Rank & Visitors

More

About

Selasa, 16 Juni 2009

Asal Usul Nama Indonesia

Asal Usul Nama Indonesia

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Makna Politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch- Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

Dirgahayu Indonesiaku! ***

Irfan Anshory, Direktur Pendidikan "Ganesha Operation"

Sumber: Pikiran Rakyat, 16 A
Diposkan oleh ABTA di 22:59 0 komentar
Label: Indonesia
Air sumber kehidupan ato sumber kematian?
Air sumber kehidupan ato sumber kematian?

Air mempunyai dampak berarti pada kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Dari masa kekeringan, dan banjir, orang dan binatang berhubungan dengan air dengan banyak cara. Seperti “musuh abadi” nya si api air juga bisa menjadi teman terbaik kita dan kadang kala bisa menjadi musuh yang sangat mengerikan…

Bisa kita lihat di photo-photo di bawah ini :

Karyawan dari Departemen Air dan Power menuangkan bola-bola plastic ke permukaan air di Reservoir Ivanhoe, Los Angeles pada tanggal 9 Juni 2008 lalu. Bola-bola plastic yang dituangkan sekitar 400.000 buah berukuran 4 inchi, dari rencana 3 juta buah. Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi air reservoir dari sinar matahari. Sinar matahari bila bercampur dengan bromide dan chlorine akan mengakibatkan terbentuknya Carcinogen Bromate zat kimia yang berbahaya dan katanya dapat menyebabkan kanker.



Beberapa orang yang selamat dari bencana gempa bumi sedang mencuci pakaian di Sungai di Leigu wilayah kota Beichuan, China. Pada tanggal 31 Mei lalu China mengalami gempa dan mungkin bisa mengakibatkan terjadinya danau akibat gempa tersebut (quake lake), lebih dari 197.000 orang telah diungsikan untuk berjaga-jaga.


Air mengalir melewati saluran danau yang terjadi akibat gempa di Tangjiashan, Propinsi Sichuan, China. Photo ini berasal dari agen berita China, Xinhua. Ketinggian air di danau tersebut menunjukkan level 741.82 meter di atas permukaan laut, lebih tinggi 1.45 meter dari pintu air. Volume danau 249 juta meter kubik.

Air memancar dari Danau Tangjiashan yang terjadi akibat gempa, di China bagian Barat Daya, Propinsi Sichuan. Hal ini bisa mengancam komunitas penduduk yang berdekatan dengannya.


Sebuah jembatan hancur oleh banjir yang paling parah di wilayah Beichuan, Propinsi Sichuan, China. Air yang berwarna coklat mengaliri kota Beichuan 10 Juni 2008 yang lalu. Mengakibatkan kesengsaraan bagi penduduk setempat.



Penduduk meletakkan lilin di sungai untuk berduka cita atas terjadinya gempa bumi Sichuan pada Festival Duanwu di Beijing, China. Lebih dari 69.000 orang diperkirakan meninggal. Bantuan dan pertolongan tetap dilakukan untuk memberikan pertolongan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana gempa dan banjir yang paling jelek selama era tiga dasawarsa di China.



Orang-orang yang lagi santai terpukul ombak akibat angin musim dari Laut Arab yang menghantam pinggiran batu pembatas pantai di Mumbai, India



Seorang anak menampung air hujan di bawah tenda penampungan bagi korban pengungsi “Cyclone Nargis” (badai gelombang berputar) dekat Irrawaddy Delta, Labutta, kira-kira 320 km dari Yangon, Myanmar. Badai siklon yang terjadi pada tanggal 31 Mei 2008 mengakibatkan 133.000 orang meninggal atau hilang.




Beberapa penduduk desa memasang mercon di atas kapal naga mereka di sungai di kampong Liede, Guangzhou, China. Festival Dragon Boat atau Festival Duanwu diadakan untuk mengenang kematian penyair patriotic Qu Yuan, seorang mentri yang bunuh diri dengan menceburkan dirinya di Sungai Miluo, Provinsi Hunan, sesudah bangsanya ditaklukkan pada 277 S.M.



Penumpang berusaha bertahan di atas kapal ferry yang terbalik untuk menunggu team penyelamat menyelamatkan mereka, 7 penumpang dinyatakan hilang di Sungai Zhijiang, anak Sungai Yangtze, setelah angin topan menghantam wilayah Zhijiang, Propinsi Hubei, China pada 3 Juni 2008. Hujan lebat yang sangat deras di China sejauh ini mengakibatkan korban 64 jiwa, menghancurkan ribuan rumah dan jembatan juga lahan pertanian.



Penduduk berjalan di genangan air yang tingginya beberapa kaki untuk mendapatkan area yang lebih tinggi di Jalan Rocky Ford, Columbus, USA pada tanggal 7 Juni 2008. Ratusan penduduk mesti diselamatkan sewaktu air banjir menutup beberapa celah di kota tersebut. Korban 1 orang dan sudah dipastikan beberapa juta dolar hilang akibat bencana ini.



