat-obatan


Text Box: 466TAPEL9- 2

PERKIRAAN LUAS PANEN, RATA-RATA HASIL PER HA DAN PRODUKSI BERAS,1)
1984 - 1988

1984

1985

1986

1987

1988

1. a. Luas panen seluruhnya (ribu ha)

9.179

9.360

9.548

9.637

9.726

b. Luas panen intensifikasi (ribu ha)

7.747

8.073

8.402

8.865

9.240

- Insus

4.402

5.022

5.832

6.521

7.211

- Inmum

3.345

3.051

2.570

2.344

2.029

c. Non intensifikasi

1.432

1.287

1.146

772

486

2. a. Hasil rata-rata per ha (kwintal)

26,91

27,54

28,14

28,78

29,43

b. Hasil rata-rata per ha

Intensifikasi (kwintal)

28,95

29,44

29,87

29,94

30,21

- Insus

32,39

32,50

32,60

32,68

32,73

- Inmum

24,41

24,40

23,66

22,34

21,24

c. Non intensifikasi

15,89

15,66

15,46

15,42

15,31

3. a. Produksi seluruhx,a2)(ribu ton)

24.701

25.781

26.867

27.736

28.624

b. Produksi Intensifikasi (ribu ton)

22.425

23.766

25.095

26.546

27.913

- Insus

14.260

16.321

19.014

21.310

23.603

- Inmum

8.165

7.445

6.081

5.236

4.310

c. Non intensifikasi

2.276

2.015

1.772

1.190

711

1) Dalam perhitungan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, nilai tambah padi diperhitungkan di sektor pertanian sedang nilai tambah beras diperhitungkan di sektor industri.

2) Laju pertumbuhan produksi setiap tahun selama Repelita IV rata-rata 4%.


Text Box: Hasil rata-rata per ha intensifikasiText Box: 468(Lanjutan Grafik 9 - 1) (kwintal)

Text Box: 29,87               29,94                30,21  29,94 30,21

1984 1985 1968 1987 1988

1984 1985 1986 1987 1988



Text Box: Produksi bcras seluruhnya 26.867Text Box:  Text Box: 469(Lanjutan Grafik 9 - 1)


Text Box: 470dan vaksin akan ditingkatkan melalui penyediaan fasilitas kredit. Demikian pula sistem dan pengorganisasian pengamanan ternak akan disempurnakan. Selain itu mutu dan jumlah vaksi­-nator akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk membina dan memperbaiki mutu genetik ternak akan terus ditingkatkan kegiatan Inseminasi Buatan (I.B) dengan meningkatkan produksi frozen semen dari pejantan unggul yang mempunyai mutu genetik yang baik di Lembang (Jawa Barat) dan Singosari (Jawa Timur). Selain peningkatan jumlah frozen se- men, untuk berhasilnya usaha I.B. tersebut, akan ditingkatkan pula ketrampilan para petugas Inseminator yakni dengan meng-adakan kursus-kursus inseminator dan penyuluhan lapangan.

Untuk memperbaiki mutu karkas ternak, akan ditingkatkan pembinaan mutu genetik ternak dan pembinaan makanan ternak melalui penyediaan bibit hijauan makanan ternak yang sesuai dengan kondisi lingkungan di daerah masing-masing. Dalam hu­bungan ini akan ditingkatkan Pusat-pusat Pembibitan Legume.

Hijauan Makanan Ternak, terutama di sentral-sentral pro­-duksi ternak, yaitu di Cisarua (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah), Indrapuri (D.I. Aceh), Siborong-borong (Sumatera Utara), Sembawa (Sumatera Selatan) dan Serading (Nusa Tengga- ra Barat). Bibit tersebut akan diperbanyak di kebun-kebun pe­-nangkar yang kemudian disebarkan kepada peternak untuk dita­- nam pada masing-masing tanahnya. Di samping itu untuk meman­faatkan tanah-tanah perkebunan dan atau kehutanan sebagai sumber makanan hijauan usaha-usaha perkebunan/kehutanan akan dilakukan secara terpadu dengan usaha pengadaan hijauan ma­- kanan ternak.


Selanjutnya untuk mendorong partisipasi sektor swasta da­- lam kegiatan perkembangan peternakan rakyat dengan sistem Pe­rusahaan Inti Rakyat, akan dibantu dengan penyediaan kredit dari perbankan.

Dalam hubungannya dengan perluasan usaha peternakan di luar Jawa, prosedur memperoleh Hak Guna Usaha untuk padang rumput, akan disederhanakan.

Sejalan dengan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, akan ditingkatkan tenaga teknis yang trampil dan tenaga penyuluh yang baik. Untuk itu pembangunan sarana penyuluhan seperti demplot dan pembinaan organisasi peternak akan terus diting­katkan dan disempurnakan. Demikian pula penyuluh pertanian lapangan (PPL), penyuluh pertanian spesialis (PPS) dan kontak tani, akan ditingkatkan baik mutu maupun jumlahnya, khususnya di daerah-daerah sentral produksi.

Diharapkan dari kebijaksanaan tersebut di atas maka popu-lasi ternak sapi dan kerbau masing-masing meningkat dengan 1,2% dan 1,0%. Ternak lainnya seperti domba dan kambing, da­lam Repelita IV diharapkan masing-masing naik dengan 3% se­- tiap tahunnya. Populasi sapi perah diharapkan naik dengan 14,4% setiap tahun. Sedangkan ayam bukan ras dan itik akan meningkat masing-masing dengan 5,2% dan 6,4%, dan ayam ras sebesar 7,1% setiap tahunnya. Dengan perkembangan populasi tersebut pertumbuhan program peternakan selama Repelita IV diharapkan sedikit-dikitnya sebesar 2,1% per tahun.

