
"Yakni, organ tanaman ataupun jaringan dan mungkin juga sel dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru sebagai tanaman yang mempunyai sifat seperti induknya. Namun, ternyata tidak selalu demikian hasil yang diperolehnya. Terdapat peluang untuk terjadinya penyimpangan, bahwa tanaman baru yang diperoleh sifatnya tidak seperti induknya," katanya di Bogor, Ahad.
Hal itu dikemukakan berkaitan dengan arus utama orasi ilmiahnya, setelah ditetapkan menjadi Guru Besar Tetap Ilmu Kultur Jaringan pada Faperta IPB bertepatan dengan rangkaian Dies Natalis IPB ke-42.
Pada hari Sabtu (24/9) Nurhajati Ansori Matjjik melakukan "duet" orasi ilmiah dengan suaminya Prof Dr Ir Ahmad Ansori Matjjik, MSc di Graha Widya Wisuda (GWW) Kampus IPB Darmaga dengan topik berbeda.
Nurhajati Ansori Matjjik menyampaikan orasi ilmiah "Peranan Kultur Jaringan dalam Perbaikan Tanaman", sedangkan Ahmad Ansori Matjjik mengusung tema "Interaksi Genotipe dan Lingkungan Dalam Penyediaan Sumberdaya Unggul", sekaligus menandai peresmian sebagai Guru Besar Tetap Biometrika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang perkembangan mengenai bioteknologi, kata Nurhajati, telah terungkap berbagai kegunaannya dalam kemajuan pertanian.
"Khususnya teknik kultur jaringan, telah diketahui dapat digunakan untuk perbanyakan yang akan menghasilkan tanaman seragam atau dengan kata lain mempunyai sifat seperti induknya," katanya.
Selain itu, katanya, diketahui juga perolehan tanaman baru hasil kultur jaringan ini dalam jumlah banyak serta waktunya relatif singkat.
"Bila eksplan yang digunakannya meristem, terdapat kemungkinan tanaman baru yang didapat akan bebas virus. Hal ini, tentu saja sangat menguntungkan bagi para pengusaha pembibitan (nursery)," katanya.
Biasanya, kata dia, keperluan bibit tanaman untuk lansekap, reboisasi hutan, perkebunan, kebun buah-buahan, membutuhkan dalam jumlah banyak, seragam dan dapat diperoleh dalam waktu singkat, sehingga teknik kultur jaringan sangat tepat dipilih.
"Dengan demikian, kultur jaringan sangat cocok digunakan untuk berbagai macam komoditas pertanian yang diperlukan untuk kepentingan tersebut," katanya.
Berkaitan dengan terdapatnya penyimpangan pada teknik kultur jaringan ini, menurut dia, hal tersebut kemungkinan disebabkan terjadinya perubahan jumlah maupun struktur dari kromosom yang mengakibatkan perubahan dari gen ataupun DNA-nya.
"Keadaan inilah yang mengakibatkan keragaman somaklonal," Katanya.
Ia menegaskan, pada kenyataannya tidak semua keragaman somaklonal menguntungkan. Adakalanya tujuannyab tercapai, tetapi ada efek samping yang merugikan, terutama pada tanaman-tanaman yang produksinya dikonsumsi secara langsung.
Namun demikian, kata dia, tidak sedikit yang cukup menguntungkan dari keragaman 'somaklonal' ini, seperti diperolehnya tanaman yang tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi, serangan patogen, tetapi tidak mengganggu produksinya.
Hal ini, katanya, telah dibuktikan dari hasil-hasil penelitian, seperti halnya ketahanan kentang (Solanum tuberosum L.) terhadap serangan Phytopthora infestans, ketahanan kedelai (Glicine max L. Merr) terhadap kekeringan dan ketahanan kacang tanah (Arachis hypogea) terhadap penyakit busuk batang Schlorotium dan yang lainnya.
Sedangkan untuk tanaman hias dan bungan potong, teknik kultur jaringan ini lebih banyak menguntungkannya, sekalipun perubahannya hanya merupakan epigenetik saja, yang berarti sifatnya tidak bisa diturunkan pada generasi berikutnya.
Banyaknya sumber dana untuk penelitian, katanya, sangat diharapkan sekali untuk mengintensifkan berbagai macam pekerjaan di laboratorium maupun di lapangan. Sangat disadari masih banyak masalah-masalah kultur jaringan yang berhubungan dengan keragaman somaklonal yang masih perlu diteliti.
"Masih banyak komoditas, khususnya tanaman hias yang belum berhasil memperoleh kultivar-kultivar baru dari pemuliaan non-konvensional ini. Oleh karena itu, sangat dituntut usaha yang serius dengan penu tanggung jawab dalam menjawab semua permasalahan ini," demikian Nurhajanti Ansori Matjjik. (*/erl)
0 comments: on "Terdapat Peluang Penyimpangan Tanaman Baru di Teknik Kultur Jaringan"
Posting Komentar