Sebuah rumah di dekat Danau Delton (berukuran 254 hektar) di Wisconsin, rusak parah ketika banjir menerobos benteng pinggiran danau. Banjir menghanyutkan 3 rumah dan mengancam beberapa bendungan di Wisconsin.



Seekor anak rusa berusaha melawan arus di Sungai White, Indiana, USA. Anak rusa tersapu oleh arus tetapi berhasil berenang dan mencapai pinggiran sungai.



Beberapa orang Pakistan menikmati perairan dangkal di pantai yang tidak jauh dari Karachi pada tanggal 8 Juni 2008 yang juga merupakan “The Day of The Oceans”, Kelangsungan sumber makanan untuk berjuta-juta manusia terancam akibat penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim dan polusi yang mengakibatkan kerusakan yang besar di laut-laut dunia, ilmuwan kelautan memperingatkan pada saat itu.



Seekor kuda nil berenang di deburan ombak di Teluk Thompson, 50 km dari Durban, Afrika Selatan. Diperkirakan kuda nil jantan muda ini telah terpisah dari habitatnya di Teluk Richards.



Beberapa wanita di Dubluk Zona Borena Ethiopia berusaha mencari air dan kebutuhannya dan keluarganya. Biasanya mereka sehari berjalan selama 4 jam di daerah kering tersebut untuk mendapatkan air.



Jakarta banjir
Pagi pukul 06.00 tanggal 1 Februari 2008 cuaca langit memang sudah tidak bersahabat, awan hujan masih menyelimuti seluruh wilayah Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Meskipun malam hari sebelumnya hujan sudah turun cukup lama dan deras, namun awan hujan masih tetap menggantung, seakan tidak pernah puas untuk menyirami bumi.
Pukul 06.30 hujan mulai mengguyur tanah Betawi. Hujan yang menurut Badan Meteoroligi dan Geofisiki (BMG) bercurah sekitar 150-300 mm atau dua kali lebih besar dibanding pada banjir 2007 lalu. Hujan terus mengguyur kawasan Jakarta pusat dan sekitarnya seakan tidak pernah bosan dan tidak pernah habis airnya. Benar saja, sekitar pukul 10.45 air mulai naik untuk menggenangi Jalan Merdeka Barat, Selatan dan Utara
Banjir juga tidak lupa mengepung Istana Merdeka dan Monumen Nasional (Monas). Banjir waktu itu seakan tidak mengenal orang. Banjir memakan korban mobil mercedes dengan plat nomor RI 1 untuk diderak dan memaksa penumpangnya yang tak lain adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menaikan kendaraan SUV yang ditumpangi oleh para pengawalnya.
Genangan air paling tinggi terlihat di Jalan R Suprapto, tepat di depan ITC Cempaka Mas. Air setinggi hampir 60 cm itu menggenangi jalur lambat bagian timur jalan hingga sejauh kurang lebih 500 meter, sejak persimpangan Coca Cola hingga menjelang Jalan Cempaka Putih Tengah II. Permukiman di sekitar ini juga tergenang.





Pesisir Barat Pulau Timor Mulai Kekeringan
KEKERINGAN AKIBAT KEMARAU MULAI MELANDA SEJUMLAH WILAYAH DI PESISIR BARAT PULAU TIMOR, NUSA TENGGARA TIMUR (NTT). KENDATI DEMIKIAN, DAMPAK KEKERINGAN TERSEBUT BELUM MENGANCAM PERSEDIAAN PANGAN WARGA.
"SUNGAI-SUNGAI MENGERING DAN TANAMAN MERANGGAS," KATA MARGARITHA, 32 TAHUN, WARGA NAIKLIU, IBU KOTA KECAMATAN AMFOANG UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA,KAMIS 7 Agustus 2008



JEMBATAN RUNTUH LAMNO-CALANG, NAD
Akibat supir truk yang tidak melihat rambu batas maximum jembatan yang hanya 15 ton, truk yang dikendarainya jatuh ke sungai dan mematahkan bagian tengah jembatan. Memang sepele kelihatannya, tapi masalah ini mengakibatkan jalur transport Lamno-Calang terputus, stok makanan dan stok lain yang biasanya lancar terhambat, penduduk dilangsir dengan rakit kecil untuk mencapai seberang sungai. Juga air sungai meluap karena sampah-sampah tertahan pada rangka jambatan ini. Jembatan baru selesai setelah 4 bulan pada bulan Februari 2008 lalu.




Ya begitulah, air bisa jadi temen yang emang dicari juga musuh yang pengennya dihindari.
Berusaha melestarikan lingkungan, jaga kebersihan dan hemat penggunaan air aja dah…ato ada usul lain..?,
Diposkan oleh ABTA di 01:26 0 komentar
Label: Air sumber kehidupan ato sumber kematian?
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Asal Usul Nama Indonesia"

spnsr

Followers

welcome