3. Program Peningkatan Produksi Perikanan.

Kegiatan utama dari program ini antara lain : (1) penga­- daan sarana dan prasarana perikanan; (2) pembinaan usaha pe‑

471


Text Box: 472rikanan; (3) pembinaan sumber-sumber hayati perikanan; (4) pengembangan teknik produksi dan pasca panen dan (5) pembina­-an mutu hasil-hasil perikanan.

Pengadaan prasarana perikanan ditujukan untuk menyediakan fasilitas prasarana untuk menunjang kegiatan berproduksi dan pemasaran ikan dari para nelayan dan petani ikan. Bagi usaha penangkapan, khususnya penangkapan ikan laut, prasarana yang dikembangkan adalah pusat pendaratan ikan atau pelabuhan pe­rikanan. Prasarana tersebut antara lain berupa dermaga, tang­gul penahan gelombang, pemeliharaan alur-alur pelayaran kapal ikan dan pengerukan sungai, tempat pelelangan ikan dan penye­diaan air bersih. Karena tempat pendaratan ikan ini akan ber­fungsi sebagai pusat pengembangan usaha perikanan, sekaligus pusat penyebaran informasi perikanan, maka dalam peningkatan dan pengembangannya akan diperhatikan selain persyaratan tek­nis juga persyaratan-persyaratan sosial ekonomi, dan peranan­nya dalam pembangunan wilayah khususnya pembangunan desa-desa pantai.

Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelabuhan per­ikanan dalam Repelita IV akan dibangun beberapa pelabuhan pe­rikanan baik dalam rangka menunjang pembangunan desa pantai maupun dalam rangka peningkatan pemanfaatan "Zone Ekonomi Eksklusif 200 mile". Pembangunan dari prasarana perikanan te­rutama akan dilakukan di daerah-daerah potensial tinggi, di­antaranya di daerah-daerah Indonesia bagian timur. Sedangkan terhadap pelabuhan perikanan yang sudah ada akan lebih di­tingkatkan lagi pemanfaatannya.

Dalam usaha budidaya perikanan (perikanan tambak dan ko­lam) pembangunan sarana dan prasarananya antara lain berupa


Text Box: 473pembangunan dan rehabilitasi balai-balai benih ikan/udang dan saluran-saluran irigasi untuk usaha pertambakan dan perkolam­- an. Usaha perluasan pertambakan diantaranya akan dilakukan melalui Inti Tambak Rakyat di daerah-daerah yang potensial baru antara lain seperti Jawa, dimulai di Jawa Barat, Sulawe­- si, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan.

Pengembangan usaha peningkatan budidaya ikan di perairan umum akan dikembangkan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Pembinaan perikanan yang pada dasarnya adalah penyuluhan, terutama sekali diarahkan untuk membantu petani ikan dan per­usahaan-perusahaan perikanan memperoleh pengetahuan baik tek­- nis maupun ekonomis agar usahanya dapat berkembang. Dalam pembinaan ini prioritas utama ditujukan kepada para nelayan dan petani ikan serta para pengolah hasil-hasil perikanan tradisional. Pembinaan dilaksanakan melalui penyebaran infor-masi teknologi perikanan, pengajaran kecakapan dan ketrampil­- an, pemberian bimbingan dan bantuan teknis, pemberian percon tohan teknis dan pemberian konsultasi/rekomendasi. Dalam me­ningkatkan kedudukan ekonomi dari para nelayan dan petani ikan, diarahkan agar diantara mereka dapat dilakukan usaha secara bersama-sama melalui usaha koperasi.

Pengembangan teknik produksi dan pasca panen merupakan mata rantai penghubung antara kegiatan penelitian perikanan dan pembinaan serta penyuluhan nelayan dan petani ikan, de­- ngan melaksanakan pengujian dan percobaan teknik berproduksi tepatguna yang terjangkau oleh kemampuan teknologi dan pem­biayaan perikanan rakyat.


Text Box: 474Untuk meningkatkan mutu hasil perikanan baik untuk ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri kepada para nelayan dan pengusaha pengolahan akan diberikan penyuluhan tentang cara- cara penanganan pengolahan, pengawetan, pembungkusan dan pe­nyimpanan ikan serta pengangkutan.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan pertumbuhan dari program perikanan akan meningkat sedikit-dikitnya sebesar 2,4% per tahun.

4. Program Peningkatan Produksi Perkebunan.

Baik dalam rangka intensifikasi, ekstensifikasi, rehabi­litasi maupun diversifikasi, kegiatan utama program ini meli- puti antara lain penyuluhan, pengadaan sarana produksi dan pemberantasan hama penyakit tanaman.

Usaha intensifikasi dan rehabilitasi terutama untuk budi­-daya tanaman tembakau, tebu, kapas, serat, kelapa, kopi, teh, cengkeh, dan lada. Intensifikasi tembakau akan dilakukan ter­utama di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara. Da-erah intensifikasi kopi terutama di Jawa, Bali, Lampung, Su­matera Selatan, Bengkulu. Intensifikasi lada diutamakan di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, D.I. Aceh, Kali-mantan Barat. Intensifikasi kelapa tersebar hampir di seluruh Indonesia.

Usaha ekstensifikasi dan peremajaan terutama dilaksanakan melalui sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan unit pelaksa- na proyek (UPP) misalnya untuk budidaya tanaman karet, kelapa sawit, kelapa (hybrida dan kelapa dalam) tebu dan kapas. Per­luasan tanaman karet diutamakan pada daerah-daerah Sumatera,


Kalimantan. Kelapa sawit akan diperluas antara lain di dae­- rah-daerah Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Kelapa ter­- utama akan diperluas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Malu­- ku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Sedangkan perluasan tanaman tebu terutama di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sula­- wesi Selatan, Timor Timur dan Irian Jaya. Kapas akan diperlu- as di daerah bagian timur seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dan daerah lainnya yang dimungkinkan untuk kapas.

Perkiraan luas areal intensifikasi dan rehabilitasi pada akhir Repelita IV antara lain adalah : tembakau 100.000 ha, tebu 367.000 ha, kapas 175.000 ha, tanaman serat 48.000 ha, dan lada 10.000 ha.

Perkiraan perluasan areal pada akhir Repelita IV antara lain : karet seluas 648.000 ha, kelapa sawit 480.000 ha, ke- lapa 346.000 ha, tebu 115.000 ha, dan kapas 75.000 ha.

Sebagai hasil dari usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam Repelita sebelumnya diharapkan selama Repelita IV per­tumbuhan program perkebunan akan lebih tinggi dari pada sela- ma Repelita III yakni sedikit-dikitnya sebesar 3,7% per tahun. Peningkatan tersebut terutama akan diperoleh dari komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa.

5. Program Peningkatan Produksi Kehutanan.

Program ini bertujuan untuk (1) meningkatkan produktivi­- tas kawasan hutan dan hutan rakyat baik berupa bahan maupun jasa; (2) meningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusa- ha di bidang kehutanan; (3) meningkatkan penghasilan devisa

475


Text Box: 476dari berbagai ekspor basil hutan dan jasa; (4) meningkatkan penyediaan hasil hutan bagi keperluan pembangunan di dalam negeri; (5) mengembangkan intensifikasi pengusahaan hutan, keanekaragaman hasil hutan dan pembinaan usaha peningkatan mutu hasil hutan.

Dalam program ini diharapkan dapat direhabilitasi kawasan hutan di Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Lampung agar mampu meningkatkan produktivitasnya pada Repeli- ­ta VI. Sasaran kegiatan ini meliputi kawasan hutan seluas 950.000 ha yang merupakan hutan produksi tetap. Di samping itu dilakukan juga intensifikasi hutan dengan menggunakan sistem hutan tanaman serbaguna dengan campuran berbagai la­- pisan tajuk. Usaha pengendalian kerusakan hutan produksi akan ditingkatkan pula melalui usaha peningkatan peranserta masya­rakat di sekitar kawasan hutan. Di samping kawasan hutan pro­duksi yang dikuasai negara tersebut diatas juga akan dikem­bangkan usaha pembinaan produksi hutan rakyat agar produkti­vitasnya tidak menurun dan bahkan diusahakan agar meningkat dengan pembinaan di bidang bibit dan teknik penanaman, peme­liharaan tegakan dan pengolahan hasil serta pemasarannya.

Di samping hasil hutan berupa kayu akan dikembangkan pula produksi rotan, damar dan getah, tengkawang, arang, sutera alam, dan lain-lain.

Selama tahun-tahun terakhir Repelita III produksi kayu bulat menunjukkan kecenderungan naik meskipun kegiatan ekspor dibatasi dengan ketat. Kenaikan produksi kayu bulat tersebut diharapkan akan terus dapat dikembangkan selama Repelita IV. Selama Repelita IV produksi kayu bulat ini diharapkan naik


sedikitnya sebesar 7,0% setiap tahun melalui usaha peningkat-an efisiensi pemungutan hasil. Produksi rotan, sutera alam, tengkawang, dan getah serta damar akan dinaikkan pula melalui pembinaan pusat-pusat produksinya dan penanaman baru. Dalam Repelita IV produksinya diperkirakan naik sebesar 6,5% setiap tahun. Pusat produksi tengkawang akan dikembangkan di Kali­mantan Barat, sedangkan pusat produksi rotan yang akan dikem­bangkan adalah di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Ka­limantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Su­lawesi Tengah. Pusat produksi sutera alam yang akan dikem­bangkan adalah di Sulawesi Selatan sebagai usaha lanjutan di atas secara menyeluruh akan dapat dinaikkan sebesar 6,6% se­tiap tahun. Dalam kaitan dengan peningkatan produksi hasil hutan tersebut akan ditingkatkan pula pembinaan badan usaha milik negara di bidang kehutanan untuk mengelola hutan hujan tropika, hutan tanaman, dan unit-unit usaha rotan dan tengka­wang. Badan usaha milik negara tersebut diharapkan dapat men­dorong peningkatan produksi rotan dan lain-lain yang diusaha-kan oleh masyarakat. Dalam upaya peningkatan produksi kehutan­- an akan dikembangkan usaha-usaha pemanfaatan limbah, peningka-tan efisiensi pengolahan hasil, peningkatan efisiensi pengo­lahan kawasan hutan dan peningkatan mutu kawasan hutan.

Ekspor kayu bulat pada tahun 1985 diharapkan dapat dihen­tikan sama sekali, sedangkan ekspor kayu olahan dan kayu la- pis diusahakan untuk terus meningkat. Ekspor rotan diharapkan juga dapat dikembangkan terus dalam bentuk bahan jadi (Tabel 9-3).

Untuk meningkatkan produksi hutan di Jawa dan Bali, usaha intensifikasi pengelolaan hutan akan dikembangkan, sedangkan

477


Text Box: IkutanTABEL 9 - 3

PERKIRAAN PRODUKSI BASIL MA'AM
1984/85 - 1988/89

Satuan

1984/85

1985/86

1986/87

1987/88

1988/89

Laju

Pertumbuhan

Rata-rata'

per Tahun

(t)

1. Produksi Kayu Bulat

(ribu m³)

28.500

30.500

32.600

34.900

37.500

7,1

Gelondongan

2. Produksi Basil Hutan

(ribu ton)

240

260

280

290

310

6,6

478


Text Box: idi Sumatera dan Kalimantan diusahakan untuk dikembangkan suatu pola pengusahaan hutan yang lebih mantap yang menjamin kelestarian produksi.

Di Jawa dan Kalimantan akan dikembangkan pembangunan pu­- sat-pusat perkayuan untuk menjamin kemantapan distribusi kayu dan pembinaan mutu hasil hutan. Tahap pertama akan dikembang- kan pusat pendaratan kayu di Marunda (DKI Jakarta) yang di­harapkan dapat menampung 2,6 juta m3 kayu bulat setahun. Di samping itu akan dipertimbangkan pula pembangunan fasilitas ekspor kayu di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya.

Untuk mencegah penurunan mutu hutan-hutan produksi maka pada Repelita IV akan dikembangkan usaha untuk pengendalian perladangan berpindah dan pembentukan daerah penyangga di se­kitar hutan produksi untuk memberikan kesempatan kepada ma­syarakat memperoleh hasil hutan yang diperlukan secara lesta- ri. Di Jawa dan Bali usaha pengamanan hutan akan lebih di­tingkatkan melalui pembinaan hutan kemasyarakatan bersama-sa- ma dengan masyarakat sekitar hutan. Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya pengendalian kegiatan Hak Pe­ngusahaan Hutan (HPH) akan lebih ditingkatkan agar kelestari- an hasil dapat dipertahankan. Sistem Tebang Pilih Indonesia (TPI) akan dikembangkan lebih lanjut agar penerapan di lapang- an dapat dengan mudah diikuti dan dikendalikan.

Di samping produksi bahan yang berupa kayu dan hasil hu­- tan lainnya, produksi jasa perlindungan, jasa pariwisata, dan lapangan kerja baru akan terus dikembangkan. Untuk keperluan tersebut rehabilitasi hutan lindung dan taman wisata akan le­- bih dikembangkan lagi. Pembangunan taman nasional Leuser‑

479


Text Box: 480Langkat, Bukit Barisan Selatan, Ujung Kulon, Meru Betiri, Baluran, Ijen-Yang, Bali Barat, Komodi, G. Gede-Pangrango, Tangkuban Perahu dan lainnya, akan diteruskan dan lebih di­tingkatkan. Kegiatan ini dikaitkan dengan usaha pembangunan daerah tujuan wisata.

Program ini juga akan mengembangkan produksi energi bio-masa bagi masyarakat pedesaan di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan serta Sumatera Utara. Di samping itu pengembangan produksi lebah madu, rumput makanan ternak, umbi-umbian dan bahan obat-obatan ditingkatkan dalam pola hu­- tan kemasyarakatan.

Program ini ditunjang pula oleh program penyelamatan hu­-tan, tanah dan air, program pendidikan dan latihan, program penelitian, program pembinaan sumber alam dan lingkungan hi­- dup, program transmigrasi, program pengembangan dunia usaha dan lain-lain.

6. Program-program Penunjang dari Sektor lain

Di samping program-program utama tersebut, sub sektor pertanian ditunjang oleh program-program dari sektor-sektor lain. Program-program tersebut antara lain :

(1) Program Pendidikan dan Latihan Pertanian.

Guna meningkatkan berbagai kegiatan dalam rangka intensi­fikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi perta-nian dalam program peningkatan produksi hasil-hasil pertanian diperlukan tenaga petugas pertanian yang memadai, baik jum­-lahnya maupun mutunya dengan penyelenggaraan berbagai macam latihan dan kursus ketrampilan pertanian. Untuk memenuhi ke‑


Text Box: 481perluan tersebut, jumlah dan mutu Sekolah Pertanian Pemba­ngunan (SPP) baik milik Pemerintah maupun milik Swasta akan ditingkatkan. Selanjutnya peranan SPP dalam pembangunan per­tanian akan ditingkatkan, bukan hanya dalam menyediakan tena- ga tamatan saja melainkan juga dalam melancarkan dan membina masyarakat sekitarnya dalam peningkatan produktivitas perta­nian. Selama Repelita IV jumlah SPP akan ditingkatkan seba­nyak 38 unit, berarti akan menghasilkan lulusan SPP sebanyak 40.000 orang.

Pembangunan pertanian memerlukan petugas yang berpengeta­huan luas, cakap dan trampil. Prioritas latihan petugas per­tanian akan diberikan kepada petugas-petugas yang menangani kegiatan-kegiatan prioritas dari program-program pokok maupun program-program penunjang dari pembangunan pertanian.

Untuk meningkatkan jumlah dan mutu petugas yang dilatih, maka Balai Latihan Petugas Pertanian yang ada akan diperguna­-kan secara efektif dan ditingkatkan mutunya. Selama Repelita IV, diharapkan sebanyak 90.000 orang petugas pertanian dapat dilatih.

Untuk menunjang pembangunan bidang kehutanan yang membu­tuhkan tenaga menengah yang trampil yang cukup banyak dalam Repelita IV akan dibangun dan ditingkatkan pelaksanaan pendi­dikan Sekolah Kejuruan Kehutanan tingkat Menengah Atas. Se-lain itu akan ditingkatkan pula Balai Latihan Kehutanan yang ada serta ditambah dengan dua Balai Latihan yang baru di Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.

(2) Program Penelitian Pertanian dan Pengairan.

Penelitian pertanian yang dilaksanakan mencakup komoditi


Text Box: 482tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan dan penelitian bidang masalah lintas sektoral, seperti agro eko-nomi, sumber daya alam yang terangkum dalam berbagai kegiatan penelitian.

Dalam rangka pengembangan produksi tanaman pangan, dan hortikultura pada lahan sawah, lahan kering, pasang surut, rawa dataran rendah dan dataran tinggi, kegiatan akan diprio­ritaskan pada : (1) penelitian untuk menemukan varietas ung­- gul baru dengan produktivitas tinggi, umur pendek, tahan ter­hadap hama dan penyakit utama, toleran terhadap tekanan ling­kungan serta tahan terhadap penyimpanan; (2) penelitian hama dan penyakit; (3) penelitian teknologi pasca panen; (4) pene­litian teknologi pengolahan penggunaan alat dan mesin perta- nian untuk kegiatan pra dan pasca panen; (5) penelitian untuk mengidentifikasi potensi sumber daya alam untuk pengembangan produksi tanaman di lahan kering, pasang surut , rawa serta lahan kritis.

Penelitian bidang peternakan dalam usaha meningkatkan produksi dan pengembangan peternakan meliputi kegiatan-ke- giatan : (1) penelitian potensi dan pengembangan peternakan di berbagai wilayah yang potensial tinggi di wilayah lahan kering; (2) penelitian pemulihan ternak terutama ternak ber­produksi cepat dalam meningkatkan produksi susu, telur dan daging serta dalam rangka penggunaan ternak sebagai sumber tenaga kerja, pupuk dari energi; (3) penelitian teknologi pe­ngawetan dan pengolahan hasil ternak; (4) penelitian pening­katan produksi hijauan makanan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian dan industri sebagai makanan ternak, dan (5) pene- litian kesehatan ternak.


Text Box: 483Penelitian dalam rangka pengembangan produksi perikanan meliputi : (1) pemuliaan ikan berdaya mampu produksi tinggi, mudah berkembang biak dan tahan penyakit; (2) peningkatan teknik pembenihan ikan dan jasad akuatik non ikan seperti udang, kodok, kerang dan rumput laut; (3) penelitian teknolo- gi budi daya ikan jasad akuatik non ikan di air tawar, payau, perikanan pantai dan laut serta budidaya ikan terpadu dengan komoditi non perikanan; (4) pengendalian hama dan penyakit ikan dan jasad akuatik non ikan; (5) pencapaian daerah baru yang potensial untuk budi daya ikan; (6) pencarian daerah­- daerah baru penangkapan ikan yang potensial dalam rangka pe­manfaatan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE); (7) perbaikan tekno­- logi penangkapan ikan, dan (8) teknologi pasca panen hasil perikanan.

Penelitian tanaman perkebunan meliputi kegiatan-kegiatan: (1) penemuan varietas unggul, benih hibrida dan penelitian kultur jaringan; (2) teknologi benih (cara pengadaan, penyim­panan dan perbanyakan); (3) pengendalian bulma, hama dan pe­nyakit; (4) pengelolaan tanaman (jarak tanam, pemupukan dan hubungan variable iklim dan produksi); (5) pola tanam; (6) metode pra panen, panen dan pasca panen; (7) perluasan areal tanaman perkebunan dan (8) teknologi pengolahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi pada berbagai komoditi untuk meningkatkan nilai basil komoditi, kesejahteraan petani serta pemanfaatan tenaga petani.

Penelitian bidang kehutanan meliputi : (1) penelitian un­- tuk menunjang inventarisasi dan pengukuhan hutan; (2) peneli­- tian identifikasi dan teknologi konservasi sumber daya alam; (3) penelitian reboisasi dan penghijauan; (4) penelitian ane‑


Text Box: 484ka guna hutan dan pengembangan hutan serba guna; (5) peneli­- tian perlindungan dan pengamanan hutan; (6) penelitian penge­lolaan dan pengembangan daerah aliran sungai (DAS); (7) pene­litian pengendalian perladangan berpindah; (8) penelitian pe­ngembangan hasil hutan non kayu, dan (9) penelitian energi biomasa.

(3) Program Transmigrasi.

Dalam program yang menunjang transmigrasi kegiatan pokok­nya adalah menyediakan sarana produksi pertanian dan sarana penyuluhan pertanian bagi para transmigran. Persiapan lahan bagi transmigrasi akan dilaksanakan sesuai dengan pengemba­- ngan ekstensifikasi pertanian. Pola pengembangan pertanian di daerah transmigrasi akan didasarkan pada hasil-hasil-peneli- tian dan pengembangan pertanian.

B. PENGAIRAN

Dalam Sub Sektor Pengairan program yang langsung menun­jang peningkatan produksi pertanian, terdiri dari: (1) pro-gram perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan; (2) pro-gram pembangunan jaringan irigasi. dan (3) program pengembang­an daerah rawa.

Di samping program-program tersebut terdapat beberapa program dari sub sektor lain yang bersifat menunjang secara langsung program sub sektor pengairan.

1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan.

Usaha-usaha perbaikan dan pemeliharaan prasarana peng-


Text Box: 485airan dimaksudkan untuk mengembalikan dan meningkatkan kemam­puan pelayanan jaringan pengairan dalam penyediaan air iriga­si, serta menjaga tingkat pelayanan jaringan yang sudah ada sesuai dengan yang direncanakan terutama dalam rangka menun­jang kegiatan intensifikasi pertanian pangan termasuk usaha pengembangan perikanan tambak. Usaha-usaha tersebut dilaksa­nakan dengan perbaikan dan penggantian saluran dan bangunan air, perbaikan waduk dan bendungan, pengamanan bangunan peng­airan yang sudah dalam kondisi kritis, serta tambahan saluran dan bangunan irigasi termasuk tersier agar air irigasi dapat dimanfaatkan lebih merata dan efektif di tingkat usaha tani.

Mengingat bahwa program perbaikan jaringan pengairan ter­utama berada di Jawa yang berpenduduk padat di mana terdapat berbagai pembangunan sektor lain seperti prasarana jalan, pe­mukiman dan sebagainya yang akan menggunakan lahan berpeng­airan, dalam waktu yang akan datang, penentuan jaringan-ja­ringan pengairan yang akan direhabilitasi akan memperhitung­-kan pula perkiraan penggunaan-penggunaan lahan untuk keperlu­-an di luar sektor pertanian. Di lain pihak terdapat suatu ke­bijaksanaan dalam pertanahan dimana akan sangat dibatasi peng­gunaan-penggunaan lahan pertanian yang subur dan beririgasi untuk tujuan-tujuan sektor-sektor di luar sektor pertanian.

Untuk menjaga agar jaringan pengairan yang sudah diper­baiki dapat tetap berfungsi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya diperlukan usaha pemeliharaan dan pengelolaan yang memadai. Dalam kaitan usaha tersebut, melalui program ini akan dilak­sanakan kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan waduk-waduk dan jaringan pengairan yang besar-besar. Di samping itu untuk me­ningkatkan partisipasi petani dalam usaha pemeliharaan ja­ringan pengairan diusahakan melibatkan sedini mungkin para


Text Box: 486petani dan lembaga-lembaga lain yang menerima manfaat air irigasi serta instansi-instansi yang berkepentingan dalam ke­giatan-kegiatan perbaikan jaringan pengairan.

Dalam hubungan dengan usaha pelestarian fungsi jaringan pengairan tersebut baik dari segi sumber-sumber air maupun pengamanan saluran dan bangunan air terhadap kerusakan akibat banjir dan pelumpuran/sedimentasi, diperlukan dukungan dari sektor-sektor lain yang berkaitan dengan usaha-usaha memper­-baiki kemampuan dan kondisi wilayah sungai bagian hulu dalam fungsinya sebagai daerah penangkap hujan dan sumber air serta mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup penghijauan dan reboisasi dan kegiatan-ke­giatan konservasi tanah dengan peranserta aktif dari penduduk di wilayah tersebut.

Usaha perbaikan jaringan irigasi dalam Repelita IV di­rencanakan sekitar 360.000 ha yang selain mengembalikan ke­mampuan jaringan irigasi juga sekaligus meningkatkan intensi­- tas tanam. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dilaksana­- kan didaerah-daerah Jati luhur, Cirebon dan Rentang sekitar 49.000 ha, di daerah Pemali Comal dan Semarang Barat 19.000 ha, di daerah Pemali Comal dan Semarang barat 19.000 ha, di daerah Madiun, Kediri dan daerah Jawa Timur lainnya 65.000 ha, di Aceh Utara dan Barat 20.000 ha, di daerah Simalungun Sumatera Utara 44.000 ha, di daerah Way Sekampung - Lampung Tengah 27.000 ha, di Sulawesi Selatan 55.000 ha, daerah Lom- bok - Sumbawa 18.000 ha, Flores dan daerah-daerah lainnya di berbagai propinsi.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Pembangunan jaringan irigasi diarahkan untuk menunjang


Text Box: 487perluasan areal pertanian dan juga untuk menunjang intensifi-kasi pertanian. Kegiatan pembangunan irigasi dalam menunjang perluasan sawah beririgasi mencakup areal yang semula merupa­- kan sawah tadah hujan, lahan pertanian tanah kering atau lahan bekas perkebunan, serta lahan-lahan baru yang sebelumnya meru­pakan padang alang-alang, dan semak belukar.

Pembangunan jaringan irigasi dalam rangka menunjang per­luasan areal pertanian akan diarahkan di luar Jawa, di daerah transmigrasi dan daerah-daerah yang petaninya sudah biasa dan berhasrat bersawah, serta bersedia mencetak sawah untuk lahan yang sebelumnya bukan sawah agar jaringan irigasi tersebut kelak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kriteria lain dalam penentuan lokasi adalah: kecocokan tanah untuk pertanian ter­utama padi, kualitas air, status tanah, fasilitas prasarana lain seperti jalan untuk kemudahan usaha, sarana produksi dan pemasaran hasil, serta perencanaan dengan memperhatikan ke­mungkinan potensi untuk pertanian lainnya seperti untuk per­ikanan tambak.

Dalam merencanakan sesuatu jaringan irigasi baru, ter­- utama di daerah-daerah tertentu dimana berkembang pula pemba­ngunan di sektor lain seperti pemukiman, perindustrian, per­tambangan dan sebagainya, penyediaan air yang akan dimanfaat- kan untuk pertanian akan susah memperhitungkan kebutuhan-kebu­tuhan untuk sektor lain. Kebijaksanaan ini, terutama akan le- bih ditonjolkan agar terdapat keseimbangan antara persediaan dan pemanfaatan air dengan berbagai kebutuhan yang ada di ber­bagai sektor. Pemenuhan kebutuhan air untuk sektor di luar pertanian masih sangat ketinggalan.

Jaringan irigasi yang akan dibangun dalam Repelita IV


Text Box: 488direncanakan mencakup areal seluas 600.000 ha dan jaringan tersier seluas 720.000 ha, yang terdiri dari: (a) Pembangun­- an jaringan irigasi sedang dan kecil yang tersebar dan men-jangkau daerah-daerah terpencil hampir di semua propinsi, dengan biaya relatif murah dan dapat segera berfungsi. (b) Pengembangan irigasi khusus yang pada umumnya merupakan pem­bangunan irigasi besar yang memerlukan pengamanan dan pelak-sanaan secara khusus, serta pada beberapa jaringan irigasi dilengkapi dengan waduk-waduk besar untuk menjamin penyediaan air terutama pada musim kemarau. Kegiatan-kegiatan tersebut yang sebagian besar lanjutan dari Repelita III antara lain di­laksanakan di daerah Teluk Lada dan Banten Selatan dan Suka­- bumi Jawa Barat sekitar 20.000 ha, di daerah Kedu Selatan dan Sidareja Jawa Tengah sekitar 34.000 ha, di daerah Krueng Jrue (Aceh Besar), Krueng Baro (Aceh Pidie) dan daerah Jambu Aye-Arakundo 28.000 ha, di daerah Batang Gadis (Tapanuli Selatan) dan Namu Sira-Sira sekitar 9.000 ha, di daerah Pasaman, Sawah­lunto dan Sijunjung Sumatera Barat 15.000 ha, di daerah Beli- tang - Komering 16.000 ha, Way Rarem Lampung Utara 9.000 ha, Riam Kanan Kalimantan Selatan 4.000 ha, di daerah Dumoga (Boo­-lang Mongondow) Sulawesi Utara 4.000 ha, di daerah Parigi-Poso 15.000 ha, di daerah Luwu dan Sanrego (Bone) Sulawesi Selatan 18.000 ha, Wawotobi (Kendari - Kolaka) Sulawesi Tenggara 8.000 ha, di seluruh Bali 16.000 ha, pembangunan embung-em­- bung (waduk lapangan) di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengga- ­ra Timur, di daerah Prafi, Genyem di Irian Jaya. (c) Usaha pengembangan air tanah di daerah-daerah rawan dan langka air permukanan untuk pertanian dan juga penambahan keperluan ru- mah tangga akan dikembangkan di daerah-daerah Pati, Gemolong dan Klaten Selatan di Jawa Tengah, Yogyakarta Selatan, di Bo‑


Text Box: 489jonegoro, Lamongan, Madura di Jawa Timur, Bali, Lombok, Flo­- res dan beberapa daerah lainnya yang mencakup areal sekitar 36.000 ha.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Usaha perluasan areal pertanian juga dikembangkan dengan memanfaatkan lahan rawa pasang surut dan rawa bukan pasang surut yang dikaitkan pula dengan kegiatan transmigrasi dan pemukiman penduduk, yang dilaksanakan dengan mengadakan rek­lamasi lahan rawa berupa pembuatan saluran dan bangunan drai­nase, sehingga daerah rawa yang tidak produktif dapat dikem­bangkan menjadi daerah pusat-pusat produksi pertanian baru.

Jaringan drainase pasang surut yang sudah dibangun dalam rangka pembukaan lahan rawa sifatnya masih sederhana dan me­rupakan tahap pertama yang masih memerlukan penyempurnaan. Untuk itu juga akan dilaksanakan peningkatan kondisi dan me­lengkapi prasarana tersebut agar dapat berfungsi dengan baik.

Dalam Repelita IV akan dilaksanakan reklamasi rawa pa- sang surut dan rawa bukan pasang surut masing-masing seluas 310.000 ha dan 150.000 ha di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Sela­- tan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya.

4. Program-program Penunjang dari Sektor Lain

Beberapa program yang termasuk sub sektor lain yang ber­sifat menunjang program-program sub sektor pengairan di anta­ranya adalah :


Text Box: 490(1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Di dalam program ini pembangunan pengairan melalui ke- giatan persungaian ditujukan untuk mengamankan daerah produk- si pertanian, daerah pemukiman serta jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan bencana banjir. Oleh sebab itu sungai-sungai yang menjadi sumber air untuk jaringan irigasi yang ada perlu diamankan, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pelurusan alir- an, sudetan, pembuatan saluran banjir, pembuatan tanggul, per­kuatan dan perlindungan tebing, pembuatan saluran banjir dan lain-lain.

Pembangunan waduk-waduk di samping untuk pencegahan ban­- jir juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi, air minum, pembangkit listrik tenaga air dan manfaat lainnya se- perti pertanian, pariwisata dan lain-lain termasuk dalam pro-gram ini. Dalam Repelita IV waduk-waduk besar yang akan dapat diselesaikan antara lain: (a) Waduk Wadas Lintang di daerah Kedu Jawa Tengah yang mampu menyediakan air untuk sekitar 31.000 ha, pengendalian banjir untuk daerah Mawas, pembangkit tenaga listrik 16 MW, serta untuk penyediaan air domestik. (b) Waduk Wonorejo di daerah Tulungagung Jawa Timur yang di­rencanakan dapat mengairi sawah 9.000 ha, tambahan penyediaan air untuk daerah Surabaya pada musim kering 8 m3/dt., tenaga listrik 2,5 MW dan pengendalian banjir. Selain waduk-waduk besar juga telah diselesaikan waduk-waduk kecil yang lebih bersifat untuk penyediaan air irigasi tersebar di berbagai propinsi.

Di samping waduk-waduk tersebut di atas, dalam Repeli- ta IV dimulai pembangunan waduk-waduk besar antara lain: (a) waduk Kedung Ombo di Grobokan Jawa Tengah yang direncanakan


untuk menambah penyediaan air irigasi seluas 53.000 ha, pe­ngendalian banjir dan juga untuk pembangkit tenaga listrik; (b) waduk Jati gede di kabupaten Sumedang Jawa Barat di daerah aliran sungai Cimanuk yang direncanakan untuk meningkatkan jaminan penyediaan air irigasi di daerah Rentang sekitar 90.000 ha, pembangkit tenaga listrik sekitar 175 MW dan juga untuk pengendalian banjir. Selain waduk-waduk besar tersebut juga dikembangkan waduk-waduk kecil terutama dalam rangka pe­nyediaan air irigasi tersebar di berbagai propinsi.

Di samping pengamanan sungai yang tersebar di propinsi­propinsi juga dilanjutkan penanganan sungai-sungai besar dan yang secara khusus seperti Cimanuk, Bengawan Solo, Brantas, Arakundo, Sei Ular dan Bah Bolon. Usaha pengendalian banjir di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota lainnya serta penanggulangan bencana alam akibat lahar gunung berapi yang termasuk dalam program ini. Dalam Repelita IV usaha tersebut diperkirakan akan meliputi areal seluas 500.000 ha.

(2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.

Dalam rangka pelestarian dan pengembangan sumber-sumber air bagi keperluan pertanian, air minum, perkotaan dan Indus- tri serta ketenagaan, melalui program ini dilaksanakan berba­- gai kegiatan inventarisasi kebutuhan air dan kualitas air, monitor dan evaluasi tingkat erosi dan pelumpuran serta inven­tarisasi sumber-sumber air yang dapat dikembangkan dan perlu usaha-usaha pelestariannya.

(3) Program Penelitian Pertanian dan Pengairan.

Melalui program ini sebagai dasar perencanaan pengembang­- an sumber air dilaksanakan kegiatan-kegiatan penyusunan ren‑

491


Text Box: 492cana induk pengembangan sumber air, perencanaan pengembangan wilayah sungai dan lingkungan pengairan, serta penelitian ke­adaan danau-danau dan waduk-waduk.

Dalam hubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut di atas dilaksanakan pemasangan dan observasi instalasi jaringan hi­drologi dan hidrometeorologi yang dikaitkan dengan jaringan Hidrologi Nasional. Di samping itu juga dilaksanakan peneliti­-an dan penyelidikan yang mencakup segi-segi hidrologi, geohi­drologi dan hidrokimia, serta hidrolika bangunan pengairan.

(4) Program Pendidikan dan Latihan Pengairan.

Mengingat peranan pengairan dalam Repelita IV cukup be-sar dan hasil pembangunan pengairan terus meningkat, serta kemajuan ilmu dan teknologi di bidang pengairan, maka melalui program ini akan dilaksanakan latihan-latihan yang menghasil­kan tenaga-tenaga teknis yang trampil, tenaga pengawas lapang­an, tenaga penanggulangan akibat bencana alam gunung berapi, dan mempersiapkan tenaga-tenaga eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sudah berfungsi.


Text Box: 493TA8EL 9 - 4

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,
1984/85 - 1988/89
(dalam jutaan rupiah)

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1984/85

1984/85-1988/89

No. Kole

SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM

(Anggaran

Pembangunan)

(Anggaran

Pembangunan)

01

SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1.401.713,7

10.014.300,0

01.1

Sub Sektor Pertanian

883.401,7

5.346.300,0

-- -----

-----

-----‑

01.1.01

Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

537.150,7

2.966.318,0

01.1.02

Program Peningkatan Produksi Peternakan

44.109,0

316.857,6

01.1.03

Program Peningkatan Produksi Perikanan

50.945,2

351.520,5

01.1.04

Program Peningkatan Produksi Perkebunan

246.248,1

1.674.486,4

01.1.05

Program Peningkatan Produksi Kehutanan

4.948,7

37.117,5

01.2

Sub Sektor Pengairan

518.312,0

4.668.000,0

-------

-----

-----‑

01.2.01

Program Perbaikan dan Peningkatan Irigasi

170.947,7

1.265.015,2

01.2.02

Program Pembangunan Jaringan Irigasi Baru

310.664,2

3.131.403,6

01.2.03

Program Pembangunan Daerah Rawa

36.700,1

271.581,2


read more...

spnsr

Followers

welcome